5 Organisasi Medis Minta Pemerintah Evaluasi Proses PTM 100%, Simak!

Para medis meminta evaluasi proses PTM 100% karena apa ya, Ma? Simak kabarnya di bawah ini yuk, Ma!

24 Januari 2022

5 Organisasi Medis Minta Pemerintah Evaluasi Proses PTM 100%, Simak
Freepik/freepik

Seiring dengan meningkatnya jumlah pasien tertular varian Omicron di Indonesia, terutama di wilayah DKI Jakarta. Lima organisasi profesi medis meminta pemerintah dengan tujuan agar pihak-pihak pembuat kebijakan, untuk mengevaluasi proses pembelajaran tatap muka (PTM) 100% pada kelompok usia kurang dari 11 tahun.

Para medis tersebut yakni Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI),  Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Indonesia  Intensif Indonesia (PERDATIN), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular (PERKI), serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang pekan lalu telah mengajukan surat permohonan kepada beberapa Kementerian. 

Beberapa Kementerian tersebut diantaranya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kementerian Agama Republik Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, serta Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. 

Mama penasaran bagaimana kabarnya? Berikut Popmama.com akan merangkumnya.

Disimak yuk, Ma!

1. Evaluasi dibuat karena adanya sejumlah pertimbangan mengenai kepatuhan protokol kesehatan pada anak

1. Evaluasi dibuat karena ada sejumlah pertimbangan mengenai kepatuhan protokol kesehatan anak
Freepik/freepik

Setelah pembelajaran tatap muka (PTM) sudah dilaksanakan diberbagai daerah secara 100 persen, ternyata hal ini malah menambah daftar kasus baru COVID-19 pada anak. Hal inilah yang membuat 5 Organisasi Profesi (5 OP) Medis membuat usulan evaluasi yang sejalan berdasarkan sejumlah pertimbangan yang diantaranya: 

  • Kepatuhan anak-anak usia 11 tahun ke bawah terhadap protokol kesehatan masih belum 100 persen. 
  • Belum tersedianya atau belum lengkapnya vaksinasi anak-anak usia kurang dari 11 tahun. 

Seperti yang dikatakan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K), FISR, FAPSR, bahwa proporsi anak yang dirawat akibat infeksi COVID-19 varian Omicron lebih banyak dibandingkan varian-varian sebelumnya.

“Laporan dari beberapa negara, proporsi anak yang dirawat akibat infeksi COVID-19 varian Omicron lebih banyak dibandingkan varian-varian sebelumnya  Dan juga telah dilaporkan transmisi lokal varian Omicron di Indonesia, bahkan sudah ada kasus meninggal karena Omicron,” katanya. 

Editors' Pick

2. 5 Organisasi Profesi memberikan beberapa usulan mengenai Pembelajaran Tatap Muka (PTM)

2. 5 Organisasi Profesi memberikan beberapa usulan mengenai Pembelajaran Tatap Muka (PTM)
Freepik/gpointstudio

Berdasarkan sejumlah pertimbangan-pertimbangan diatas, maka 5 Organisasi Profesi (5 OP) medis tersebut mengajukan usul sebagai berikut: 

  • Anak-anak dan keluarga tetap diperbolehkan untuk memilih pembelajaran tatap muka atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) berdasarkan kondisi dan profil risiko masing-masing keluarga.
  • Anak-anak yang memiliki komorbid dihimbau untuk memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter yang menangani.
  • Anak-anak yang sudah melengkapi imunisasi COVID-19 dan cakap dalam melaksanakan protokol kesehatan dapat mengikuti PTM.
  • Mekanisme kontrol dan buka tutup sekolah seyogyanya dilakukan secara transparan untuk memberikan keamanan publik. 

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) pun menghimbau untuk para orangtua agar segera melengkapi vaksinasi regular pada anak, 

“Kami juga menghimbau orangtua agar melengkapi vaksinasi regular melalui imunisasi kejar bagi anak-anaknya agar tetap terlindungi dari kemungkinan penyakit lain yang mungkin timbul,” ucapnya. 

3. Anak berpotensi mengalami komplikasi berat

3. Anak berpotensi mengalami komplikasi berat
Freepik/prostooleh

Gejala-gejala yang diderita pada anak ketika mengalami terinfeksi COVID-19 relatif lebih ringan. Namun, COVID-19 pada anak tetap harus diwaspadai. Pasalnya, pada kondisi tertentu, anak yang terinfeksi virus Corona juga dapat mengalami long-haul COVID-19, yaitu kondisi di mana anak akan merasakan gejala dalam waktu yang lebih lama.

Seperti yang dikatakan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular (PERKI) - DR. Dr. Isman Firdaus, SpJP (K), FIHA, FAPSIC, FACC,FESC, FSCAI, 

“Anak potensial mengalami komplikasi berat yaitu multisystem inflammatory syndrome in children associated with COVID-19 (MIS-C) dan komplikasi long COVID-19 lainnya sebagaimana dewasa yang akan berdampak pada kinerja dan kesehatan organ tubuh lainnya.” ucapnya. 

4. Tingkat rawat inap anak selama pandemi di Amerika Serikat melonjak

4. Tingkat rawat inap anak selama pandemi Amerika Serikat melonjak
Freepik/mrsiraphol

Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan pencegahan penyakit di Amerika Serikat, tingkat rawat inap Covid-19 di antara anak-anak melonjak di Amerika Serikat, dengan rata-rata 4,3 anak di bawah 5 tahun per 100.000 dirawat di rumah sakit. 

Angka ini naik 2,6 anak dari akhir Desember 2021. Data di Amerika Serikat ini merupakan peningkatan 48 persen dari pekan yang terakhir Desember, dan peningkatan terbesar dalam tingkat rawat inap kelompok usia ini telah terlihat selama pandemi.

5.Munculnya sejumlah kasus COVID-19 pada siswa di Indonesia

5.Muncul sejumlah kasus COVID-19 siswa Indonesia
Freepik/freepik

Di Indonesia, sejumlah sekolah yang telah melaksanakan PTM juga telah melaporkan munculnya sejumlah kasus Covid yang terinfeksi pada siswa. Maka dari itu, sangat penting sekali untuk anak yang masih belum memperoleh vaksinasi, agar dikelilingi orang-orang yang akan memberikan mereka perlindungan. 

Hal ini pun dikatakan oleh Prof. DR. Dr. Syafri Kamsul Arif, SpAn, KIC, KAKV selaku Ketua Umum Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), 

"Untuk anak-anak yang masih belum memperoleh atau belum memenuhi syarat untuk divaksinasi Covid, sangat penting bagi mereka agar dikelilingi  oleh orang-orang yang divaksinasi untuk memberikan mereka (anak-anak tersebut) perlindungan,” ucapnya. 

DR. Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pun berharap agar Pemerintah dan Kementerian mempertimbangkan lagi permohonan dari 5 Organisasi Profesi (5 OP). 

“Kami berharap Pemerintah dan Kementerian terkait sebagai pembuat kebijakan dapat mempertimbangkan permohonan kami demi melindungi kesehatan dan keselamatan anak Indonesia,” tutupnya.

Nah, itulah tadi kabar mengenai 5 Organisasi Profesi (5 OP) Medis yang meminta Pemerintah untuk mengevaluasi kembali proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM). 

Pesan untuk Mama, tetap jaga kesehatan anak ketika ia sudah mengikuti Pembelajaran Tatap Muka dan tetap selalu patuhi protokol kesehatan ya, Ma! Tetap semangat. 

Baca Juga: 

The Latest