Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, Jawa Timur melaporkan bahwa ada 870 siswa dari SMP dan SMA yang terlibat dalam tren menyayat tangan. Motif siswa melukai diri mereka sendiri karena mengikuti tren dari teman-teman mereka atau ada masalah pribadi.
"(Ada) masalah dengan keluarga yang tidak harmonis atau masalah dengan pacar mereka, tapi yang paling banyak adalah karena ikut-ikutan teman-teman mereka," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, Rohmad Hidayat.
Pemerintah Kabupaten Magetan telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi tren ini.
RSUD Sayidiman Magetan telah disiapkan untuk memberikan pendampingan psikologis.
Direktur Utama RSUD Sayidiman Magetan, Rohmat Santosa, menjelaskan bahwa ada dua tenaga ahli yang akan membantu siswa-siswa tersebut.
"Ada 2 psikolog yang kita siapkan untuk menangani siswa yang memiliki unsur psikologi dalam penanganan siswa menyayat lengan tangan mereka. Untuk fasilitas pelayanan sudah siap, tapi pasien dari kasus tersebut sampai saat ini belum ada yang masuk," katanya.
Dinas Pendidikan Magetan sendiri masih melakukan identifikasi siswa yang perlu pendampingan psikologis.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Magetan, Suwata, siswa yang mengalami stres berat dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan pendampingan psikologis. Bagi siswa yang tidak termasuk dalam kategori tersebut, pihak Dindik akan melibatkan orang tua siswa dan sekolah dalam penanganannya.
Itulah rangkuman kronologis viral di media sosial, 6 anak SD sayat tangan karena ingin ikuti tren. Dengan adanya kasus ini, diharapkan bisa menjadi perhatian bagi para orangtua dan juga para orang dewasa untuk selalu mengawasi konten yang diterima oleh anak-anak.