Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Bentuk Keterbukaan Anak Berdasarkan Usia, Ketahui Respons Tepatnya
Freepik/prostooleh

Intinya sih...

  • Usia balita (3-5 tahun): Si Kecil cenderung terbuka dan spontan dalam menceritakan kejadian sehari

  • Usia sekolah dasar (5-7 tahun): Si Kecil mulai merasakan emosi seperti malu dan takut akan konsekuensi

  • Usia sekolah menengah (7-12 tahun): Anak mulai menghadapi kompleksitas hubungan interpersonal

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Keterbukaan anak kepada orangtua merupakan dasar penting dalam membangun hubungan yang sehat dan saling percaya.

Seiring bertambahnya usia, bentuk keterbukaan si Kecil akan mengalami perubahan yang signifikan.

Mulai dari hal-hal sederhana seperti melaporkan kecelakaan kecil di rumah, hingga berbagi perasaan mendalam tentang persahabatan dan tantangan hidup yang lebih kompleks.

Respons Mama terhadap keterbukaan si Kecil akan sangat menentukan apakah ia akan terus terbuka atau justru menutup diri di masa mendatang.

Setiap reaksi yang Mama berikan, baik berupa kata-kata, ekspresi wajah, maupun tindakan, akan menjadi pembelajaran bagi si Kecil tentang apakah berbagi cerita dengan orangtua adalah hal yang aman dan nyaman atau sebaliknya.

Ingatlah bahwa Mama sebenarnya sudah tahu cara menjadi orangtua yang baik. Mama hanya perlu mengingat apa yang Mama butuhkan ketika masih kecil.

Di artikel ini, Popmama.com telah merangkum informasi mengenai bentuk keterbukaan anak berdasarkan usia, ketahui respons tepatnya.

1. Usia balita (3-5 tahun)

Freepik/jcomp

Pada usia balita, si Kecil cenderung sangat terbuka dan spontan dalam menceritakan kejadian sehari-hari.

Mereka belum memiliki filter sosial yang kuat, sehingga apa yang mereka alami akan langsung disampaikan kepada Mama tanpa rasa takut atau malu.

Ketika si Kecil yang berusia 3 tahun secara jujur menceritakan bahwa ia telah berbuat kesalahan seperti memecahkan cangkir, menumpahkan sirup, atau mengacak-acak pakaian di lemari, hal ini sebenarnya menunjukkan kepercayaan alamiah mereka terhadap orangtua.

Respons positif Mama dengan mengatakan "Mama senang kamu mau bercerita" akan memperkuat perilaku jujur si Kecil.

Daripada memarahi atau menghukum, Mama yang bijak akan menggunakan momen ini sebagai kesempatan pembelajaran.

Dengan membantu si Kecil membersihkan kesalahannya bersama-sama, Mama dapat mengajarkan bahwa kesalahan adalah bagian dari pembelajaran, dan kejujuran akan selalu dihargai, bukan dihukum.

2. Usia sekolah dasar (5-7 tahun)

Freepik

Memasuki usia sekolah dasar, si Kecil mulai mengembangkan pemahaman tentang benar dan salah, serta mulai merasakan emosi seperti malu dan takut akan konsekuensi.

Ketika si Kecil berusia 5 tahun berbuat kesalahan yang memalukan seperti mengompol di rumah teman, salah masuk toilet atau terjatuh di depan umum, ia sudah bisa merasakan rasa malu yang mendalam.

Momen ini menjadi kesempatan bagi Mama untuk menunjukkan bahwa rumah adalah tempat yang aman untuk berbagi pengalaman yang memalukan sekalipun.

Dengan memberikan kehangatan fisik melalui pelukan dan mendengarkan ceritanya tanpa menunjukkan kekecewaan, Mama akan menciptakan rasa aman yang akan si Kecil selalu asosiasikan dengan rumah.

Si Kecil belajar bahwa Mama adalah tempat berlindung yang tidak akan menghakimi atau mempermalukan mereka.

