Rumah Dulohupa merupakan rumah adat yang sangat dikenal di Gorontalo. Arsitekturnya yang unik menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat setempat, khususnya dalam aspek religius dan sosial.
Anak tangga:
Jumlah anak tangga pada rumah Dulohupa selalu berjumlah 5 atau 7. Ini bukan hanya desain biasa, tetapi memiliki makna filosofis mendalam:
5 anak tangga: Melambangkan rukun Islam dan 5 filosofi kehidupan masyarakat Gorontalo, yaitu:
- Bangusa talalo: Menjaga keturunan.
- Lipu poduluwalo: Mengabdikan diri untuk negeri.
- Batanga pomaya: Berani menghadapi tantangan.
- Upango potombulu: Menegakkan keadilan.
- Nyawa podungalo: Mengorbankan nyawa demi kepentingan umum.
7 anak tangga: Melambangkan tingkatan nafsu manusia, seperti:
- Amarah
- Lauwamah
- Mulhimah
- Muthmainnah
- Rathiah
- Mardhiah
- Kamilan
Tiang penyangga:
Rumah Dulohupa memiliki 32 tiang penyangga, termasuk 2 tiang utama (Wolihi) yang melambangkan hubungan spiritual masyarakat dengan Tuhan. Tiang-tiang ini memiliki simbol kebersamaan dan keutuhan masyarakat Gorontalo.
Atap bertingkat:
Atap rumah ini berlapis dua. Lapisan pertama yang lebih lebar melambangkan hubungan dengan sesama manusia, sementara lapisan kedua yang lebih tinggi dan meruncing melambangkan hubungan yang semakin dekat dengan Tuhan.
Fungsi rumah Dulohupa:
Dahulu, rumah ini berfungsi sebagai tempat musyawarah kerajaan. Kini, rumah adat Dulohupa digunakan untuk acara adat seperti upacara pernikahan dan pagelaran budaya, menunjukkan bagaimana warisan budaya ini tetap hidup dalam kehidupan masyarakat Gorontalo.