Anak dengan middle child syndrome bisa terasa dingin, egois, dan sangat tertutup ketika di rumah. Namun, sebenarnya ia sangat pengertian, ramah, dan pintar bergaul di luar rumah. Ia lebih terbuka dengan teman-temannya.
Jika Mama memiliki anak dengan middle child syndrome dan ingin memperbaiki hubungan dengannya, Mama perlu mengingat bahwa anak mama perlu merasa diterima dengan apa adanya ia. Bagaimana caranya?
Berikut ini adalah beberapa tips untuk menangani middle child syndrome dilansir dari laman parents.com.
Jika ia berbuat salah, tekankanlah bahwa hukuman yang akan Mama berikan padanya tidak ada kaitannya dengan kakak atau adiknya. Jelaskanlah juga bahwa dengan Mama menghukumnya, tidak akan mengubah fakta kalau Mama memedulikannya.
Pujilah apa pun yang ia buat selama itu positif, Ma. Sama seperti bagaimana Mama memuji kakak dan adiknya. Selain itu, jangan lupa tanyakan bagaimana harinya saat sedang bersama, ya.
Penting juga untuk menghabiskan waktu berdua dengannya. Tetapkanlah waktunya dan tandai di kalender sehingga ia tahu bahwa momen itu juga dinantikan oleh Mama. Dengan fokus padanya, Mama dapat meyakinkannya bahwa ia sama pentingnya dengan kakak dan adiknya.
Setelah berbagai prestasi didapatkan oleh anak pertama, prestasi yang didapatkan oleh anak kedua tidak akan terasa begitu menggemparkan lagi. Itu hal yang wajar. Namun, usahakanlah untuk memperlihatkan bahwa prestasinya merupakan kebanggaan besar bagi keluarga dan patut dirayakan, Ma.
Jika anak kedua mama ingin mengikuti jejak kakaknya yang pintar di akademis, dorong ia untuk menemukan keahliannya sendiri. Menjadi panutan bukan berarti diikuti sama persis.
Lagipula, jika ia mengikuti jejak kakaknya, permusuhan dan rasa rendah diri bisa bertumbuh di antara mereka. Tentu ini bukan hal yang baik.
Jadi, akan lebih baik jika ia menekuni bidang yang berbeda dengan yang dikuasai kakaknya, Ma. Misalnya, menekuni seni. Faktanya, anak tengah sering kali bisa menjadi artistik karena akan memberinya citra yang unik di keluarga.
Anak bisa saja mengalami atau merasakan sesuatu, tapi hanya diam saja. Begitu juga dengan anak kedua. Ia bisa saja merasa diabaikan, tapi tidak mengatakan apa pun. Untuk mengatasinya, cobalah untuk membangun keterbukaan lewat komunikasi yang baik, Ma.
Mama bisa jujur padanya, "Sulit untuk memperhatikan kalian semua sekaligus. Mama harus menjaga adikmu yang masih kecil dan di saat bersamaan, kakakmu sedang persiapan masuk ke SMP. Kalau kamu merasa diabaikan, bilang ya sama Mama. Bilang kalau kamu ingin Mama perhatikan. Kalau kamu nggak bilang, Mama akan berpikir kalau perhatian yang Mama berikan untukmu sudah cukup."
Anak tengah biasanya banyak memakai barang-barang bekas kakaknya. Cobalah untuk mengurangi hal itu, Ma.
Ia mungkin akan mengerti mengapa ia diberikan barang bekas kakaknya. Namun, ia akan sangat menghargai jika diberikan yang baru, terutama barang penting seperti jaket.
Bisa juga Mama memberinya hak penuh untuk memutuskan film apa yang akan kalian tonton tanpa gangguan dari kakak dan adiknya. Itu akan membuatnya merasa istimewa.
Jangan sampai anak kedua mama mendapati bahwa perbandingan jumlah foto antara dirinya dan saudara-saudaranya di album kenangan berbeda jauh ya, Ma. Pastikan foto dengan ia di dalamnya banyak.
Pastikan juga ia memiliki bagiannya sendiri di album kenangan itu, Ma.
Itulah alasan anak kedua bersikap dingin dan tips mengatasinya, Ma. Tak dapat dipungkiri, sulit untuk membagi perhatian ke semua anak secara rata. Ada kalanya Mama merasa sudah bersikap adil dan memberi yang terbaik, tapi ternyata anak tidak merasa demikian.
Jika komunikasi di antara Mama dengannya berjalan dengan baik, hal itu akan cepat terselesaikan. Semangat, Ma!