Mengasuh anak adalah pekerjaan penuh waktu dengan segala kemudahan dan tantangan yang tumbuh seiring pertumbuhan anak. Di sini, Mama akan melihat hubungan orangtua-anak dalam berbagai tahap:
Bayi - membangun kehangatan dan keamanan
Dalam enam bulan pertama, bayi kebanyakan menangis, makan, tidur, buang air kecil, dan buang air besar. Dan sebagai responnya, Mama menggendong, memberi makan, bersendawa, mengganti dan memandikan bayi. Dengan cara ini orang tua tetap dekat dengan bayi sambil merawat mereka.
Saat bayi lapar, dia menjadi rewel. Ketika Mama memberinya makan, kebutuhan bayi terpenuhi dan dia bahagia. Mama pun merasa senang karena bisa memenuhi kebutuhan bayi.
Ketika Mama dan Papa menjalankan fungsi utama dalam mengasuh, mencintai, dan merawat anak, hal ini dapat menciptakan hubungan orangtua-anak terbentuk dengan baik dan positif. Pada ulang tahun pertama, bayi cenderung mengembangkan ikatan yang aman dengan orangtua.
Balita - melangkah ke lingkungan baru
Saat anak beranjak balita, fokus orangtua adalah membentuk perilaku anak dengan mengajar, membimbing, dan mengasuhnya. Mama dan Papa memberikan proses sosialisasi secara halus selama dua tahun pertama dan mempersiapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan kelompok sosial atau masyarakat pada umumnya.
Prasekolah - mengembangkan gaya pengasuhan
Gaya pengasuhan yang berbeda muncul, dengan satu gaya menjadi menonjol saat anak mencapai usia prasekolah. Namun, Mama tidak dapat menggunakan satu gaya secara konsisten di semua situasi. Mama perlu menggunakan kombinasi strategi untuk membesarkan anak.
Dan hubungan orangtua-anak paling baik dijelaskan oleh gaya pengasuhan yang saat ini diadopsi oleh orang tua. Penelitian menunjukkan bahwa kepribadian anak terbentuk dari gaya pengasuhan orangtuanya, sebagai berikut:
- Orangtua berwibawa: Anak percaya diri, bahagia, dan fokus.
- Orangtua otoriter: Anak tidak bahagia, kurang percaya diri, dan penakut.
- Orangtua yang permisif: Anak kurang memiliki keterampilan sosial, tidak bertanggung jawab, dan memiliki pengaturan emosi yang buruk.
- Orangtua yang lalai: Anak memiliki lebih banyak masalah perilaku dan psikologis daripada anak-anak lainnya.
Usia sekolah - mengetahui tentang dunia di luar rumah
Saat anak mulai sekolah dasar, terjadi pergeseran fokus dari orangtua ke teman sebayanya, namun hal ini tidak mengubah dinamika hubungan orangtua-anak. Dengan meningkatnya keterampilan kognitif dan sosial anak, ia akan melampaui lingkungan rumah.
Ini adalah waktu ketika komunikasi menjadi dua arah. Anak berada dalam posisi untuk memberi tahu Mama apa yang ia inginkan, dan mengungkapkan rasa suka dan tidak suka. Gaya pengasuhan Mama akan menentukan apakah komunikasi akan dilakukan dua arah atau satu arah.
Gaya pengasuhan anak tetap sama dengan pertumbuhan anak dan gaya yang digunakan di usia prasekolah terus berpengaruh bahkan di usia paruh baya. Studi penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orangtua berdampak pada anak, sebagai berikut:
- Pola asuh otoritatif: anak tumbuh menjadi kompeten secara sosial dan memiliki harga diri yang tinggi.
- Pola asuh otoriter: anak memiliki harga diri rendah, keterampilan sosial rendah, dan sangat agresif.
- Pola asuh permisif: anak menjadi impulsif, agresif, dan tidak bertanggung jawab.
Masa remaja - memberi ruang pribadi kepada anak
Remaja merupakan fase yang bergejolak dan rentan, yang membawa perubahan fisik dan psikologis pada anak. Mama dan Papa harus mengetahui dan memahami kebutuhan remaja, mendukungnya, dan memberi remaja kebebasan yang mereka butuhkan tanpa terlalu mengontrol.
Mengasuh anak dengan cinta dan penerimaan dengan mengadopsi pendekatan positif bahkan selama masa-masa sulit, dapat menjadi cara yang efektif untuk membimbing remaja.
Dewasa - berbicara dengan istilah yang sama
Masa dewasa adalah saat stabilitas anak yang mulai terbentuk. Orangtua dan anak yang sudah dewasa sekarang dapat berhubungan satu sama lain. Kebanyakan anak yang sudah dewasa bisa memelihara hubungan yang sehat dengan orangtua mereka.