Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Anak Demam
freepik.com/user18526052

Intinya sih...

  • Demam adalah respons tubuh melawan infeksi, bisa ditangani dengan kompres hangat dan cukup cairan.

  • Batuk pilek sering menyerang anak di bawah lima tahun, perlu istirahat dan uap air hangat untuk melegakan hidung.

  • Diare akut ringan bisa sembuh dengan rehidrasi dan nutrisi adekuat, serta pemberian suplemen Zinc.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Keluarga adalah agen utama yang membentuk kebiasaan sehat anak sejak dini. Melalui pola asuh, bimbingan, dan lingkungan rumah yang bersih, orang tua berperan penting dalam menjaga tumbuh kembang si Kecil. Lingkungan yang sehat akan mendukung aktivitas anak sekaligus mencegah risiko penyakit ringan yang sering menyerang.

Meski Mama sudah berusaha menciptakan pola hidup sehat untuk si Kecil, tetap ada faktor luar yang tidak bisa dihindari. Perubahan cuaca, paparan virus, maupun kebersihan lingkungan sekitar sering menjadi penyebab utama timbulnya penyakit anak. Agar Mama lebih siap, penting untuk mengenali apa saja penyakit umum yang kerap dialami si Kecil beserta penanganannya di rumah. 

Untuk itu, Popmama.com telah merangkum 10 Penyakit Anak yang Ringan dan Sering Terjadii, lengkap dengan tips perawatan sederhananya. Yuk, disimak agar Mama lebih tenang saat menghadapi kondisi ini.

1. Demam

freepik

Demam adalah salah satu kondisi paling umum yang sering dialami anak. Biasanya terjadi sebagai respons alami tubuh saat melawan infeksi, terutama virus flu atau ISPA ringan. Tahukah Mama, tidak semua anak yang terkena infeksi akan menunjukkan gejala demam, semakin muda umurnya, semakin tidak jelas gambaran klinisnya. Meski sering membuat Mama cemas, sebagian besar demam pada anak bersifat ringan dan bisa ditangani di rumah dengan perawatan sederhana. 

Gejala: 

  • Suhu tubuh meningkat, biasanya di atas 38°C jika diukur dengan termometer.

  • Tubuh terasa hangat atau panas saat disentuh, terutama di dahi, leher, atau punggung.

  • Anak tampak lebih rewel atau mudah menangis dibanding biasanya.

  • Lemas atau lesu, kurang bersemangat untuk bermain.

  • Nafsu makan menurun, kadang menolak makan atau minum.

  • Tidur terganggu, bisa sulit tidur atau justru tidur terus-menerus.

Penanganan:

  • Beri cukup cairan seperti air putih, ASI, atau sup dengan protein dan serat tinggi.

  • Pakaikan pakaian tipis, jangan terlalu tebal.

  • Kompres hangat di dahi atau ketiak.

  • Jika suhu badan >38,5°C dan anak tidak nyaman, bisa beri paracetamol sesuai dosis.

  • Segera ke dokter jika demam lebih dari 3 hari atau suhu badan >39°C.

2. Batuk pilek (common cold)

freepik

Batuk pilek termasuk penyakit yang paling sering menyerang bayi dan anak, terutama usia di bawah lima tahun. Kondisi ini umumnya dipicu oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akibat virus, tapi juga bisa diperparah oleh alergi, iritasi saluran napas, menurunnya daya tahan tubuh, serta lingkungan yang kurang sehat.

Common cold memiliki angka kejadian yang cukup tinggi, baik di Indonesia maupun di dunia, sehingga wajar bila Mama sering menemukannya pada si Kecil. 

Gejala: 

  • Rasa tidak enak dari hidung atau tenggorokan.

  • Diiringi dengan bersin-bersin.

  • Hidung meler dengan cairan yang lebih kental.

  • Batuk ringan disertai dengan demam.

Penanganan:

  • Cukup istirahat.

  • Konsumsi banyak cairan.

  • Uap air hangat / saline spray untuk melegakan hidung.

  • Terapi Pijat Common Cold dari hidung hingga dada anak.

  • Obat batuk pilek tidak disarankan untuk anak <6 tahun, kecuali diresepkan dokter.

3. Diare akut ringan (tanpa dehidrasi)

freepik

Diare akut ditandai dengan buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan tinja yang lebih cair, biasanya berlangsung kurang dari satu minggu. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), diare pada anak dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, maupun parasit. Penularannya umumnya melalui 4F: finger (tangan), flies (lalat), fluid (air), dan field (lingkungan).

Meski terdengar mengkhawatirkan, Mama tidak perlu panik jika si Kecil mengalami diare ringan tanpa tanda dehidrasi. Sebagian besar kasus bisa ditangani di rumah dengan perawatan sederhana dan menjaga kebersihan, diare akut ringan biasanya bisa sembuh dengan cepat. Menurut WHO, terdapat lima lintas penatalaksanaan diare yang bisa mama lakukan di rumah, simak ya Ma!

Gejala: 

  • Karakteristik fesesnya cair atau berlemak.

  • Buang air besar lebih sering dari biasanya.

  • Perut kembung atau mulas ditandai dengan anak tampak gelisah atau rewel.

  • Mual dan muntah.

  • Nafsu makan menurun.

Penanganan:

  • Rehidrasi atau pemberian cairan seperti larutan oralit dengan osmolaritas rendah.

