Anak yang memiliki sifat perfeksionis biasanya membuat orangtua tidak perlu takut untuk gagal karena anak memiliki kesadarannya sendiri dalam mengerjakan sesuatu hal. Namun, perfeksionis tidak selalu berdampak baik pada anak, tetapi juga memberi dampak buruk.
Menurut studi psikolog dari Hewitt dan Flett, perfeksionis terbagi atas tiga jenis yang disebabkan oleh alasan yang berbeda-beda.
Ketiga jenis tersebut, yakni perfeksionis berorientasi diri sendiri, perfeksionis berorientasi orang lain dan perfeksionis dorongan lingkungan sekitar.
Perfeksionis orientasi sendiri, biasanya anak akan menanamkan pikiran bahwa mereka harus menjadi sesempurna mungkin. Anak yang seperti ini biasanya memiliki perasaan takut gagal dalam mengerjakan sesuatu.
Sedangkan perfeksionis berorientasi orang lain biasanya anak mempunyai standar yang cukup tinggi terhadap orang-orang sekitarnya. Anak pun kerap akan mengkritik dan menghakimi orang lain.
Sementara perfeksionis berorientasi pada lingkungan sekitar, biasanya anak akan terdorong untuk membuktikan kemampuannya dengan tujuan untuk memenuhi standar orang lain. Hal ini kerap terjadi ketika ia mempunyai tuntutan dari orang tuanya.
Apabila anak yang perfeksionis tidak bisa menyelesaikan tugas atau kegiatannya ia cenderung akan menyalahkan diri sendiri, mudah malu, frustasi dan sering kesulitan dalam melakukan sesuatu hal.
Lalu, bagaimana caranya Mama menghadapi anak prasekolah yang perfeksionis?
Berikut Popmama.com sudah merangkum informasinya untuk Mama.
