Stunting terjadi ketika pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak terhambat akibat kekurangan gizi yang berlangsung pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun.
Hingga saat ini stunting menjadi masalah serius yang mengancam masa depan anak-anak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6 persen. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen.
Sumatera Selatan menjadi salah satu provinsi yang berhasil menurunkan angka stunting hampir 5 persen pada periode tahun 2021-2022, yaitu dari 24,4 persen menjadi 18,6 persen.
Meski menurun bahaya stunting masih mengancan anak-anak Indonesia, karena dapat berdampak negatif pada kemampuan anak dalam belajar, kesehatan, dan produktivitas di masa dewasa nanti.
Inilah mengapa orangtua memiliki peran penting dalam pencegahan stunting, melalui pemahaman akan bahaya stunting, Mama dapat menjadi garda terdepan dalam melindungi masa depan anak.
Berikut Popmama.com telah merangkum informasi seputar bahaya stunting bagi masa depan anak, berdasarkan penjelasan Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Ali Khomsan, dalam seminar edukasi pencegahan stunting dalam rangka Hari Keluarga Nasional yang diselenggarakan Nestle DANCOW FortiGro pada 4 Juli 2023 di Banyuasin, Sumatra Selatan.
