Mengajarkan Anger Management Kepada Anak, Bagaimana Caranya?

Yuk ajari anak anger management agar ia bisa mengatasi perasaan tak nyaman dengan baik

19 Maret 2019

Mengajarkan Anger Management Kepada Anak, Bagaimana Caranya
Pexels.com

Tiap anak dikaruniai keunikan karakter dan wataknya masing-masing. Ada anak yang ekspresif menunjukkan perasaannya, ada pula yang tidak mampu mengeluarkan ekspresinya. 

Kemarahan merupakan hal yang wajar dirasakan setiap manusia, tak terkecuali anak-anak. Kemarahan merupakan ungkapan atas perasaan frustrasi yang dialami seseorang. Meskipun rasa marah adalah hal yang wajar, tetapi Mama perlu memperhatikan bagaimana si Anak mengekspresikan agresi kemarahannya.

Jika tingkat agresifnya sudah di ambang batas kewajaran, misalnya berteriak, membanting barang hingga menyakiti dirinya atau orang lain, berikut ini lima strategi mengajarkan anger management pada anak:

1. Ajarkan perbedaan antara perasaan dan perilaku

1. Ajarkan perbedaan antara perasaan perilaku
Pixabay.com

Marah adalah hal yang normal. Namun anak-anak perlu diajarkan perbedaan antara perasaan marah dengan perilaku agresif. Ajarkan anak memberi label tentang apa yang dirasakannya, sehingga ia bisa mengungkapkan rasa marah, frustrasi dan kecewa secara verbal. Karena perilaku agresif merupakan variasi dari perwujudan rasa tidak nyaman, marah bahkan malu.

Editors' Pick

2. Jadilah role model

2. Jadilah role model
Pixabay.com

Cara terbaik mengajarkan anak berkompromi dengan kemarahan melalui role model orang di sekitarnya, terutama orang tuanya sendiri. Jika Mama seringkali kehilangan kesabaran dan menunjukkannya dengan cara yang agresif, anak akan mencontohnya dan menganggap pengungkapan kemarahan yang meledak-ledak adalah hal yang benar.

Meski penting untuk menjaga anak kita dari masalah orang dewasa, tetapi mengajarkan anak mengatasi rasa marah dengan sehat perlu dilakukan. Misalnya, saat Mama tak sengaja berteriak pada orang lain, Mama bisa katakan pada si kecil, "Maafkan Mama ya, tadi kamu melihat Mama marah. Semestinya Mama tidak perlu berteriak seperti itu dan lebih baik menegur orang tersebut."

3. Buatlah anger rules di rumah Mama

3. Buatlah anger rules rumah Mama
Pixabay.com

Setiap keluarga pasti memiliki aturan-aturan tidak tertulis. Termasuk penting 'mengatur' pengungkapan kemarahan yang bisa diterima dan tidak. Sebagian keluarga bisa saja menerima teriakan atau pintu yang dibanting sebagai bentuk ungkapan kemarahan. Tetapi sebagian keluarga bisa jadi tidak bisa memberikan toleransi terhadap hal tersebut. 

Mama bisa membuat peraturan tertulis yang mengatur tentang hal ini, dan wajib dipatuhi bukan hanya oleh anak-anak, melainkan seluruh anggota keluarga.

4. Ajarkan anak keterampilan mengatasi perasaannya

4. Ajarkan anak keterampilan mengatasi perasaannya
Pixabay.com

Anak-anak perlu tahu bagaimana cara yang tepat mengatasi perasaannya. Tidak cukup hanya dengan kata-kata, "Jangan pukul adikmu!", tetapi Mama bisa mengajarkan apa yang bisa ia lakukan saat ia merasa frustrasi dengan perasaannya. Misalnya, "Lain kali, tidak perlu memukul, tapi beritahu adik kalau kamu ingin memakai mainanmu."

Mama juga bisa bertanya, "Apa yang bisa kamu lakukan selain memukul adik kalau adik merebut mainanmu?" untuk membantu anak mulai mengidentifikasi strategi yang baik.

5. Tawarkan konsekuensi bila perlu

5. Tawarkan konsekuensi bila perlu
Pexels.com

Beri anak Mama konsekuensi positif ketika ia mengikuti anger rules dan konsekuensi negatif jika ia melanggar aturan. Konsekuensi positif bisa diberlakukan, misalnya sistem hadiah, sistem poin dan sebagainya yang memotivasi anak mengelola kemarahannya dengan baik.

Sementara konsekuensi negatif bisa diterapkan jika anak mulai berperilaku negatif, misalnya time-out, kehilangan reward atau membayar ganti rugi dengan melakukan pekerjaan tambahan atau meminjamkan mainan kepada korban kemarahannya.

Adalah hal yang normal bagi anak berjuang mengatasi rasa marahnya sebagai bagian perkembangan kedewasaannya. Dengan bantuan Mama, niscaya keterampilannya akan meningkat. Jika pengendalian amarah anak semakin memburuk, tak ada salahnya Mama meminta bantuan kepada profesional.

Baca Juga:

The Latest