Young Moms Community, Bukan Sekadar Ibu-ibu

group-image

Tak ada sekolah untuk menjadi ibu. Inilah peran yang harus dipelajari sekaligus ketika tengah dijalani. Dengan berkumpul membentuk komunitas, setiap anggotanya memiliki wadah untuk bertumpu, berbagi, belajar, dan saling menguatkan.. Tak sekadar perkumpulan ibu-ibu biasa, komunitas ibu muda ini juga senantiasa terhubung dengan dinamika sosial di sekitar mereka. Sebab, bagaimanapun, peran ibu amat strategis membentuk generasi unggul di masa depan. Ruang siber menjadi akses krusial untuk membangun keterhubungan antarmanusia. Ketika zaman kian sibuk, pola perkumpulan ala ibu-ibu pun berubah.

Perkumpulan ibu-ibu muda masa kini tak lagi ala ibu-ibu PKK atau terbentuk karena dampak ikutan dari suatu bentukan organisasi tertentu. Tidak pula terbentuk karena berada dalam areal kawasan tinggal yang sama. Komunitas ibu muda masa kini terbentuk di ruang siber, baru kemudian berlabuh dan menguat di darat. Di Jakarta saat ini cukup banyak komunitas ibu muda semacam ini, salah satunya adalah Young Moms Community (YMC). Apa istimewanya sekadar komunitas ibu-ibu muda? Lindsey Afsari Puteri yang didapuk sebagai Ketua YMC bertutur, komunitas ini berawal dari milis (mailing list) yang menjadi wadah dari ibu-ibu pembaca setia suatu majalah mengenai ibu dan anak. Segala persoalan mengenai calon ibu, ibu baru, persoalan merawat dan mengasuh anak, pendidikan anak, masalah kesehatan keluarga tumpah-ruah dibahas di milis tersebut.

”Di mailing list itu kita saling berbagi banyak persoalan. Namanya juga banyak yang baru jadi ibu, atau ada yang calon ibu, butuh wadah untuk berbagi dan bertanya,” kata Lindsey. Siber dan ”srawung” Komunikasi di milis berkembang kian intens dan akrab sekalipun belum pernah saling bertatap muka. Sampai akhirnya dua tahun lalu mereka memutuskan untuk srawung, bertemu. Inilah realitas zaman ketika ruang siber dan pertemuan fisik mampu berkelindan membangun simpul-simpul kekuatan sosial di unit ”kecil”, yakni ibu-ibu. YMC kemudian menjadi tidak sekadar perkumpulan ibu-ibu, tetapi juga menjadi kelompok pendukung bagi anggotanya dengan beragam latar belakang pekerjaan, dari dokter, pegawai, aktivis partai, guru, hingga pemain sinetron. ”Tidak hanya beragam latar belakang pekerjaan, tetapi juga mulai dari ibu rumah tangga, ibu bekerja, juga single mom (orangtua tunggal),” kata Ari, salah seorang anggota. Kamis petang (26/7/2012) lalu, belasan dari sekitar 600 anggota YMC bertemu untuk berbuka puasa bersama di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Senayan, Jakarta. Usia anggota di kisaran 20-an hingga jelang usia 40-an. Sore itu beberapa ibu membawa anaknya masing-masing. Suasana pun riang gembira. Setiap kali seorang ibu anggota YMC datang akan disambut seruan riang anggota lain yang telah lebih dulu tiba. Salah seorang ibu yang baru datang kemudian mengabarkan bahwa dirinya tengah hamil lagi, menantikan anak ketiganya. Sontak ibu-ibu yang lain riuh memberi selamat. Destiana Lestari, salah seorang anggota YMC, menceritakan bagaimana aneka persoalan yang dihadapi ibu masa kini. Mulai dari dilema ibu bekerja yang kemudian mengetahui anaknya mengalami kekerasan dari pengasuh, sindrom baby blues pasca-melahirkan, masalah kesehatan anak secara umum, sampai ke cara membuat makanan pengganti ASI yang variatif dan bergizi. Bagi ibu-ibu ini, dengan berbagi saja, beban dari suatu persoalan setidaknya dapat memberi efek psikologis yang meringankan. Sama-sama belajar Sekalipun sumber bacaan di internet dan buku saat ini cukup banyak, bagaimanapun wadah untuk bisa berkomunikasi dan berbagi secara interaktif masih amat dibutuhkan. Perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan membuat ibu masa kini tak lagi bisa menggantungkan sumber pengetahuannya pada pakem-pakem tradisional semata. ”Semua sama-sama terus belajar menjadi orangtua. Melalui komunitaslah kami berusaha saling membantu persoalan dari masing-masing anggota. Bahkan, anak enggak bisa pup beberapa hari saja menjadi persoalan yang dibagi dengan komunitas,” kata Destiana.

Selain sebagai wadah berbagi, para anggota YMC kerap juga mengadakan berbagai aktivitas terkait persoalan seputar ibu-anak dan berbagai kegiatan sosial. Petang itu, misalnya, Lindsey mengajak ibu-ibu mulai menyusun rencana menghimpun bantuan bagi anak-anak yang mengidap kanker. Untuk mekanisme penyaluran bantuan semacam itu, YMC biasanya bekerja sama dengan organisasi lain yang terkadang telah berjejaring dengan anggota YMC. Sore itu, Lindsey juga mengungkapkan kepada para anggota soal kabar adanya anak pengidap kanker yang ingin sekali bertemu dengan salah seorang vokalis band terkenal. ”Mungkin kita bisa usahakan untuk bantu fasilitasi. Dan jangan lupa, ya, Ibu-ibu, kita nanti juga mesti kumpulkan santunan untuk Ramadhan ini, ya. Kita mulai cari-cari pantinya dari sekarang,” kata Lindsey. Destiana mengatakan, YMC juga kerap mengadakan kelas untuk anak balita dalam melatih kemampuan motorik halus ataupun kasar, seminar dan workshop mendongeng bagi orangtua, hingga kelas memasak.