Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Freepik/artursafronovvvv
Freepik/artursafronovvvv

Setiap tahun, pada Jumat setelah perayaan Thanksgiving, ada yang disebut sebagai Black Friday atau Jumat Hitam. Ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kegembiraan menyambut Natal, karena sebagian besar orang menjadikannya sebagai hari untuk berbelanja dalam persiapan Natal.

Seiring waktu, Black Friday menjadi penanda awal musim liburan dan menciptakan antusiasme konsumen untuk berbelanja, membanjiri pusat perbelanjaan dan platform online dengan penawaran dan diskon menggiurkan.

Pada Black Friday, toko-toko dan penjual mengeluarkan penawaran eksklusif, mengundang masyarakat untuk berburu diskon besar-besaran. Meskipun Black Friday bukan hari libur resmi, namun banyak pekerja, terutama di Amerika Serikat yang memilih untuk mengambil cuti, menganggapnya hari libur.

Dengan potongan harga dan penawaran istimewa, Black Friday berkembang menjadi perayaan belanja dan simbol awal musim liburan yang meriah dan penuh semangat.

Namun, bagaimana asal-usul dan perkembangan istilah Black Friday ini, ya? Temukan jawabannya di Popmama.com berikut ini.

1. Jejak sejarah Black Friday

Freepik

Black Friday, yang kini menjadi salah satu waktu berbelanja paling dinanti setiap tahunnya, memiliki akar sejarah dari Amerika Serikat. Asal usulnya dapat ditelusuri hingga pertengahan abad ke-20 ketika istilah "Black Friday" pertama kali digunakan.

Istilah tersebut awalnya muncul di Philadelphia dan dikaitkan dengan kepadatan lalu lintas dan kerumunan besar orang yang menuju pertandingan sepak bola setelah Thanksgiving.

Selama bertahun-tahun, istilah "Black Friday" mulai digunakan secara nasional, tetapi bukan untuk merujuk pada belanja, namun, berkaitan dengan keuangan dan pada momen ketika pedagang ritel beralih dari kerugian (red) menjadi keuntungan (black) selama musim liburan.

2. Transformasi cara berbelanja pada Black Friday

Freepik/gpointstudio

Awalnya, tradisi ini ditandai dengan antrian panjang di depan toko-toko, persaingan yang intens untuk mendapatkan produk-produk populer, dan suasana belanja yang ramai setelah perayaan Thanksgiving. Namun, seiring berkembangnya teknologi dan pergeseran perilaku konsumen, Black Friday mengalami transformasi signifikan.

Platform e-commerce dan toko daring mulai memainkan peran utama dalam menyajikan penawaran Black Friday kepada konsumen. Belanja online memberikan kenyamanan tanpa harus berhadapan dengan kerumunan atau antrian panjang yang membuat konsumen lebih cenderung mencari penawaran Black Friday secara daring untuk kepraktisan dan keamanan.

3. Perkembangan Black Friday di seluruh dunia

Freepik/marymarkevich

Black Friday, yang awalnya bermula di Amerika Serikat sebagai tradisi belanja pasca-Thanksgiving ini, telah mengalami fenomena globalisasi yang signifikan.

Event belanja ini pun menyebar ke seluruh dunia, tidak lagi terbatas pada di Amerika. Negara-negara di berbagai benua mulai mengadopsi Black Friday, mengubahnya menjadi kegiatan belanja tahunan yang dinanti-nantikan.

Pasar internasional seperti di Eropa, Asia, dan Amerika Latin telah ikut serta dalam kemeriahan Black Friday. Toko-toko dan perusahaan di berbagai belahan dunia menyesuaikan strategi pemasaran mereka untuk menarik konsumen selama periode ini.

Nah, Black Friday, kini menjadi fenomena global yang mencerminkan perubahan dinamika ekonomi dan budaya belanja. Meskipun tidak lepas dari kontroversi, Black Friday terus menarik perhatian sebagai salah satu peristiwa ekonomi paling ikonik di era modern.

Editorial Team