Kedua samudra ini mempengaruhi suhu permukaan laut dan distribusi panas di sekitar wilayah Indonesia, yang pada gilirannya mempengaruhi pola angin dan curah hujan di negara tersebut.
Selama musim hujan di Indonesia, suhu permukaan laut di Samudra Hindia umumnya lebih tinggi daripada di Samudra Pasifik. Perbedaan suhu ini menciptakan perbedaan tekanan udara antara kedua samudra tersebut. Perbedaan tekanan ini menyebabkan aliran udara dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, membawa banyak uap air dan menyebabkan curah hujan yang tinggi selama musim hujan.
Namun, selama musim kemarau, situasinya dapat berubah. Selama fenomena El Nino, yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Timur Samudra Pasifik lebih hangat dari biasanya, angin muson barat daya yang membawa udara lembab dari Samudra Hindia ke Indonesia dapat menjadi lemah. Sebaliknya, angin muson timur laut dari daratan Australia bisa lebih kuat, menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dan cuaca yang lebih kering. Sementara itu, selama La Nina, ketika suhu permukaan laut di Timur Samudra Pasifik lebih dingin dari biasanya, Indonesia dapat mengalami musim hujan yang lebih basah dan panjang.
Itulah penjelasan mengenai mengapa ada musim hujan dan musim panas di Indonesia. Indonesia hanya memiliki musim hujan dan musim panas karena letak geografisnya di sekitar khatulistiwa dan dipengaruhi oleh sistem monsoon tropis. Garis khatulistiwa dan pola angin musiman tersebut mempengaruhi distribusi sinar matahari dan pergerakan uap air di wilayah ini. Memahami pola musim ini penting dalam pengelolaan sumber daya alam, pertanian, dan sektor lainnya di Indonesia.