Tak Mampu Beli HP, Rafika Harus Menumpang Demi Bisa Belajar Online

Kisah haru pelajar dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

25 September 2020

Tak Mampu Beli HP, Rafika Harus Menumpang Demi Bisa Belajar Online
Popmama.com/Novy Agrina
Ilustrasi

Rafika, nama bocah berusia 6 tahun, putri dari pasangan Armin dan Rosiana. Kedua orang tuanya hanya tamatan SD. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani dibantu sang ibu yang merangkap sebagai ibu rumah tangga sekaligus guru bagi Rafika.

Rafika mengharuskan untuk ke rumah sahabatnya, Pipit setiap hari agar bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh PJJ. Pasalnya, orang tua Rafika tidak mampu membelikan Rafika handphone untuk bisa mengikuti PJJ, namun Rafika tidak pernah mengeluh kepada siapapun.

Bagaimana cerita haru Rafika hingga dirinya harus ke rumah sahabatnya untuk mengikuti PJJ?

Simak informasi yang telah Popmama.com rangkum berikut ini.

1. Kisah Rafika

1. Kisah Rafika
Popmama.com/Novy Agrina
Ilustrasi

Pandemi Covid-19, membuat puluhan juta anak di Indonesia terpaksa harus bersekolah dari rumah dengan sistem daring (dalam jaringan). Peralatan seperti handphone merupakan barang wajib agar bisa mengikuti pelajaran daring dengan baik. Sayang, hal itu tidak terjadi pada Rafika.

Jangankan memiliki handphone, melihat barang mewah saja keluarga ini belum pernah, semenjak belajar daring dilakukan.

“Ayahnya dulu sempat punya handphone, tetapi rusak. Wajarlah, handphone jadul. Setelah itu, untuk beli pulsa juga nggak bisa, mending untuk makan,” ungkap sang ibu Rosiana.

Setiap pagi hari Rafika harus berjalan kaki menuju rumah Pipit sahabatnya yang berjarak sekitar 500 meter. Sekitar pukul 07.00 WIB Rafika sampai ke rumah Pipit, dan biasanya Rafika baru pulang ke rumah pukul 09.30 WIB.

Ada rasa sedih di dalam dada sang ibu ketika melepas buah hatinya untuk belajar ke rumah tetangga. Namun Rafika tidak pernah mengeluh kepada siapapun, Rafika menjalani semua dengan senang hati. 

“Aku tidak apa-apa harus jalan kaki ke rumah Pipit, yang penting aku bisa mengikuti pembelajaran secara online,“ ungkap Rafika.

Editors' Pick

2. Optimisme Rafika

2. Optimisme Rafika
IDN Times

Hidup dalam keterbatasan serta tidak mempunyai handphone, tidak menyurutkan semangat Rafika, lho. Dia tetap berusaha dan bersemangat agar tidak ketinggalan kegiatan pembelajaran daring.

Keterbatasan ekonomi ditambah harga handphone yang selangit membuat orangtua Rafika tidak mampu membelikan handphone bagi Rafika.

Harapan untuk bisa mengikuti pembelajaran secara daring dari rumah sendiri seperti kebanyakan anak-anak lain menjadi pupus.

Di rumah sahabatnya Pipit, Rafika tak mau menyia-nyiakan waktu, setiap pagi sesampainya di rumah Pipit dia langsung mengeluarkan buku dan peralatan tulis dari tasnya.

Sembari menunggu sahabatnya Pipit selesai belajar daring, Rafika mengulang kembali pelajaran membaca yang didapatinya di rumah.

Seusai Pipit selesai belajar daring, kini giliran Rafika memakai handphone milik ayah Pipit untuk belajar online yang dibimbing sang guru dari jauh.

3. Kehidupan Rafika yang sederhana

3. Kehidupan Rafika sederhana
Popmama.com/Novy Agrina
Ilustrasi

Rafika kini duduk di kelas 1 SDN 2 Merawang. Dirinya melakoni pergi-pulang ke rumah Pipit nyaris setiap hari, tak ada keluh kesah keluar dari mulut Rafika.

Rafika dan orangtuanya tinggal di sebuah rumah kecil yang terletak di jalan Jering, Desa Baturusa, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kondisi rumah keluarga Rafika sangat sederhana dan terbilang kurang layak untuk ditinggali. Mereka bertiga harus tinggal di rumah berukuran 6x6 meter dengan lantai dapur yang masih beralaskan tanah, serta jendela yang hanya ditutupi oleh tirai kain.

Mirisnya, rumah yang menjadi tempat berteduh dan tempat Rafika menghabiskan masa kecilnya ini tidak mempunyai WC serta jamban.

Keluarga Rafika sering kesusahan ketika ingin buang air besar apalagi disaat malam hari atau tengah malam.

Ditambah pasokan air bersih ke rumah mereka tidak lancar, hanya mengharapkan dari kebaikan para tetangga yang iba dan mau memberikan air bersih.

Itupun hanya cukup dipakai untuk keperluan memasak. Tak jarang, keluarga kecil ini terpaksa harus mandi di kebun tempat sang ayah bekerja mengambil upah sebagai buruh tani.

4. Rafika ingin menaikan derajat keluarga

4. Rafika ingin menaikan derajat keluarga
Pixabay/akshayapatra

Bagi Rafika, pendidikan adalah jalan satu-satunya untuk dia bisa menggapai cita-cita sebagai seorang dokter. Orangtua Rafika selalu menanamkan sikap disiplin dan semangat kepada anaknya tersebut.

“Kamu harus rajin belajar, agar kelak kamu bisa menaikkan derajat orang tuamu ini,“ pesan ibu Rafika kepada anaknya itu.

Mulai dari situ Rafika selalu rajin belajar dan tidak pernah mengeluh. Apapun Rafika jalani untuk bisa menjadikannya seorang dokter yang hebat.

Setiap hari Rafika menyempatkan diri untuk berlatih membaca dan menulis, yang diajari oleh ibunya. Dia sudah mulai bisa membaca huruf sedikit demi sedikit secara perlahan.

Rafika sangat suka sekali dengan pelajaran muatan lokal.

“Aku suka Mulok, karena menggambar maam-macam. Menggambar itu menyenangkan dan mudah. Pelajaran yang aku gak begitu suka Matematika,” seloroh Rafika.
 

5. Harapan keluarga

5. Harapan keluarga
Freepik/tirachardz

Rafika dan keluarganya memang hidup dalam kondisi serba kekurangan. Namun, orangtuanya selalu mengajarkan kepada anaknya untuk selalu bersyukur dengan apa yang mereka miliki dan mereka dapatkan.

Walau mungkin terkadang mereka pernah merasa sedih atau lelah dengan kondisi yang mereka alami saat ini.

Orangtua Rafika mempunyai harapan agar kondisi ekonomi mereka bisa membaik lagi dikemudian hari, sehingga mereka bisa membeli handphone untuk Rafika. Mereka juga berharap pandemi Covid-19 ini cepat berlalu, agar Rafika bisa kembali bersekolah.

Baca juga: 

The Latest