Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Freepik/upklyak
Freepik/upklyak

Seluruh anak berhak mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan tanpa diskriminasi apa pun. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) Pasal 31.

Sayangnya, di Indonesia sendiri hal tersebut belum diterapkan dengan benar. Masih banyak anak yang justru tidak mendapatkan akses pendidikan yang mumpuni.

Salah satunya terjadi di Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Beberapa anak difabel di sana kesulitan untuk mengakses pendidikan sekolah luar biasa (SLB).

Hal ini dikarenakan tidak adanya sekolah untuk anak difabel di wilayah tersebut.

Agar menambah kesadaran Mama terhadap hal ini, Popmama.com telah merangkum informasi mengenai anak-anak difabel yang susah akses pendidikan di Bandung Barat.

1. Sekolah untuk anak istimewa jauh dari rumah seorang anak difabel

Freepik/Jcomp

Raffasya, seorang anak berusia 7 tahun di Bandung Barat merupakan seorang difabel yang tidak bisa mendengar atau tunarungu. Hal tersebut juga menyebabkannya belum bisa berbicara seperti anak pada usianya. 

Meski demikian, Raffasya adalah anak yang aktif dan senang bermain. Hal ini tidak berbeda dari anak-anak seusianya.

Ketika berkomunikasi dengan ibunya, Raffasya harus menggunakan bahasa isyarat. Ia juga diketahui harus mendapat pendidikan di sekolah biasa, dikarenakan keterbatasannya SLB di wilayah tempat tinggalnya. Menurut ibu Raffasya, SLB hanya ada di lokasi yang jauh dari tempat tinggalnya.

"(Sekolahnya) PAUD biasa di sini. Inginnya sekolahnya khusus/sekolah luar biasa," ucap ibu dari Raffasya, berharap anaknya bisa bersekolah di sekolah khusus.

Hal ini juga dikarenakan adanya kesulitan yang dihadapi oleh Raffasya di sekolah biasa. Misalnya saat berinteraksi dengan murid lain dan guru.

Raffasya tidak mengerti bagaimana berkomunikasi secara biasa. Ia sendiri memiliki semangat untuk bersekolah.

"Saya ingin anak saya dapat kesempatan pendidikan yang sama dengan anak yang lain," harap ibu Raffasya.

2. Seorang anak difabel harus berhenti sekolah karena diganggu oleh murid-murid sekolah

Selain Raffasya, cucu dari seorang nenek di Bandung, Mesti yang berusia 13 tahun juga harus putus sekolah karena memiliki disabilitas mental. Mesti sempat bersekolah di salah satu Madrasah dekat tempat tinggalnya.

Namun, si Nenek memutuskan cucunya keluar sekolah karena diganggu oleh candaan murid lain yang tidak pantas diutarakan. "Kalau sudah diganggu di sekolah, Mesti akan mengamuk di rumah, segalanya dirusak," ucap sang nenek.

Saat ini, Mesti hanya bisa menghabiskan waktu hanya di rumah. Padahal, ia memiliki semangat bersekolah sangat tinggi. Saat bersekolah pun, Mesti masih bisa mengikuti pelajaran yang diterangkan oleh guru.

Untuk itu, nenek dari Mesti berharap dan mendukung penuh diadakannya fasilitas pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Ia berharap cucunya dapat bersekolah kembali dengan kurikulum pendidikan yang tepat dan tidak lagi diganggu oleh murid lain. "Kalau bisa, sekolah dengan fasilitas pengobatannya," ucapnya.

3. SLB di Saguling sulit didirikan karena aturan di kecamatan setempat

freepik.com

Seorang anak usia 10 tahun, Fitri, juga harus menghadapi kesulitan mengakses pendidikan. Ia adalah seorang anak perempuan yang tidak bisa berjalan atau tunadaksa dan kini bersekolah di sebuah Madrasah.

Setiap berangkat dan pulang sekolah, Fitri harus digendong oleh ibunya. Ia juga terkadang diganggu oleh murid-murid di sekolah sampai enggan berangkat ke sekolah karena takut. Ia pun tidak bisa bersekolah di SLB karena jauh dari tempat tinggal.

Menurut data penjaringan SLB Negeri Bandung Barat, terdapat sekitar 20 orang difabel di Saguling.

Kepala SLBN Bandung Barat Handaya Djaenudin sempat mengatakan bahwa fasilitas pendidikan kebutuhan khusus di Saguling sulit didirikan akibat aturan seperti perekrutan guru yang ditempatkan di sana. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendukung dan mengupayakan permasalah tersebut.

Demikian informasi mengenai anak-anak difabel yang susah akses pendidikan di Bandung Barat. Semoga masalah peraturan di Saguling dapat teratasi sehingga anak-anak difabel bisa mendapatkan akses pendidikan yang layak ya, Ma.

Editorial Team