Mama bisa mulai membiasakan untuk berdiskusi mengenai konsekuensi logis dengan anak sehingga tidak ada lagi iming-iming atau hadiah untuk menyemangati si Kecil.
Pastikan untuk berdiskusi mengenai konsekuensi positif dengan anak ya, Ma.
Selain itu, Mama juga bisa mengajarkan si Kecil untuk selalu bersyukur atas segala yang ia punya, untuk menghindarkan si Kecil dari pikiran bahwa ia tak akan bisa bahagia jika tak memiliki barang-barang yang lebih bagus dan lebih banyak.
Fokus menciptakan quality time seperti berpartisipasi dalam suatu kegiatan bersama, berjalan kaki bersama, bermain di taman bersama, atau bermain board game bersama bisa memberikan pengalaman yang lebih melekat pada anak. Seperti kita tahu, anak banyak meniru dari orangtuanya.
Oleh sebab itu, jadilah contoh yang baik dalam hidup secara sederhana. Tunjukkan bahwa Mama adalah pribadi yang baik dengan suka berdonasi, menjadi volunteer, atau berdiskusi tentang aksi-aksi kebaikan.
Akan ada masa di mana anak akan bersikeras mendapatkan sepatu impiannya atau gawai terbaru yang canggih. Mama boleh mengatakan "tidak" saat hal itu terjadi untuk mengajarkan mereka perbedaan antara keinginan dan kebutuhan.
Salah satu trik untuk mengajarkan anak hidup sederhana sesuai kebutuhan bisa dilakukan juga dengan praktik baik seperti mendonasikan satu barang setiap kali si Kecil membeli barang baru.
Memang tidak mudah untuk membentuk anak menjadi sederhana dan penuh syukur, namun bukan berarti tidak mungkin.
Jangan lupa untuk selalu memuji si Kecil saat ia melakukan hal baik ya, Ma. Tekankan pula pentingnya menghargai orang lain, bukan barang.
Itulah 5 pola asuh yang bisa membuat anak jadi matrealistis. Lalu bagaimana cara mendidik anak agar tidak jadi seperti itu?