Demi Ikut UTS saat Pandemi, Ini Kisah Perjuangan Anak di Bukit Menoreh

Meski harus melewati hutan dan kebun lebat, para siswa tetap semangat jalani UTS

18 September 2020

Demi Ikut UTS saat Pandemi, Ini Kisah Perjuangan Anak Bukit Menoreh
Popmama.com/Novy Agrina

Masih mewabahnya Covid-19 tentu berdampak pada semua hal, termasuk proses belajar mengajar pada anak-anak. Sampai saat ini, banyak sekolah yang memberlakukan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dilakukan secara online dari rumah maisng-masing.

Namun nyatanya, tidak semua sekolah memberlakukan sistem PJJ online seperti itu. Masih ada sekolah di pedalaman yang harus mengandakan cara lain untuk proses belajar mengajar di tengah pandemi ini.

Seperti anak-anak dari Kelurahan Purwosari yang berada di lereng Bukit Menoreh. Minimnya gawai yang para siswa miliki, membuat sekolah mencari cara lain dengan membuat pos di setiap rumah untuk belajar per kelompok.

Hal ini diungkapkan oleh kepala sekolah SD Negeri Tegalsari, Chatarina Suprati, pihaknya membuat beberapa pos yang akan diisi oleh 8-15 anak setiap rumah untuk diskusi kelompok. Cara ini juga digunakan untuk menyambut Ujian Tengah Semester (UTS) di sekolah tersebut.

Meski tak semua memiliki gawai yang akan menunjang sistem PJJ selama pandemi, perjuangan anak-anak di Bukit Menoreh dalam menuntut ilmu perlu diapresiasi.

Berikut perjuangan yang para siswa lakukan untuk menyelesaikan UTS di tengah pandemi.

1. Menggunakan rumah warga sebagai tempat belajar mengajar

1. Menggunakan rumah warga sebagai tempat belajar mengajar
Pixabay/WikiImages
Ilustrasi

Sumardi, seorang warga yang merupakan petani di Pedukuhan Sabrang Kidul, Kalurahan Purwosari, Kapanewon Girimulyo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Rumah Sumardi yang berada di balik hutan dan kebun pohon keras yang lebat pada lereng-lereng bukit ini ia relakan untuk dijadikan tempat belajar bagi belasan pelajar berseragam sekolah dasar dari SD Negeri Tegalsari mulai pagi hingga menjelang siang.

Ini dilakukan sejak Senin, 14 September 2020. Para siswa akan selalu datang sampai Jumat untuk mengikuti pembelajaran menjelang UTS atau Penilaian Tengah Semester (PTS).

Di rumah Sumardi, anak-anak dapat mengerjakan soal dengan duduk saling berjarak satu dengan lain dan bercampur bersama kelas 1 hingga kelas 6. Para siswa yang akan mengikuti UTS ini tetap berada dalam pengawasan seorang wali kelas 6 SD Tegalsari yaitu Estuti.

Editors' Pick

2. Tidak memanfaatkan sekolah online, melainkan manual

2. Tidak memanfaatkan sekolah online, melainkan manual
Freepik/evening_tao

Sejak virus corona mewabah tujuh bulan lalu, proses pelaksanaan UTS di sekolah pun ikut terdampak. Banyak sekolah menggunakan metode belalar mengajar dan penyelenggaraan ujian dengan beragam cara demi mencegah penularan Covid-19 pada anak-anak.

Hal ini juga yang dilakukan SDN Tegalsari. Estuti menjelaskan, mengerjakan ujian secara berkelompok di rumah warga, merupakan salah satu cara yang mereka terapkan.

Mereka tetap diwajibkan menggenakan seragam, mengikuti protokol kesehatan, duduk berjarak, dan membawa peralatan sekolah sendiri saat proses belajar mengajar atau ujian.

Sekolah mereka tidak memanfaatkan sekolah online seperti sekolah kebanyakan dan memilih ujian manual atau mengisi di lembar soal. Anak-anak yang telah diberikan jadwal akan datang menerjang hutan dan kebun lebat pohon kayu keras untuk mengikuti ujian.

Anak-anak setiap pos datang dari berbagai lokasi dan jaraknya pun beragam, dekat dan jauh. Estuti menyebutkan, ada yang jaraknya hanya 200 meter hingga 1 km.

Seberapa pun jaraknya, anak-anak ini tetap semangat mengikuti kegiatan belajar dan ujian di tengah pandemi.

3. Ujian dalam bentuk kelompok siswa per wilayah

3. Ujian dalam bentuk kelompok siswa per wilayah
Freepik
Ilustrasi

Sistem belajar mengajar hinggan ujian kelompok ini diungkapkan Chatarina selaku kepala sekolah SDN Tegalsari untuk mempermudah proses belajar mengaja karena minimnya gawai yang dimiliki setiap siswa.

Menurutnya, siswa yang memiliki gawai untuk belajar online jumlahnya terbatas. Sehingga dibentuklah kelompok siswa per wilayah di rumah warga untuk memudahkan siswa mengikuti pembelajaran yang ada.

Pos-pos ini jumlahnya bervariasi, setiap pos melayani 8-16 anak dengan total siswa sebanyak 84 anak. Setiap kelompok belajar juga tetap mendapat pengawasan dari guru dan juga pemilik rumah.

Chatarina juga menjelaskan bahwa dalam teknis pelaksanaan UTS, sekolah melaksanakan berdasarkan kebijakan masing-masing. Pihaknya kemudian bekerja sama dengan warga untuk menjadikan rumah mereka sebagai tempat ujian para siswa.

Lantaran minimnya penggunaan gawai pada siswa SDN Tegalsari, metode belajar dan ujian kelompok ini dirasa paling efektif.

Tak hanya metode kelompok belajar, Chatarina menyebutkan pihaknya juga menjalankan kunjungan ke rumah siswa bagi mereka yang tidak bisa atau kurang jelas dalam menerima pembelajaran selama pandemi.

4. Soal ujian yang lebih ringan

4. Soal ujian lebih ringan
Pexels/Eleazar Ceballos

Umumnya, pelaksanaan UTS dilakukan secara online dengan guru yang mengirim soal dan menerima laporan yang telah dikerjakan siswa. Namun tak sedikit pula yang menggunakan cara manual, terlebih pada daerah yang sulit sinyal dan karena persoalan keepmilikan gawai.

Ada pula yang menerapkan cara ambil dan setor yang dilakukan orangtua siswa. Menurut Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) Tingkat Girimulya, Sugiya, ini adalah konsekuensi yang harus dihadapi di saat pandemi, semua harus mempertimbangkan dengan kondisi anak-anak.

Meski pandemi ini terus berlangsung, proses belajar mengajar pun harus tetap berjalan sesuai jadwal dan program, terutama UTS. Sebab ujian ini diperlukan sebagai acuan dalam mengukur kemampuan anak setelah proses belajar mengajar berlangsung sekian lama lewat belajar dari rumah.

Mengingat kondisi yang dirasa cukup sulit ini, Sugiya menyebutkan bahwa pelaksanaan UTS kali ini soal akan dikemas lebih ringan dan dalam jumlah yang lebih sedikit. Meski begitu, soal yang dibuat tetap mengacu pada materi yang pernah diberikan lewat pengajaran selama ini.

Baca juga:

The Latest