5 Alasan Orangtua Harus Hindari Ukur Kecerdasan Anak dari Nilai Rapor

Utamakan kejujuran dan hargai setiap usaha anak mama

12 Januari 2022

5 Alasan Orangtua Harus Hindari Ukur Kecerdasan Anak dari Nilai Rapor
Freepik/peoplecreations

Pengambilan rapor atau hasil pembelajaran menjadi salah satu momen yang banyak ditakuti oleh anak-anak. Mengapa demikian? Sebab tak sedikit orangtua yang sampai saat ini masih mengukur kecerdasan anak berdasarkan hasil rapor yang mereka terima.

JIka nilai yang anak dapat tak sesuai harapan Mama dan Papanya, tatkala anak pun menjadi bahan bandingan dengan anak lain, dimarahi, bahkan sampai dipermalukan di depan banyak orang.

Padahal, kecerdasan anak itu bukan dilihat dari berapa besarnya nilai yang ia terima di rapor kok, Ma.

Agar tidak menimbulkan ketakutan tersendiri pada anak, berikut Popmama.com rangkumkan lima alasan mengapa orangtua sebaiknya tidak mengukur kecerdasan anak dari nilai rapor saja. 

1. Nilai bukan jadi tujuan utama dari pendidikan

1. Nilai bukan jadi tujuan utama dari pendidikan
Pexels/Thirdman

Perlu dipahami bahwa tujuan utama orangtua memberikan pendidikan formal pada anak adalah untuk memberikan bekal padanya agar kelak menjadi pribadi yang berkualitas. Nilai rapor di sini fungsinya adalah sebagai acuan untuk anak agar bisa belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga nilai yang didapatkan pun akan memuaskan.

Meski begitu, penting untuk dipahami oleh orangtua bahwa nilai bukanlah tujuan utamanya. Tetapi bagaimana proses mereka untuk mendapatkan nilai tersebut lah yang perlu dipahami. Mulai dari kegigihannya, kejujuran, serta semangat pantang menyerahnya saat jatuh dan harus bangkit kembali. Jadi, tak sekadar nilai bagus, tetapi juga prosesnya yang perlu orangtua hargai.

Editors' Pick

2. Untuk evaluasi, bukan menghakimi

2. evaluasi, bukan menghakimi
Freepik/Tirachardz

Sekolah memberikan nilai rapor sebagai akhir penilaian tujuannya adalah sebagai bahan evaluasi anak untuk lebih giat belajar, serta gambaran mengenai kondisi akademik anak mama, bukan malah untuk dihakimi, Ma.

Namun sampai saat ini, masih banyak orangtua yang justru menjadikan nilai rapor untuk menghakimi anaknya. Entah mereka disebut sebagai anak yang malas belajar, atau bahkan bodoh. Padahal, anak butuh motivasi dari orangtua untuk membangkitkan semangat belajarnya, bukan malah dimarahi seperti itu.

Justru dengan bersikap seperti itu, malah bikin perkembangan anak terganggu, lho. Sebab anak merasa usahanya tidak dihargai, dan menjadi takut untuk maju karena harapan tinggi dari Mama dan Papanya.

3. Mementingkan nilai kejujuran adalah yang utama

3. Mementingkan nilai kejujuran adalah utama
Pexels/RODNAE Productions

Sebelum melihat nilai rapor yang tinggi, Mama juga perlu mengetahui apakah anak mendapatkannya dari hasil kejujuran mereka sendiri atau tidak. Sebab nilai kejujuran adalah yang utama dibandingkan nilai yang tinggi tetapi bukan hasil usaha sendiri.

Saat anak merasa tertekan akan ekspektasi orangtuanya, tak sedikit dari mereka menghalalkan berbagai cara demi mendapat nilai tinggi sesuai harapan Mama dan Papanya. Misalnya saja menyontek dan sebagainya.

Jadi, kembali lagi pada pemikiran bahwa tanamkan kejujuran pada anak agar kelak mereka bisa belajar menghargai dirinya dan usaha yang sudah dilakukan. Setelah itu, Mama dan Papa pun perlu menghargai setiap hasil yang mereka dapatkan.
 

4. Nilai rendah tidak berarti masa depan anak menjadi sruam

4. Nilai rendah tidak berarti masa depan anak menjadi sruam
Freepik/DCStudio

Tak sedikit orangtua beranggapan bahwa nilai rapor yang rendah mencerminkan masa depan anak yang suram. Padahal, nilai tinggi atau rendah bukan pengukur kesuksesan anak kok, Ma.

Perjalanan hidup mereka masih sangat panjang, apa pun bisa saja terjadi. Di sinilah mereka akan belajar bagaimana menata kehidupannya kelak, sehingga pendidikan formal akan jadi salah satu bekal bagi masa depannya kelak. Bukan berarti nilai rendah mutlak jadi cerminan masa depan mereka, ya.

Jadi, jangan jadikan nilai rapor sebagai patokan mengukur masa depannya nanti. Itu semua tidak mutlak, Ma!

5. Setiap anak memiliki kemampuannya masing-masing

5. Setiap anak memiliki kemampuan masing-masing
Freepik/user23931171

Dalam menjalani pendidikan formal, ada berbagai tipe anak-anak sesuai kemampuannya. Ada yang jago dan gemar pelajaran matematika, ada yang menyukai dan ahli di bidang olahraga, namun ada pula yang justru jago dalam urusan hafal menghafal rumus lainnya.

Itulah mengapa, orangtua perlu mengetahui bahwa anak memiliki kapasitas kemampuannya tersendiri. Sehingga saat mereka mendapat nilai yang lebih rendah dari temannya, jangan langsung membandingkan mereka ya, Ma.

Nilai rendah bukan berarti anak tidak pintar kok, hal ini karena kemampuan setiap anak tentu berbeda-beda. Justru perbedaan ini yang harus jadi motivasi anak untuk berusaha lebih nantinya. Sebab tugas kita sebagai orangtua harus mengembangkan potensi anak, bukan malah menjatuhkan mental mereka.

Itulah berbagai alasan mengapa orangtua sebaiknya menghindari ukur kecerdasan anak dari rapor. Semoga alasan-alasan di atas bisa Mama dan Papa pahami agar tetap menghargai usaha anak, serta memotivasi mereka untuk lebih giat dalam belajar.

Baca juga:

The Latest