Ada beberapa masalah yang biasa terjadi ketika anak akan belajar menggunakan toilet. Anak bisa saja menolak menggunakan toilet karena takut atau ingin mencari tahu tentang otonominya.
Masalah ini bisa mengakibatkan toilet training-nya tidak berhasil dijalankan dan tertunda. Dilansir dari laman consumer.healthday.com, berikut adalah solusi dari masalah-masalah tersebut.
Anak takut belajar menggunakan toilet
Kalau anak mama sebenarnya sudah siap, tapi takut atau gugup untuk mulai mempelajarinya, cobalah bangkitkan semangatnya Ma. Dari sudut pandang anak, bisa saja toilet training itu mengintimidasi. Entah ia takut tidak bisa melakukannya dengan baik, takut terpeleset, atau alasan lainnya.
Mama bisa melakukan ini untuk membangkitkan semangatnya:
- Tumbuhkan kemandirian alaminya. Kadang anak ingin merasa seperti orang dewasa, tapi kondisinya yang belum terlatih menggunakan toilet bisa membuatnya merasa sebaliknya. Nah, dukunglah ia menjadi mandiri, Ma. Beri tahu padanya bahwa ia sudah besar dan bebas menggunakan toilet kapan pun ia mau.
- Berikan celana dalam yang keren padanya. Mama bisa ajak ia berbelanja celana dalam yang ada gambar karakter favoritnya.
- Terapkan sistem penghargaan. Mama boleh kok memberinya penghargaan saat anak menggunakan toilet untuk buang air. Mama bisa menggunakan stiker atau hadiah lain seperti membacakan dongeng sebelum tidur atau lainnya. Jangan lupa berikan pujian yang secukupnya juga ya, Ma.
- Untuk anak laki-laki yang mulai belajar buang air kecil sambil berdiri, Mama bisa menaruh target di pispotnya dan tunjukkan cara menenggelamkan target tersebut.
Anak ingin mencari tahu tentang otonominya
Kalau anak mama tidak mau menggunakan toilet untuk alasan yang sama saat ia menolak untuk mandi atau tidur, bisa jadi ia sedang mencari tahu tentang batasan dan otonominya.
Hal ini juga bisa terjadi ketika orangtua terlihat sangat berharap ia mau belajar menggunakan toilet. Itulah salah satu alasan orangtua diharapkan untuk tidak memaksa maupun terlalu sering mengungkit tentang toilet training saat anak belum tertarik mempelajarinya walaupun sudah siap.
Kalau anak mama melakukan ini, jagalah agar "ujian batas dan otonomi"-nya tidak berubah menjadi perebutan kekuasaan karena bagaimanapun itu adalah tubuhnya, ia akan menang. Lalu, bagaimana cara menghadapinya?
- Mama sebaiknya mundur dulu. Tidak ada gunanya berdebat dengannya atau menakut-nakutinya. Tapi Mama bisa beri tahu padanya bahwa ia sudah besar dan cukup umur untuk belajar menggunakan toilet. Mulai sekarang, itu adalah tanggung jawabnya, Mama tidak akan mengganggunya tentang itu.
- Letakkan pispot di lokasi yang strategis. Jadi, anak bisa menggunakannya secara mendadak tanpa bantuan apa pun. Jangan tanya, "Apa kamu nggak perlu pipis?" berkali-kali ya Ma. Pengulangan justru bisa membuat anak merasa terkurung dan dimanipulasi.
- Biarkan ia pergi untuk bermain ketika ia baru sebentar duduk di toilet atau pispot dan tidak ada yang keluar. Kalau ia merasa perlu, ia akan kembali lagi untuk buang air, walaupun mungkin saja ia sudah mengompol duluan. Pemaksaan hanya akan menanam benih pemberontakan pada anak.
- Bersikap tenang ketika anak mengompol. Bereaksi berlebihan hanya akan membuatnya takut atau cemas dengan proses toilet training. Yakinkan ia bahwa tidak apa-apa untuk mengompol dari waktu ke waktu.
- Curahkan perhatian Mama pada anak sebagai hadiah kalau ia berperilaku baik. Curahkan perhatian yang ia perlukan ketika ia menggunakan toilet atau pispot, daripada ketika ia tidak menggunakannya. Jangan menyebut "toilet" di depannya, ia bisa muak. Biarkan saja sampai ia tiba-tiba menggunakan toilet sendiri. Kalau ia melakukannya, baru berikanlah pujian padanya.
Itulah alasan toilet training harus dilakukan sampai berhasil dan cara agar toilet training anak tidak tertunda.
Tak bisa dipungkiri, toilet training memang salah satu hal yang sangat menantang, baik untuk anak maupun orangtua. Tapi dengan kesabaran dan konsistensi Mama, toilet training anak mama pasti akan berhasil. Semangat ya, Ma!