Ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada 28 Maret 2021 lalu mengingatkan publik pada Bom Samarinda 2016. Sebuah talkshow di televisi swasta menghadirkan korban ledakan bom Gereja Oikumene Samarinda pada tahun 2016 silam, termasuk Trinity.
Dalam talkshow tersebut, Trinity menyampaikan surat perdamaian untuk melawan kebencian. Dilansir dari Selasar.co, berikut isi surat Trinity:
"Aku sudah bisa tersenyum lho. Semua gara-gara bom jahat itu. Om dan tante masih ingat kan waktu itu aku sedang bermain di gereja. Aku bermain dan beribadah di gereja ini (Oikumene) setiap hari Minggu. Tetapi hari itu ada orang jahat yang menyerang gereja kami. Aku dan beberapa temanku menjadi korban. Setelah kejadian itu, aku sempat marah dan kesal karena setiap orang menatap aneh. Aku tahu kondisi tubuhku kini berbeda, luka bakar ini belum bisa hilang sepenuhnya bahkan luka bakar membuat tanganku kaku seperti kayu. Aku harus dirawat di rumah sakit selama bertahun-tahun dan rasanya sangat bosan. Saat itu usiaku masih 3 tahun, aku ingin bermain dengan teman-temanku, mama dan papa setiap hari menemaniku. Aku melihat wajah mereka bersedih namun mereka tidak pernah jauh dari sampingku. Aku sangat sayang mama dan papa, aku berharap agar tidak pernah ada lagi kejadian itu. Aku tidak mau lagi orang yang tersakiti, aku mau kita semua bisa hidup saling berdampingan dengan damai. Aku ingin bisa pergi ke tempat ibadah tanpa ada rasa takut dan aku ingin kita bisa saling menjaga satu sama lain. Setiap hari aku berdoa kepada Tuhan tolong jaga kami semua, jauhkanlah kami dari macam bahaya, jangan ada korban sepertiku lagi. Ampunilah mereka yang telah berbuat jahat dan tolong hentikan segala kebencian," tulis Trinity Hutahaean.
Selain belajar menari balet, Trinity saat ini juga sedang belajar bermain piano, yang mengalahkan suara amarah kebencian dari para teroris yang pada saat itu telah menyakitinya.
Nah itulah kisah Trinity Hutahaean, salah satu korban Bom Samarinda 2016 yang bisa menjadi inspirasi bagi anak untuk tetap semangat maju menggapai impian walaupun dengan segala keterbatasan yang dimiliki.
Dari kisahnya, Trinity juga mengajarkan untuk memaafkan kesalahan orang lain yang menyakitinya. Walaupun tak mudah dan membutuhkan waktu yang panjang, ia menghilangkan kebencian tersebut dengan meningkatkan talenta dan belajar untuk menggapai cita-citanya di masa depan.