Apakah Mama Sering Membentak Anak, Begini Cara Mengatasinya!

Apakah kamu sering menegur anak dengan nada yang membentak?

5 Desember 2021

Apakah Mama Sering Membentak Anak, Begini Cara Mengatasinya
Freepik/fwsstudio

Cara membentak telah menjadi kebiasaan para orang tua untuk memberikan teguran dan mendapatkan perhatian anak-anak. Banyak anak-anak yang tumbuh dengan dimarahi dan bahkan dipukul oleh orangtuanya. 

Anak-anak yang sering dibentak oleh orangtuanya akan sering mengalami kecemasan, emosi yang tidak terkontrol, atau bahkan si Anak bisa berteriak sendirian. Hal ini disebabkan anak-anak memiliki sistem saraf yang sensitif yang menyebabkan timbulnya rasa ketakutan ketika kamu membentaknya.

Jadi, ketika dengan membentaknya kamu merasa si Anak menjadi lebih patuh, kamu salah, sebab Anak hanya ingin dirinya berhenti untuk dibentak.

Jadi, apa yang seharusnya dilakukan Mama? Berikut adalah cara agar Mama tidak lagi membentak si Anak yang telah Popmama.comrangkum untuk Mama simak.

1. Mengetahui alasan kamu membentak si Anak

1. Mengetahui alasan kamu membentak si Anak
Unsplash/ChinhLeDuc

Membentak merupakan hal yang tidak terjadi secara tiba-tiba. Biasanya hal itu merupakan respons terhadap suatu perilaku yang kamu dapatkan. Dengan kata lain, sesuatu memicu kamu ketika sedang membentak si Anak. 

Kamu perlu untuk mencari pemicu mengapa kamu membentak si Anak. Dengan demikian, ketika kamu telah mengetahui pemicunya, maka kemungkinan besar kamu bisa menghindarinya pula.


 

Editors' Pick

2. Alih-alih membentak, kamu perlu mengajarkan si Anak

2. Alih-alih membentak, kamu perlu mengajarkan si Anak
Freepik/bearfotos

Ketika kamu menyuruh Anak melakukan sesuatu dengan membentaknya, secara tidak langsung kamu hanya membuatnya untuk tutup mulut daripada mendengarkanmu. Kamu perlu untuk mengontrol diri, agar dapat memberikan pesan yang akan lebih dipahami si Anak.

Sebaiknya bicarakahlah segala sesuatu dengan si Anak, pahami alasan ia dalam melakukan sesuatu meski hal tersebut sangat menganggumu. Jelaskan kepadanya semua konsekuensi dari perilaku si Anak tersebut, sehingga ia akan paham dan tidak mengulangi hal yang tidak kamu inginkan.

3. Sesuaikan harapanmu pada si Anak

3. Sesuaikan harapanmu si Anak
Freepik/peoplecreation

Menjaga harapan kamu tetap realistis adalah kuncinya. Dengan menaruh banyak harapan pada Si anak, hanya akan memicu emosi yang mungkin berakhir dengan bentakan apabila ia tidak sesuai dengan harapanmu.

Sesekali, abaikanlah harapanmu pada si Anak dan biarkan ia melakukan hal yang disukai. 
Kamu juga perlu menanyakan hal-hal pada dirimu sendiri seperti apa yang terjadi pada dirimu, apakah kamu tidak mendapat tidur yang cukup, atau apakah kamu merasa tidak dihargai. Terlepas dari perilaku anak-anak, kamu perlu menanyakan apa yang salah pada diri kamu.

4. Tenangkan diri kamu sebelum memutuskan untuk membentak si Anak

4. Tenangkan diri kamu sebelum memutuskan membentak si Anak
Freepik

Ketika kamu merasa ingin membentak si Anak, kamu perlu cara untuk menenangkan dirimu. Ambil napas dalam-dalam kemudian keluarkanlah secara perlahan. Ingatkan pada diri kamu penyesalan yang akan didapatkan ketika menuruti emosi sesaat. 

Kamu mungkin bisa mencoba untuk tertawa. Dengan tertawa, kamu dapat mengubah suasana hatimu menjadi lebih baik. Hal tersebut dapat mengirimkan pesan ke sistem sarafmu bahwa tidak ada keadaan yang darurat lalu secara otomatis sistem pun akan kembali menenangkanmu. Jika perlu, putarlah musik favoritmu ya, Ma!
 

5. Buatlah daftar yang berisi kesepakatan antara Mama dan si Anak

5. Buatlah daftar berisi kesepakatan antara Mama si Anak
Freepik/freepik

Ketika keadaan sedang tenang, bicarakanlah dengan si Anak cara-cara agar kamu tidak sampai membentaknya. Kamu perlu ingat bahwa dirimu adalah panutan buat si Anak.

Kemudian, buatkan daftar yang berisikan hal-hal yang perlu Anak lakukan ketika kamu mulai membentaknya dan tempelkan di kulkas atau benda yang dapat semua anggota keluargamu lihat. Biarkan si Anak menegurmu ketika kamu mulai membentaknya.

Jadi, kurangi bentakan Mama pada si Anak ya!

Baca juga:

The Latest