Panduan Mengasuh Anak Bertubuh Gemuk untuk Orangtua

Kegemukan pada anak dapat memengaruhi kesehatan anak, baik secara fisik maupun mental

11 Januari 2022

Panduan Mengasuh Anak Bertubuh Gemuk Orangtua
Pexels/Reynante Lacbain

Banyak orangtua yang beranggapan bahwa anak yang sehat adalah anak yang gemuk. Memang, gizi berperan penting terhadap tumbuh-kembang anak di usia dini. Akan tetapi jika tidak seimbang, justru gizi yang berlebih dapat membuat anak menjadi overweight, bahkan obesitas.

Anak yang bertubuh gemuk mungkin terlihat menggemaskan. Akan tetapi, kegemukan di usia dini dapat menurunkan kualitas hidup anak, baik itu dari sisi kesehatan mental maupun psikis. Anak menjadi tidak lincah, mudah sakit, hingga merasa tidak percaya diri karena rentan menjadi sasaran perundungan.

Lalu, bagaimana harusnya orangtua bersikap? Berikut ini Popmama.com merangkum panduan mengasuh anak bertubuh gemuk untuk orangtua, dilansir dari Today's Parents:

1. Ajarkan anak tentang keberagaman bentuk tubuh

1. Ajarkan anak tentang keberagaman bentuk tubuh
Freepik/jcomp
Ilustrasi

Masyarakat membentuk standar kecantikan sendiri yang mana menyanjung orang yang bertubuh kurus sebagai bentuk tubuh yang ideal. Hal ini dapat membuat anak meyakini bahwa bentuk tubuh semua orang harus seperti itu, termasuk dirinya, dan ini dapat membuatnya minder.

Ajarkan pada anak bahwa ada banyak spektrum bentuk dan ukuran tubuh manusia. Sebagian orang kurus, sebagian orang gemuk, dan sebagian yang lain mungkin lebih atletis. Keberagaman ini adalah manusiawi. Tidak ada dua bentuk tubuh yang sama, sekalipun itu anak kembar. Tidak ada bentuk tubuh yang tidak berharga, begitu pula tubuhnya yang gemuk pun berharga. 

2. Ajarkan anak bagaimana mengenali sistem biologis tubuhnya sendiri

2. Ajarkan anak bagaimana mengenali sistem biologis tubuh sendiri
Pexels/Alex Green

Meski bertubuh gemuk bukan alasan untuk minder, tetapi berkaca pada faktor kesehatan jangka panjang, anak tetap perlu diajarkan bagaimana mengenali rasa lapar dan kenyangnya sendiri. Anak perlu tahu apakah dia sedang benar-benar lapar atau hanya ingin makan karena faktor psikis (dorongan impulsif, cemas, menghabiskan waktu). 

Dengan mengenali rasa laparnya sendiri, anak dapat mengembangkan hubungan yang baik dengan makanan sejak dini. Tubuh kita tidak terlepas dari pikiran kita dan hal ini penting diajarkan pada anak agak anak dapat merasakan isyarat alami lapar dan kenyang yang normal.

3. Biarkan anak memilih aktivitas yang disukainya

3. Biarkan anak memilih aktivitas disukainya
dailypicturesonline.blogspot.com

Sama seperti kita orang dewasa, akan sangat sulit mencintai kegiatan yang dipaksakan untuk kita ikuti. Apalagi jika ada rasa malu saat melakukannya. Misalnya ketika anak dipaksa ikut kelas gym atau kelas menari, padahal ia tidak memiliki keinginan mengikuti keduanya. 

Mungkin orangtua bermaksud baik dengan mendorong anak mengikuti kegiatan fisik yang dapat membuatnya lebih sehat. Mengikuti kelas-kelas seperti itu juga dapat mengajari anak tentang berpegang teguh pada komitmen. 

Namun, masa kanak-kanak adalah masa eksplorasi. Harus diingat bahwa di masa ini anak mungkin akan mengalami jatuh-bangun terkait komitmen. Apabila anak dipaksa melakukan aktivitas yang tidak disukainya, ia akan merasa seperti dihukum. 

Biarkan anak mencoba hal-hal baru yang diinginkannya. Jika mereka menikmatinya, itu adalah hal yang luar biasa. Tetapi jika mereka tidak ingin melakukannya lagi, tanyakan alasannya dan biarkan mereka memilih sendiri aktivitas fisik yang diinginkannya.

Editors' Pick

4. Jangan membatasi makanan dengan label "baik" dan "buruk"

4. Jangan membatasi makanan label "baik" "buruk"
Freepik/freepik

Kita orang dewasa mungkin sangat akrab dengan istilah makanan yang "baik" dan "buruk" di masyarakat. Tetapi anak-anak kita mungkin tidak mengetahuinya, sampai ia terpapar sendiri dengan istilah tersebut dari lingkungan terdekatnya. 

