Meski dapat menjadi acuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kuman TB dalam tubuh, tapi hasil tes mantoux ini bisa saja keliru pada beberapa kondisi tertentu.
Ini dikenal dengan hasil tes negatif palsu dan positif palsu. Pada hasil tes negatif palsu, tes mantoux akan menunjukkan hasil negatif padahal pasien sebenarnya terinfeksi kuman TB.
Kekeliruan akan hasil tes ini bisa disebabkan oleh berbagai macam hal, di antaranya:
- Ketidakmampuan tubuh untuk bereaksi terhadap uji kulit karena daya tahan tubuh yang lemah.
- Infeksi TB yang baru terjadi antara 8-10 bulan.
- Infeksi kuman TB yang sudah lama (bertahun-tahun).
- Baru melakukan vaksin yang mengandung virus hidup, seperti campak atau cacar.
- Terinfeksi penyakit yang disebabkan virus, seperti campak atau cacar air.
- Menderita penyakit tertentu, seperti kanker atau AIDS, yang menyebabkan daya tahan tubuh lemah.
- Teknik penyuntikan yang salah.
- Interpretasi yang salah dari reaksi yang muncul.
Sementara hasil tes positif palsu terjadi saat tes mantoux menunjukkan hasil yang positif, sementara pasien sesungguhnya tidak terpapar kuman TB. Kekeliruan hasil tes ini bisa disebabkan oleh:
- Terindentifikasi adanya bakteri Mycobacterium, tapi bukan jenis tuberculosis.
- Baru melakukan imunisasi BCG.
- Teknik penyuntikan yang salah.
- Interpretasi yang salah dari reaksi yang muncul.
- Penggunaan botol antigen yang salah.
Meski tes mantoux bisa menjadi tolak ukur adanya kuman TB dalam tubuh, bukan berarti hasil tes mantoux positif menunjukkan bahwa penderita mengalami TB aktif.
Untuk memastikan, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut seperti foto rontgen dada dan pemeriksaan dahak, untuk memastikan adanya infeksi TB dalam tubuh.
Nah, itulah keempat informasi penting terkait tes mantoux pada anak.
Semoga bermanfaat!