Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati. Hal ini dialkukan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa.
Program ini merupakan kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim.
Dalam hal ini, Anindito Aditomo, Kepala BSKAP (Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan), Kemendikbudristek menjelaskan jika Merdeka Belajar bukan melepas peserta didik begitu saja.
"Merdeka belajar itu bukan melepas siswa 100 persen. Merdeka belajar itu merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Persyaratannya kita mau dulu mendekat kepada anak-anak dan usaha untuk memetakan kekuatan dan kelemahan bahkan pengetahuan yang sudah dimiliki," tutur Anindito dalam acara Ruang Tangah Gramedia pada Jumat (29/07/2022).
Anindito pun mengingatkan jika hal di atas juga harus diterapkan pada siswa SMP dan SMA/K.
"Ketika anak-anak sudah SMP SMA, bukan berarti (guru) melepaskan anak-anak dengan membagi pada kelompok-kelompok, lalu meminta siswanya presentasi," jelas Anindito.
Di sisi lain, adanya Merdeka Belajar ini membuat anak merasa bebas sebebas bebasnya. Ada di antara mereka merasa bebas dengan tidak mengerjakan tugas dan mematuhi peraturan sekolah. Hal ini tentu salah besar lho, Ma.
Untuk itu, diharapkan para guru mulai membantu anak-anak memaknai arti dari Merdeka Belajar itu sendiri.
"Kita ajarkan pada anak-anak semua tindakan itu punya indikasi. Setiap orang harus tanggung jawab atas pilihan yang mereka buat. Dari kebebasan itu harus diikuti dengan pemahan tentang tanggung jawab dan indikasi," tutur Anindito.
Salah satu cara paling mudah untuk memahami tentang Merdeka Belajar yakni dengan mengajak siswa merumuskan peraturan2 yang disepakati bersama. sekaligus dengan indikasinya, kalo melanggar apa konsekuensi yang bisa mendidik mereka dan tidak mengulangi pelanggaran.
Anindito pun menjelaskan, pada prinsipnya anak-anak sebagai subyek pembelajaran termasuk dimulai sejak perumusan tujuan pembelajaran, aturan kelas, metode pembelajaran, serta terkait tugas-tugasnya.
Setelah kesepakatan tersebut terbentuk, maka sifatnya mengikat. Jadi, para siswa tidak dapat melanggarnya dan bebas sesuai dengan aturan serta batasan yang berlaku.
Anindito pun mengingatkan jika tugas untuk siswa bukan hanya berupa essay, tetapi bisa juga menguji pemahaman mereka melalui drama, puisi, musik, cerita, dan lain sebagainya sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.
Program Merdeka Belajar ini juga bisa Mama terapkan di rumah bersama anak-anak lho. Misalnya dengan membuat jadwal harian, kapan anak harus bermain, belajar, istirahat, dan membantu Mama. Hal ini membuat anak menjadi disiplin.
Selain itu, untuk mengulas kembali pembelajaran anak serta membantunya memahami pembelajaran, Mama bisa melakukan praktik langsung. Misalnya pelajaran agama dengan berlatih dan membiasakan anak untuk salat seeta membaca doa sebelum melakukan segala sesuatu. Kemudian belajar bahasa Indonesia dengan mengajaknya berbicara formal sesuai dengan kbbi atau bisa membiasakan anak bercerita kisah hidupnya sehari-hari dengan tutur kata yang baik.
Selanjutnya, bisa juga untuk menerapkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan saling gotong royong merapikan rumah dan masih banyak pembelajaran lainnya.
Jadi, selain di sekolah, Merdeka Belajar juga bisa diterapkan oleh Mama dan Papa bersama si Anak saat di rumah. Sebab, pilar pendidik untuk anak ada tiga yakni keluarga, guru, serta lingkungan masyarakat.