Kenali 5 Gejala HIV pada Anak yang Perlu Diperhatikan

Kenali gejala HIV pada anak agar mendapatkan penanganan secepatnya

1 Desember 2020

Kenali 5 Gejala HIV Anak Perlu Diperhatikan
Freepik/Kuprevich

Pada tanggal 1 Desember diperingati dengan Hari AIDS Sedunia, dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat seluruh dunia terhadap AIDS yang disebabkan oleh virus HIV.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hampir 3 persen penderita HIV-AIDS di Indonesia adalah anak usia di bawah 14 tahun, lebih dari 90 persen bayi dan anak yang terinfeksi HIV tertular dari sang Mama pada masa kehamilan, saat persalinan, dan juga melalui ASI.

Terdapat beberapa gejala HIV pada anak yang bisa terlihat dari tahun pertama kehidupannya, meliputi gejala ringan hingga gejala infeksi parah. Gejala ini patut Mama perhatikan jika anak terlahir dari orangtua yang memiliki infeksi HIV dan tidak mendapatkan pengobatan.

Berikut ini Popmama.com akan membahas 5 gejala AIDS pada anak yang harus Mama perhatikan agar mendapatkan perawatan secepatnya.

Kapan Gejala HIV pada Anak Mulai Muncul?

Kapan Gejala HIV Anak Mulai Muncul
Pexels/Katie E

Infeksi HIV pada anak yang ditularkan oleh Mama ketika dalam kandungan atau masa persalinan. Umumnya baru menunjukkan gejala antara 12-18 bulan pertama kehidupan anak. Walaupun begitu, ada juga anak yang tidak menunjukkan gejala apapun hingga usianya lebih dari lima tahun.

HIV pada anak bisa sulit dideteksi dini karena gejalanya yang hampir mirip dnegan infeksi virus biasa, seperti terserang flu. Namun, ada beberapa gejala lainnya yang bisa Mama curigai sebagai gejala HIV pada anak, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Badan yang kurus karena berat badan anak yang sulit bertambah

Gejala HIV pada anak yang dapat diperhatikan dengan jelas adalah ketika berat badannya sulit bertambah. Idealnya, berat badan anak berusia satu tahun akan mencapai tiga kali berat badannya saat lahir.

Pada grafik pertumbuhan anak, akan cenderung mendatar atau bahkan menurun. Hal ini karena infeksi HIV menyebabkan metabolisma lemak tubuh terganggu. Sehingga membuat berat anak sulit bertambah dan menjadi kurus.

Infeksi HIV ini juga mengakibatkan resistensi terhadap insulin, sehingga gula dari makanan tidak dapat menyerap ke tubuh yang berfungsi untuk pertumbuhan anak.

Editors' Pick

2. Sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga anak lebih sering sakit

2. Sistem kekebalan tubuh lemah sehingga anak lebih sering sakit
Freepik/A3pfamily

Anak-anak yang masih kecil, umumnya memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang. Namun seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh anak menjadi semakin kuat. Sehingga seharunya membuat anak dapat terhindar dari berbagai penyakit.

Namun, jika anak sering mengalami demam lebih dari tujuh hari, batuk pilek, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit perut, serta infeksi telinga yang sering kambuh dan berlangsung lama. Selain itu, anak juga sering mengalami sariawan.

Sariawan yang muncul seringkali disebabkan oleh jamur Candida, yang bersifat berat dan menyebabkan anak jadi sulit makan. Hal-hal tersebut menandakan adanya kelemahan sistem kekebalan tubuh yang bisa disebabkan oleh infeksi HIV.

3. Anak sering mengalami infeksi bakteri, virus, jamur, dan juga parasit

3. Anak sering mengalami infeksi bakteri, virus, jamur, juga parasit
Freepik/Zilvergolf

Kemudian, tanda HIV lainnya adalah anak menjadi sering mengalami infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit yang diakibatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. Infeksi pada anak ini disebut dengan infeksi oportunistik, yang bisa berupa:

Infeksi saluran pernapasan pada anak sering kambuh dan berat, hal ini jadi menandakan tubuhnya lemah akibat infeksi virus HIV. Infeksi saluran pernapasan pada anak bisa berupa Pneumonia, TBC, Bronkitis, dan Bronkiolitis.

Infeksi jamur di mulut dan tenggorokan disebut sebagai oral trush atau sariawan akibat infeksi jamur. Gejala ini bisa dilihaat dari munculnya bercak putih dan kemerahan di lidah, gusi, dan mulut. Sariawan ini bisa terjadi lebih dari satu bulan, berulang, dan tidak kunjung sembuh walaupun diberikan obat.

Infeksi saluran pencernaan ini sering dialami oleh anak dengan infeksi HIV, yang bisa berupa diare kronis, infeksi pada hati dan limpa, kolera, disentri, dan demam tifoid yang sering kambuh atau berulang.

Infeksi Cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang disebabkan oleh salah satu kelompok virus herpes. Virus ini lebih rentan pada anak yang punya sistem kekebalan tubuh lemah. Infeksi ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ mata, saluran pencernaan, serta paru-paru.

Selain itu, anak dengan HIV juga rentan mengalami infeksi-infeksi lain yang berat, seperti meningitis dan sepsis. Anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah juga bisa mengalami kekambuhan infeksi hampir 4 kali bahkan lebih dalam kurun 6 sampai 12 bulan.

4. Kulit muncul ruam kemerahan hingga infeksi kulit

4. Kulit muncul ruam kemerahan hingga infeksi kulit
Freepik/Kay4yk

Kulit anak yang terinfeksi HIV seringkali muncul ruam kemerahan, bentol-bentol, koreng, dan gatal-gatal di kulit yang cepat meluas. Kemudian berbagai infeksi kulit seperti herpes zoster, infeksi jamur (tinea), dan infeksi bakteri (pioderma) juga dapat terjadi.

Gangguan kulit tersebut disebabkan oleh berbagai hal, termasuk infeksi kulit seperti infeksi jamur, infeksi bakteri dan herpes. Kemudian dermatitis, hingga kelainan kulit yang disebut sarkoma kaposi.

Jika anak yang terinfeksi HIV mengalami cacar air, akan bersifat berat dan dapat berulang. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang lemah.

5. Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat

5. Anak mengalami pertumbuhan perkembangan lebih lambat
Freepik/wayhomestudio

Bila dibandingkan dengan anak lain seusianya, anak yang terinfeksi HIV umumnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat. Anak cenderung lebih lama menguasai kemampuan motorik kasar, seperti duduk, berdiri, berjalan, terlambat bicara.

Kemudian gejala lain yang masih berhubungan dengan pertumbuhan adalah, berat badan yang sulit bertambah membuat otot anak cenderung lebih kecil. Sehingga, secara tidak langsung akan menghambat perkembangan motoriknya.

Selain gejala-gejala di atas, untuk mendiagnosis adanya infeksi HIV pada anak, diperlukan serangkaian pemeriksaan laboratorium.

Anak yang terinfeksi HIV dapat belum tentu menderita AIDS. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat dan sedini mungkin, HIV dapat berkembang menjadi AIDS yang membahayakan untuk anak, serta berpotensi tinggi mengakibatkan kematian.

Kabar baiknya, anak yang terinveksi HIV juga bisa mendapatkan pengobatan Antiretroviral (ART) secara teratur sejak dini, dan ia dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal hingga usia dewasa. Maka itu, penting bagi Mama untuk mengenali gejala HIV pada anak sejak dini, agar pengobatannya bisa diberikan secepat mungkin.

The Latest