Memperkenalkan makanan dengan label "baik" dan "buruk" mungkin tampak seperti mengajarkan anak agar lebih menyukai makanan yang sehat. Tetapi hal ini justru menciptakan rasa bersalah pada anak tatkala ia ketahuan makan makanan yang "buruk". Akibatnya anak pun mengembangkan hubungan yang buruk dengan makanan, yang dapat menyebabkan mereka mengalami gangguan makan. Contohnya: diam-diam menyembunyikan makanan, diam-diam memuntahkan makanan.

Sediakan berbagai jenis makanan untuk mereka. Ajak anak memasak bersama. Perkenalkan segala hal yang tentang makanan dengan kacamata yang netral, seperti makan sesuai porsi, menu makanan yang berimbang gizi, dan hal-hal yang menjadi bekal berhaga yang akan membantu mereka sepanjang hidup. 

5. Awas, perundungan dapat bermula dari rumah

5. Awas, perundungan dapat bermula dari rumah
Freepik/Doldam10

Alih-alih di lingkungan pertemanan, banyak orangtua yang tak menyadari bahwa bibit perundungan justru bermula dari rumah. Seperti ketika anak memilih baju renang yang diinginkannya dan orangtua berpendapat, "Apa kamu tidak malu kalau pakai baju renang yang bikin perut gendutmu itu kelihatan?"

Bisa jadi sang Anak tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya, sampai akhirnya ia mendengarnya sendiri dari mulut orangtuanya. Mungkin orangtua tidak mengingat pernah melontarkan pernyataan seperti itu, akan tetapi sebagian anak dapat mengingatkan dan membuat mereka merasa insecure hingga puluhan tahun mendatang. 
 

6. Bagaimana jika anak menjadi korban perundungan di lingkungan pertemanan?

6. Bagaimana jika anak menjadi korban perundungan lingkungan pertemanan
Pexels/Rodnae Production

Kita tidak bisa mengendalikan perilaku orang lain. Tak jarang anak yang gemuk menjadi sasaran empuk perundungan, walau anak tidak melakukan kesalahan apapun. 

Jika hal ini terjadi, orangtua perlu menanamkan pada anak bahwa tubuh mereka adalah milik mereka, dan tak ada satu pun orang yang berhak mengejeknya. Sebaliknya, perundungan bukan berarti bisa menghentikan anak melakukan apa yang ia inginkan, seperti memakai pakaian yang ia sukai atau melakukan aktivitas yang menjadi hobinya. 

Ajari anak mempertahankan prinsip dan dirinya sendiri bahwa bukan seharusnya anak yang mengalah, melainkan tanggungjawab untuk menjaga sikap adalah tugas sang Perundung. Bekali anak dengan pengetahuan tentang intimidasi dan bagaimana menghadapi orang-orang yang jahat kepada mereka.

Ketika anak mengalami perundungan di sekolah, pastikan menjadi 'rumah' yang aman untuk anak menceritakan keluh-kesah dan merasa dicintai seperti apapun kondisinya. Lakukan hal ini sembari bekerjasama dengan guru untuk menghentikan aksi perundungan ini. 

7. Bekerjasama dengan dokter agar anak lebih sehat

7. Bekerjasama dokter agar anak lebih sehat
Pixabay/jossuetrejo_oficial

Seperti yang sudah disebutkan di atas, gemuk tidak selalu artinya sehat. Oleh karena itu, orangtua perlu bekerjasama dengan dokter untuk mengatasi kegemukan yang dialami anak, tanpa menjatuhkan kepercayaan diri anak. 

Hindari membandingkan bentuk tubuh anak dengan sosok yang lain. Berfokuslah pada bagaimana anak mengenali rasa laparnya, mencintai tubuhnya dengan makan makanan yang sehat, mengembangkan hubungan yang baik dengan makanan. 

8. Cintai anak apa adanya mereka

8. Cintai anak apa ada mereka
Freepik

Terkadang anak yang gemuk tumbuh dengan perasaan bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk membuat orangtua mereka lebih bangga, selain bisa menurunkan berat badan.

Penting untuk berkomitmen untuk menerima, mendukung, dan mencintai anak apa pun yang terjadi, bahkan jika mereka tetap gemuk sepanjang hidup mereka.

Ketika orangtua membesarkan anak yang gemuk dalam suasana cinta dan penerimaan, mereka mungkin tumbuh menjadi orang dewasa yang gemuk.

Tetapi mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa gemuk yang percaya diri dan mampu dengan bekal yang baik untuk menghadapi dunia. Masalah menurunkan berat badan dapat diatasi dengan berbagai cara kok.

Mereka masih memiliki perjalanan yang panjang untuk menuju pembebasan tubuh, tetapi mereka membawa bekal mental yang cukup. Itu adalah yang terbaik yang bisa dilakukan orangtua mana pun.

Semoga menginspirasi ya, Ma.

Baca juga:

The Latest