7 Tips Jitu Ajarkan Potty Training pada Si Kecil

group-image

Semakin bertambahnya umur Si Kecil, akan semakin banyak hal baru dan tanggung jawab yang akan dipelajarinya. Salah satunya adalah belajar buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) sendiri di kamar mandi atau yang kerap disebut dengan potty training.

Ini artinya buah hati tidak lagi bergantung pada popok untuk menampung air pipis atau poop-nya. Pengajaran ini dikenal juga dengan istilah potty training atau toilet training.

Potty training pada balita merupakan salah satu lompatan besar dalam perjalanan hidupnya. Jadi, siapkan diri Mama dan Si Kecil untuk memulai petualangan dan pengalaman baru ini sebagai bekal balita ke depannya.

Potty training pada balita seperti yang tertulis dalam situs Stanford Childrens, baiknya dilakukan jika Mama sudah melihat tanda-tanda kesiapan balita untuk potty training.

Tidak ada waktu atau umur terbaik yang dapat dijadikan patokan dalam memulai potty training. Perhatikan tandanya dan mulailah potty training pada balita jika balita sudah siap.

Jika balita dirasa belum siap, jangan memaksakan proses ini karena hanya akan membuat Mama dan anak menjadi tidak nyaman dan stres.
 

Potty training sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Bukan hanya mengajarkan agar Si Kecil tak lagi ngompol, namun potty training juga memiliki manfaat positif secara psikologis pada anak.

Dilansir dari Tigers Child Care, potty training dapat meningkatkan kemandirian pada anak untuk mengontrol kebutuhannya untuk menggunakan toilet. Ketika Si Kecil sudah bisa mengontrolnya dan tahu kapan harus ke toilet, mereka akan merasa lebih percaya diri dalam menjalani hari-harinya.

Bahkan, ketika anak sudah memahami potty training, Si Kecil tak lagi akan menangis dan kebingungan ketika 'kecelakaan kecil' terjadi. Misalnya, Si Kecil terlambat untuk masuk ke toilet dan akhirnya buang air di dalam popok celana. Karena, Si Kecil sudah tahu apa yang harus dia lakukan.

Tanpa menangis dan meminta bantuan, Si Kecil akan dengan mandiri mengganti popok celana atau celana dalamnya dengan yang baru dan akan membersihkan dirinya sendiri di toilet. Karena itulah, potty training begitu penting dalam tumbuh kembang anak.

Tips Mengajarkan Si Kecil Buang Air

Lalu bagaimana cara membuat potty training pada balita sukses dan tidak membebankan anak serta orangtua?

Mama memang bisa mengajarkan Si Kecil menggunakan adapter seat. Namun, bagaimana ketika malam hari? Balita biasanya lebih sulit mengontrol diri untuk bangun dan pipis di toilet.

Untuk itu, Mama bisa memanfaatkan popok celana sebagai transisi sebelum Si Kecil benar-benar lancar menggunakan toilet setiap hari.
 

1. Cek Kesiapan Balita

Karena potty training ditargetkan pada Si Kecil, Mama perlu memastikan apakah balita sudah siap untuk diajarkan BAB dan BAK sendiri.

Namun, sebelum memulai potty training, Mama perlu memeriksa apakah Si Kecil sudah siap atau belum. Hal ini sangat penting karena bagaimana pun, Si Kecil yang harus memutuskan kapan dia siap untuk menggunakan toilet dan bisa lepas dari diapers.

Dalam jurnal berjudul Toilet Training Children: When to Start and How to Train, Brazelton pertama kali membuat sebuah metode standar untuk mengajarkan anak potty training pada tahun 1962.

Dalam metode itu, dia mengembangkan pendekatan child readiness atau kesiapan Si Kecil, dimana potty training harus dimulai pada saat Si Kecil sudah siap.

Dalam sebuah jurnal lain berjudul Toilet Training Guidelines: Parents—The Role of the Parents in Toilet Training yang diterbitkan American Academy of Pediatrics menunjukkan tidak ada patokan usia kapan anak harus diajarkan potty training. Setiap anak memiliki waktu kesiapannya sendiri.

Namun disarankan Mama tidak mengajarkan potty training kepada Si Kecil di bawah usia 2 tahun, ya Mama. Pasalnya, secara fisik anak di bawah usia 2 tahun belum siap untuk buang air menggunakan toilet secara mandiri dan masih butuh pengawasan Mama yang cukup ketat.