5 Cara Cerdas Ajarkan Anak tentang Literasi Keuangan

Membaca harga, mengatur anggaran, dan menabung adalah keterampilan yang wajib dipelajari sejak dini

14 Februari 2020

5 Cara Cerdas Ajarkan Anak tentang Literasi Keuangan
Freepik

Sejak kecil kita diajarkan untuk giat menabung. Namun, pada kenyataan semakin dewasa kita menyadari bahwa menabung saja tidak cukup. Mengelola keuangan merupakan bekal hidup yang penting agar kita bijak menggunakan uang dalam hidup ini.

Banyak salah kaprah yang terjadi soal mengelola keuangan. Salah satunya adalah baru  mengenal tentang literasi keuangan saat sudah memiliki gaji sendiri di usia 20-an. Ada juga yang baru menyadari pentingnya literasi keuangan saat kepepet utang. Padahal, literasi keuangan itu perlu diperkenalkan sejak dini lho, Ma. Berikut Popmama.com punya 5 tips mengajarkan literasi keuangan sederhana pada anak, dilansir dari daveramsey.com:

1. Ajarkan anak tentang konsekuensi

1. Ajarkan anak tentang konsekuensi
Freepik/prostooleh

Beranjak menginjak usia 6 tahun, anak mulai dapat memahami tentang konsekuensi. Pada usia ini, anak sudah harus bisa menimbang keputusan dan memahami kemungkinan sebab-akibat. Misalnya, jika ia punya uang dan harus memilih membeli barang apa yang diinginkannya.

Mama bisa menunjukkan pilihan yang harus dipertimbangkannya matang-matang karena hanya ada satu hal yang bisa dipilihnya.

"Kalau Kakak membeli video game ini, itu artinya Kakak tidak punya uang lagi untuk membeli sepatu itu. Begitu pula sebaliknya. Jadi pertimbangkan baik-baik mana yang lebih menguntungkan."

Editors' Pick

2. Berikan komisi, bukan sekadar memberi uang

2. Berikan komisi, bukan sekadar memberi uang
mothering.com

Sebaiknya jangan sekadar memberi sejumlah uang begitu saja. Berlakukan sistem komisi berdasarkan pekerjaan yang mereka lakukan. Misalnya membuang sampah, membersihkan kamar, menyapu, dan sebagainya.

Konsep ini akan membantu anak Mama memahami bahwa uang itu diperoleh dengan kerja keras, bukan didapatkan secara cuma-cuma. Hal ini penting supaya anak dapat menghargai nilai uang.

3. Hindari belanja yang impulsif

3. Hindari belanja impulsif
Pixabay/vabo2040

"Ma, aku pengen membeli baju itu. Pokoknya harus beli hari ini!" Pernyataan seperti ini mungkin terdengar familiar ya, Ma? Tak jarang permintaan ini berujung rengekan tatkala keinginan anak tidak dituruti orangtuanya. 

Anak-anak di usia sekolah sudah memahami cara memanfaatkan uang dan mulai terdorong membeli barang secara impulsif. Beri tahu anak Mama bahwa mereka bisa membeli barang yang diinginkannya dengan komisi yang sudah diperolehnya, atau mereka harus mengumpulkan uang komisi terlebih dahulu untuk membeli barang idamannya.

Mintalah mereka menunggu, setidaknya satu hari sebelum membeli barang dengan nominal tertentu (misalnya di atas Rp 25.000). Jika sampai keesokan harinya mereka masih menginginkan barang tersebut, dan sudah menimbang konsekuensinya, barulah mereka diizinkan untuk membeli barang idamannya itu.

4. Tunjukkan bahwa mendapatkan barang butuh uang

4. Tunjukkan bahwa mendapatkan barang butuh uang
Freepik/rawpixel

Mengajarkan pada anak tentang barter itu bukan sekadar mengatakan, "Harga mobil mainan itu Rp 50.000, Nak." Lebih dari itu, tunjukkan pada mereka sebanyak apakah Rp 50.000 itu. Ajak mereka membawa celengannya ke toko mainan dan menghitung bersama-sama.

Secara nyata, biarkan mereka sendiri yang menyerahkan uang itu ke kasir. Tindakan sederhana ini mengajarkan banyak hal pada anak tentang bagaimana seharusnya uang bekerja dalam kehidupan ini

5. Jadilah contoh pelaku literasi keuangan

5. Jadilah contoh pelaku literasi keuangan
Shutterstock/pikselstock

Sebuah studi dari University of Cambridge menemukan bahwa kebiasaan memperlakukan uang pada anak dimulai dari usia 7 tahun. Hal ini penting disadari orangtua karena pada usia-usia ini anak memperhatikan dan menyerap dengan baik bagaimana cara orangtuanya memperlakukan uang. 

Jika Mama sering membeli barang-barang secara impulsif, diam-diam mereka memperhatikan. Jika orangtua di rumah sering bertengkar karena masalah uang, mereka juga memperhatikannya. Jadilah contoh yang baik untuk anak, niscaya mereka akan bertumbuh membawa kebiasaan yang baik pula hingga dewasa.

Mengajari anak tentang literasi keuangan, pada usia berapa pun, memang akan membutuhkan waktu. Tak selalu mudah, tapi jika Mama ingin anak tahu cara mengelola keuangan dengan sukses ketika mereka semakin besar, kerja keras hari ini tidak akan sia-sia kok, Ma. 

Semoga informasi ini dapat menginspirasi ya, Ma!

Baca juga:

The Latest