KENAPA REMAJA SUKA PROTES DAN MENOLAK IKUT ACARA DAN TRADISI KELUARGA?

Hai Ma, kali ini aku mau share tentang anak usia remaja. Dilansir dari laman sosial media Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog founder @relasidiri, di usia (pra) remaja wajar jika anak merasa kalau acara atau tradisi keluarga itu membebani dan mengekang mereka. Apalagi acara keluara yang membuat mereka harus nurut dan sama seperti orang lain. Padahal, di masa ini  mereka sedang suka menunjukkan individualitas dan ekspresi personal mereka. Mereka lagi masanya ingin “beda” dan tidak suka disamakan dengan orang lain. Namun, di sisi lain mereka senang sekali mengikuti gaya idola mereka.

Tugas orang tua di masa (pra) remaja adalah berusaha memahami kebutuhan individual anak dan kebutuhan “keluarga” sebagai satu kesatuan. Belum lagi, kita juga berperan untuk memahami kebutuhan pasangan dan memahami kebutuhan pekerjaan serta kebutuhan keluarga besar. Ditambah lagi kalau kita ikut komunitas atau organisasi yang juga memerlukan energi mental dan fisik utnuk memenuhi kebutan organisasi. Enggak heran kita seringkali tepar dan overwhelmed.

Wajar jika di usia (pra) remaja in ianak muali bisa dan berani protes bahkan megkritisi ritual, tradisi dan kebiasaan di keluarga. Ini merupakan ciri-ciri atau tanda perkembangan kemampuan berpikir atau peningkatan kapasitas kognitif remaja untuk mengobservasi lingkungan dan menganalisa situasi. Pekembangan kemampuan/skill yang baik bukan? Sayangnya nada bicara atau ekspresi wajahnya sambil nyolot dan bikin kita sebel banget pastinya.

Orang tua perlu meluangkan waktu untuk mengobrol dan diskusi dengan remaja sehinga bisa saling mendengarkan perspektif dan perasaan masing-masing tentang “acara keluarga” dan mencari solusi bersama yang bisa mengakomodir orang tua dan remaja atau membuat mekanisme gantian berkegiatan. Misalnya, ada hari Sabtu yang anak remaja bisa gunakan untuk melakukan hobi dan pergi dengan teman. Ada hari Minggu yang berkunjung ke rumah nenek-kakek-kakek nisalnya. Dari pengalaman ini jadi “teaching moment” untuk mengenalkan dan melatih problem solving skill pada anak remaja.

Di masa transisi remaja dan masa perubahan pada anak remaja yang ikut mengubah dan memengaruhi suasana di rumah serta aktivitas keluarga, sebenarnya ini adalah kesempatan untuk merevisi dan menciptakan tradisi keluarga yang baru, berbeda dan disesuaikan dengan kondisi anak remaja. Lebih disesuaikan denga tahap perkembangan anak remaja.