Sikap ini akan membangun kepercayaan yang kuat, sehingga si Kecil akan terus terbuka bahkan ketika mereka mengalami hal-hal yang memalukan atau sulit.

3. Usia sekolah menengah (7-12 tahun)

Freepik

Pada usia 7-12 tahun, dunia sosial si Anak mulai meluas dan hubungan pertemanan menjadi hal yang sangat penting dalam hidupnya.

Anak yang berusia 7 tahun mulai menunjukkan bahwa mereka sudah menghadapi kompleksitas hubungan interpersonal.

Cerita bahwa temannya mengatakan tidak menyukainya, atau dirinya tidak diajak bermain di sekolah akan menjadi hal yang wajar muncul di rentang usia ini.

Pengalaman penolakan dari teman sebaya bisa menjadi luka emosional yang mendalam bagi anak di usia ini.

Mama perlu memberikan respons yang empati dan bijaksana dengan tetap mengatakan "Mama senang kamu mau bercerita" untuk menjaga keterbukaan, kemudian berikan perspektif yang membantu anak memahami bahwa persahabatan memang bersifat dinamis dan hal tersebut bukanlah kesalahan si Anak.

Pendekatan ini mengajarkan si Kecil bahwa mereka layak dicintai terlepas dari penerimaan orang lain.

4. Usia Remaja Awal (12-15 tahun)

Freepik/Lifestylememory

Memasuki usia remaja awal, si Anak mulai menghadapi isu-isu yang lebih serius dan kompleks, termasuk tekanan sosial yang dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik.

Ketika si Anak berusia 12 tahun menceritakan tentang temannya yang tidak makan agar tetap kurus, atau mulai melukai diri mereka sendiri Mama dihadapkan pada situasi yang memerlukan penanganan lebih dari sekadar dukungan emosional biasa.

Mama harus menunjukkan respons yang tetap memberi apresiasi terhadap keterbukaan si Anak sambil memberi tindakan konkret yang bisa dilakukan anak untuk membantu temannya.

Bisa berupa menasehati temannya untuk berkonsultasi dengan psikolog atau mendengarkan dan menjadi ruang aman bagi temannya.

Mama mengajarkan bahwa ada saatnya dimana menjaga seseorang berarti mengambil tindakan, bukan hanya mendengarkan.

Hal ini membantu si Kecil memahami bahwa keterbukaan mereka dapat menjadi jalan untuk membantu orang lain, dan bahwa Mama adalah sosok yang dapat diandalkan untuk menghadapi masalah yang lebih besar dari kapasitas anak-anak.

5. Usia remaja akhir (19 tahun)

Freepik

Ketika si Kecil memasuki usia dewasa muda dan menghadapi transisi besar seperti memasuki universitas, keterbukaan yang mereka tunjukkan mencerminkan kedewasaan emosional yang telah terbentuk dari tahun-tahun kepercayaan yang dibangun bersama Mama.

Di usia 19 tahun, saat si Anak menelepon untuk berbagi perasaan campur aduk tentang kehidupan universitasnya, tentunya akan sangat berbeda dengan laporan hariannya di masa kecil.

Percakapan di tahap ini sudah bergeser dari sekadar menyelesaikan masalah si Anak menjadi memberikan dukungan emosional sambil menghormati kemandirian yang telah diraih.

Respons "Mama senang kamu mau bercerita" di usia dewasa muda ini menjadi validasi yang sangat berarti.

Kalimat sederhana tersebut menyampaikan pesan bahwa Mama akan selalu menjadi tempat yang aman untuk pulang, meski si Anak kini sudah dewasa dan mandiri.

Itulah informasi tentang bentuk keterbukaan anak berdasarkan usia, ketahui respons tepatnya. Ingatlah bahwa konsistensi respons positif Mama terhadap setiap cerita yang dibagikan anak akan menjadi investasi berharga untuk membangun hubungan yang kuat dan saling percaya sepanjang hidup.

Editorial Team