Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Freepik
Freepik

Batuk rejan atau pertusis tidak sama seperti batuk biasa, melainkan batuk yang disebabkan oleh infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis.

Batuk ini dapat dengan mudah menular melalui percikan air liur ketika berbicara ataupun bersin.

Di Indonesia, jumlah yang  terinfeksi oleh pertusis tidak sedikit, menurut data dari Kemenkes pada tahun 2023 terdapat sebanyak 2163 kasus pertusis dan ditemukan orang-orang yang terinfeksi ini belum mendapatkan imunisasi.

Jika seseorang terinfeksi pertusis, maka akan sangat mudah untuk menularkannya kepada orang lain terutama anak-anak yang belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang stabil.

Oleh karena itu, penting untuk mencegah anak terkena pertusis dengan memberikan imunisasi.

Sebagai upaya mengurangi infeksi pertusis terutama pada anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ingin mengedukasi masyarakat mengenai apa itu batuk rejan, gejala, hingga cara mencegahnya, dengan Dr. Anggraini Alam, dr.,SpA(K) sebagai pembicara.

Berikut Popmama.com rangkum buat Mama.

Apa itu Batuk Rejan?

Freepik

Batuk rejan adalah kondisi dimana seseorang mengalami batuk keras secara terus menerus dengan ditandai dengan suara tarikan napas yang panjang melengking. 

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi yang menyerang saluran pernapasan dan paru-paru.

Pertusis seringkali disamakan dengan tuberkulosis, hanya karena keduanya menunjukkan gejala batuk secara terus menerus.

Namun, kedua penyakit ini sebenarnya berasal dari bakteri yang berbeda sehingga ini bukan penyakit yang sama.

Penyebab serta Diagnosis Batuk Rejan

Zoom/Dr. Anggraini Alam, dr.,SpA(K)

Penyebab utama dari infeksi ini yaitu dikarenakan bakteri bordetella pertussis yang menyerang saluran pernapasan. Bakteri ini dapat menyerang melalui percikan air liur dari orang yang terinfeksi ataupun benda-benda yang telah terkontaminasi.

Bakteri yang sudah masuk kedalam tubuh akan melepaskan zat beracun, salah satunya yaitu pertussis toxin. Racun tersebut dapat melemahkan sistem imun tubuh sehingga dapat memicu infeksi serta peradangan. 

Saat seseorang sudah terinfeksi dengan bakteri ini, tubuh akan merespons dengan meningkatkan produksi lendir untuk memerangkap bakteri, kemudian lendir yang terperangkap akan dikeluarkan melalui batuk.

Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa seseorang terdiagnosis batuk rejan, berikut diantaranya:

  • Batuk paroksismal diikuti suara batuk rejan saat inspirasi, sering disertai muntah
  • Pada bayi muda mungkin tidak disertai batuk rejan, akan tetapi batuk yang diikuti oleh berhentinya napas atau sianosis, atau napas berhenti tanpa batuk
  • Perdarahan subkonjungtiva
  • Bisa disertai dengan pneumonia dan kejang

Pengobatan Jika Terinfeksi Batuk Rejan

Freepik/Freepik

Antibiotik:

  • Pengobatan efektif untuk meringankan gejala jika diberikan pada fase awal, terutama dua minggu pertama sebelum masuk paroksismal muncul. Namun, dalam fase ini pertusis masih sulit untuk didiagnosis.
  • Pemberian antibiotik pada stadium paroksismal tidak mengubah perjalanan klinis, namun dapat menghilangkan bakteri dari nasofaring dan dengan demikian dapat mengurangi penularan.

Terapi tambahan:

  • Terapi simtomatik
  • Hidrasi
  • Nutrisi

Cara Mencegah Batuk Rejan

freepik/freepik

Mencegah anak terkena infeksi batuk rejan lebih penting daripada mengobati anak yang sudah terkena infeksi ini.

Cara paling efektif untuk mencegahnya yaitu dengan imunisasi pertusis. Imunisasi pertusis biasanya akan diberikan bersamaan dengan vaksin difteri, tetanus, polio (vaksin DPT) dan Hib.

Pada anak, imunisasi pertusis perlu dilakukan hingga lima dosis, dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis kedua pada usia 4 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan, dosis keempat pada usia antara 15 - 18 bulan, dan dosis kelima antara usia 4 - 6 tahun.

Selain pada anak, imunisasi pertusis juga penting bagi ibu hamil untuk mencegah penularan pada bayi.

Selalu waspada jika anak sudah menunjukan tanda gejala batuk rejan ya, Ma!

Editorial Team