Sudah banyak literatur Islam dan hadis yang menerangkan secara mendalam mengenai makhluk ini. Namun, ada pula fakta yang paling menarik dari buraq ini mengenai laju kecepatannya.
Istilah buraq berasal dari bahasa Arab kata al-buraq yang artinya "cahaya" atau "kilat". Buraq diibaratkan sebuah kendaraan yang memiliki kecepatan di atas kilat atau suatu kecepatan yang dapat melebihi gerakan cahaya.
Dengan adanya kecepatan itu, buraq dipilih menjadi kendaraan yang sangat cepat dalam membawa Rasulullah SAW melakukan perjalananan Isra Mikraj dari Masjidil Haram sampai ke Masjidil Al-Aqsa.
Padahal, jika diteliti lebih jauh jarak antara kedua masjid sekitar 1239 KM. Lalu, Rasulullah dibawa naik ke langit ketujuh untuk bertemu dengan Allah SWT, kemudian kembali ke bumi hanya membutuhkan waktu satu malam.
Demikian itu, buraq diterangkan memiliki laju atau kecepatan layaknya kilat atau cahaya, maka bisa dikatakan buraq bisa bergerak sejauh 186.000 mil atau setara 300 kilometer per detik.
Berdasarkan pada literatur yang menyelidiki menggunakan sistem paralaks, diketahui bahwa jarak antara matahari dan bumi diperkirakan 93.000.000 mil, serta dilalui oleh sinar membutuhkan waktu delapan menit.
Apabila dipikir secara logika, jarak tempuh yang terbilang jauh itu tidak memungkinkan bisa ditempuh hanya dalam beberapa waktu saja oleh buraq. Tentu hal tersebut jauh dari penalaran akal manusia, namun kita sebagai umat muslim harus meyakini dan mengimani adanya peristiwa ini.
Dari Abdullah bin Mas'ud dikatakan bahwasannya Rasulullah SAW berkata:
"Aku telah disediakan buraq, aku pun duduk di belakang Jibril dan berangkatlah bersama. Ketika hendak naik kedua kaki belakangnya diangkat sejajar dengan kedua kaki depannya, dan ketika turun kedua kaki depannya sejajar dengan kedua kaki belakangnya."
Mengutip dari laman Nahdlatul Ulama Online, berbagai fenomena yang memiliki sarat makna di tengah perjalanan tersebut Rasulullah diperlihatkan.
Meskipun hal itu hanya terlihat sekilas saja sebab lajunya kecepatan buraq, tetapi di dalamnya memiliki kandungan makna yang mendalam.
Suatu ketika Rasulullah SAW di dalam perjalanannya sempat melihat orangtua renta yang menjadi sebuah penanda umur dunia ini yang sebanding dengan sisa umur orangtua itu.
Selain itu, Rasulullah SAW juga ditunjukkan dengan seseorang yang memecahkan kepalanya sendiri, ditandai sebagai mereka yang berat melaksanakan salat, pembangkang zakat, pengkhianat, tukang fitnah, dan juga para pezina.
Semua kejadian di atas juga diperlihatkan kepada Rasulullah SAW dengan tujuan sebagai tanda gambaran kehidupan yang perlu siap-siap dihadapi dalam berbagai kenyataan selama bertugas sebagai orang yang diutus oleh Allah SWT.
Adanya peristiwa Isra Mikraj ini telah menunjukkan adanya kebesaran Allah SWT kepada para hamba-Nya. Hal ini sudah diterangkan secara jelas dalam surah Al-Isra' ayat 1, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
سبحن الذي اسرى بعبده ليلا من المسجد الحـرا م الى المسجد الا قصا الذي بركنا حوله لنريه من ايتنا انه هو السميع البصير
Sub-haanallaziii asroo bi'abdihii lailam minal-masjidil-haroomi ilal-masjidil-aqshollazii baaroknaa haulahuu linuriyahuu min aayaatinaa, innahuu huwas-samii'ul-bashiir
Artinya:
"Maha suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Al-Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."