Di sekolah, anak mama tergolong murid yang penurut. Berlaku sopan, mendengarkan apa kata guru, dan mengalah dengan teman. Tetapi begitu sampai rumah, perilakunya pun berubah 180 derajat. Ia kerap kali membantah dan mudah meledak, lebih-lebih jika keinginannya tidak dipenuhi.
Hal ini membuat orangtua bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan cara mendidik anak.
Sudah umum bagi anak-anak untuk mengendalikan diri mereka di sekolah dan melepaskan kendali ketika berada di rumah. Di sekolah, anak belajar peraturan yang berlaku serta mengetahui konsekuensinya bila melanggarnya. Di sini penerapan peraturan lebih konsisten, sehingga anak mengetahui dengan pasti, jika ia melanggar peraturan maka ia akan dihukum.
Berbeda dengan penerapan disiplin di sekolah, di rumah yang tidak cukup konsisten.
Banyak alasan melatarbelakangi hal ini seperti pola pengasuhan yang berbeda antara orangtua atau pengasuh di rumah. Atau orangtua terkadang tidak tega memberikan hukuman. Hal ini menyebabkan anak mengalami kesulitan memahami peraturan yang berlaku di rumah.
Selain itu, longgarnya peraturan ini dapat menjadi senjata bagi mereka untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Misalnya orangtua membuat peraturan bahwa jam 9 malam anak-anak sudah harus tidur. Menjelang jam 9, si Anak masih asyik bermain atau menonton. Paham kalau sudah waktunya tidur dan Mama tidak tega mendengarnya menangis, seringkali Mama akhirnya mengalah.
Agar anak tidak memiliki dua sifat yang berbeda tersebut, disiplin yang berlaku di rumah maupun di sekolah harus dibuat seimbang. Komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan orangtua juga diperlukan di sini. Anak harus diajar untuk memahami alasan menaati peraturan sehingga mereka tidak "asal" menaati saja karena takut dihukum.
Lalu bagaimana menyeimbangkan perilaku di rumah dan di sekolah? Artikel ini Popmama.com lansir dari Babycenter.
