Kadang, anak sulit dikendalikan. Kita pun sebagai orangtua kadang sulit menekan emosi agar tidak meluap saat melihat anak seperti itu.
Itu merupakan hal yang wajar karena orangtua juga manusia yang memiliki batas kesabaran. Namun, anak bisa saja terluka dan jadi trauma akibat reaksi orangtua yang kasar, termasuk memarahi dan memukul.
Anak yang mengalami kekerasan baik secara fisik maupun secara verbal bisa mengalami trauma, lho. Mungkin Mama mengerti bagaimana "memukul" bisa menciptakan trauma pada anak. Namun, bagaimana dengan "membentak"?
Ternyata volume, nada bicara, dan ekspresi sinis orangtua ketika memarahi anak bisa terasa sangat menakutkan baginya, Ma. Ia bisa merasa dibenci.
Apalagi jika orangtua mengeluarkan kata-kata kasar atau merendahkannya. Ini akan sangat melukai anak. Belum lagi jika anak sering mengalaminya. Ini bisa tumbuh menjadi trauma baginya.
Jika traumanya terus dibiarkan, ini akan memengaruhi kehidupannya ketika ia dewasa. Ia bisa mengalami depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan lainnya. Bahkan ia bisa menutup diri dari orang lain.
Walaupun tujuan orangtua memarahi anak adalah untuk mendidik, membentak atau memukulnya bukanlah cara mendidik yang baik.
Orangtua tetap bisa bersikap lembut untuk mendidik anak tentang benar dan salah. Setuju, Ma?
Lalu, apa yang bisa Mama lakukan jika sudah telanjur memarahi atau memukul anak karena tidak bisa menahan emosi melihat perilakunya?
Yuk, simak 7 tips menghadapi trauma pada anak akibat dimarahi dan dipukul yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini, Ma.
