Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

Gangguan spektrum autisme adalah kondisi neurodevelopmental yang memengaruhi cara seseorang berkomunikasi, berinteraksi sosial, serta memproses informasi dan lingkungan di sekitarnya.

Gangguan ini bersifat spektrum, artinya gejalanya sangat beragam, mulai dari yang ringan hingga yang membutuhkan dukungan intensif dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, di balik pemahaman medis yang semakin berkembang, masih banyak anggapan keliru yang beredar di masyarakat.

Salah satunya adalah pandangan bahwa pola asuh orangtua, khususnya pada masa awal pertumbuhan anak, dapat menjadi penyebab autisme.

Tidak sedikit orangtua yang merasa bersalah atau bahkan disalahkan ketika anak mereka menerima diagnosis ASD.

Kali ini Popmama.com akan mengulas informasi bisakah pola asuh menyebabkan autisme? Yang bisa membuat Mama bisa lebih paham mengenai hal ini. Disimak ya!

1. Autisme bukan disebabkan oleh pola asuh

Ma, ternyata autisme bukan disebabkan oleh pola asuh orangtua lho.

Autisme adalah gangguan perkembangan saraf (neurodevelopmental) yang memengaruhi cara anak berkomunikasi, bersosialisasi, dan berperilaku.

Kondisi ini berkaitan dengan faktor genetik dan biologis, bukan karena pola asuh yang kurang hangat atau terlalu keras.

Dulu, sempat ada refrigerator mother theory yang merujuk pada seorang ibu yang dianggap dingin dan kurang kasih sayang.

Hal ini dianggap menjadi penyebab autisme pada anak. Namun, teori ini sudah lama dibantah oleh riset ilmiah.

Jadi, kalau anak Mama menunjukkan gejala autisme, itu bukan karena Mama atau Papa salah mendidik, ya.

2. Anak berisiko tinggi autisme cenderung memiliki orangtua dengan pola asuh yang direktif

dr. Amanda Soebadi, SpA, Subs Neuro(K), M.Med ClinNeurophysiol, dokter spesialis anak konsultan neurologi menjelaskan bahwa orangtua dari anak dengan risiko tinggi autisme cenderung menggunakan pola asuh yang lebih direktif.

Pola asuh direktif lebih memberikan arahan atau instruksi secara lebih tegas dan spesifik dalam keseharian.

Ini biasanya dilakukan karena sejak awal, anak menunjukkan perilaku yang tidak biasa, seperti sulit melakukan kontak mata, tampak tidak tertarik bermain bersama, atau tidak merespons saat dipanggil.

Pola asuh ini bukan berarti salah atau menjadi penyebab autisme. Sebaliknya, ini adalah reaksi alami orangtua terhadap perilaku anak yang berbeda, yang belum tentu mereka pahami sepenuhnya.

Hal ini memiliki arti bahwa anak yang memang sudah menunjukkan gejala autisme sejak dini cenderung memicu respons pola asuh yang lebih mengarahkan, bukan karena pola asuh itu sendiri yang menyebabkan autisme.

Oleh karena itu, pendekatan parenting yang fleksibel dan penuh empati tetap menjadi kunci dalam mendampingi anak, terutama mereka yang berada di spektrum autisme.

3. Kurangnya edukasi pada orangtua berakibat terlambat deteksi gejala

Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah minimnya edukasi tentang gejala awal autisme.

Banyak orangtua mengira anaknya hanya terlambat bicara atau pendiam, padahal bisa jadi itu tanda awal dari spektrum autisme.

Tanpa pemahaman yang cukup, deteksi dini bisa terlewat. Padahal, semakin cepat autisme dikenali, semakin besar peluang anak untuk mendapatkan intervensi yang tepat dan optimal.

Oleh karena itu, penting banget bagi orangtua untuk tahu tanda-tanda autisme dan juga diharapkan tidak ragu berkonsultasi dengan tenaga profesional jika ada kekhawatiran.

Itulah informasi mengenai bisakah pola asuh menyebabkan autisme? Semoga bisa membuat Mama lebih paham dan peduli pada autisme ya.

Editorial Team