  • Pemberian suplemen Zinc untuk mengurangi durasi diare dan menurunkan risiko keparahan.

  • Pemberian nutrisi adekuat seperti ASI dan makanan sesuai gizi seimbang untuk menstimulasi perbaikan usus.

  • Memberikan antibiotik sesuai dengan kebutuhan.

  • Memeriksakan anak ke puskesmas atau dokter apabila didapatkan gejala seperti: demam, tinja berdarah, tidak nafsu makan, terlihat sangat kehausan, intensitas diare meningkat dan belum membaik selama tiga hari.

4. Sembelit (konstipasi)

freepik

Konstipasi adalah kondisi ketika anak mengalami kesulitan buang air besar, biasanya kurang dari tiga kali sehari, dengan tinja yang keras atau berukuran besar. Kondisi ini bisa terjadi pada bayi hingga anak yang lebih besar, dan umumnya bersifat ringan jika ditangani sejak dini.

Pada bayi, konstipasi sering muncul saat masa peralihan dari ASI eksklusif ke susu formula atau pengenalan makanan padat. Faktor lain yang berperan termasuk asupan serat yang rendah, kurang minum, atau kehilangan cairan berlebih. Meski membuat anak tampak tidak nyaman, Mama tidak perlu khawatir, konstipasi bisa ditangani secara sederhana di rumah.

Gejala: 

  • Anak kesulitan BAB karena tinja yang keras.

  • Kembung dan sakit perut.

  • BAB tanpa disengaja di dalam celana karena meluapnya cairan lunak.

Penanganan:

  • Orangtua dapat memberikan MPASI di atas usia 6 bulan.

  • Memberikan cairan yang cukup dan tetap memberikan ASI, serat yang cukup sebagai upaya meminimalkan kejadian sembelit pada bayi.

  • Ajak anak untuk tetap aktif bergerak.

  • Hindari pemberian suplemen serat.

  • Konsultasikan ke dokter terkait peralihan ASI ke susu formula pada anak.

5. Sariawan

freepik.com/pvproductions.png

Tahukah Mama, sariawan atau thrush sering dijumpai pada bayi dan anak kecil, terutama yang minum susu dengan botol atau dot, atau yang menghisap dot kempong (fonspeen) tanpa kebersihan yang diperhatikan. Penyebab utamanya adalah jamur Candida albicans, yang juga bisa ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi saat persalinan. Pada bayi baru lahir, sariawan biasanya muncul 7–10 hari setelah lahir. Jika dibiarkan tanpa penanganan, sariawan dapat mengurangi asupan nutrisi, sehingga pertumbuhan dan kenyamanan si Kecil terganggu.

Penyakit ini biasanya menyerang bagian dalam rongga mulut, termasuk lidah dan gusi, sehingga membuat si Kecil terasa tidak nyaman saat makan atau minum. Meski terlihat merepotkan, sariawan pada anak umumnya bersifat ringan dan bisa sembuh sendiri dalam 1–2 minggu.

Gejala: 

  • Luka kecil putih di mulut.

  • Bercak putih atau kekuningan di lidah, gusi, langit-langit mulut, atau bagian dalam pipi.

  • Nyeri saat mmakan dan minum, sehingga anak bisa rewel.

  • Kemerahan di sekitar mulut akibat iritasi dan infeksi.

  • Bau mulut ringan.

Penanganan:

  • Mama bisa memberikan makanan lembut dan dingin seperti yoghurt, madu, buah, bubur, atau puding.

  • Jaga kebersihan mulut si Kecil dengan kpas steril yang dibahasi air hangat.

  • Mama bisa menggunakan gel mulut khusus anak sesuai resep dokter.

  • Cuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh anak, terutama saat memberi ASI atau menyuapi makanan.

  • Jaga kebersihan dot dan alat makan si Kecil.

6. Ruam popok

freepik.com/pvproductions.png

Ruam popok atau diaper rash yang mungkin sering Mama temui adalah masalah kulit yang sering dialami bayi maupun balita. Kondisi ini ditandai dengan kulit kemerahan, gatal, hingga perih di area yang tertutup popok. Menurut penelitian yang dilakukan di rumah sakit rujukan Jakarta, sekitar 26% bayi baru lahir mengalami ruam popok, terutama mereka yang sedang sakit infeksi atau menjalani rawat inap lebih dari delapan hari. Begini cara mengatasinya Ma!

Gejala:

  • Kemerahan pada kulit (eritema), mulai dari merah muda hingga merah menyala.

  • Bintil kecil atau berisi cairan (papula/pustula) di area popok.

  • Kulit lecet atau erosi jika ruam cukup parah.

  • Si Kecil biasanya rewel, gelisah, atau tampak tidak nyaman karena rasa perih dan gatal.

Penanganan:

  • Mama bisa sering ganti popok si Kecil setiap 3–4 jam atau ketika sudah basah/kotor.

  • Biarkan si Kecil “bebas popok” beberapa menit setiap hari agar kulit bernapas.

  • Bersihkan area popok dengan lembut menggunakan air hangat dan kapas, hindari tisu beralkohol atau berpewangi.

  • Gunakan krim pelindung kulit yang aman untuk bayi, terutama yang mengandung zinc oxide.

  • Jika ruam disertai bintil satelit atau tidak membaik, segera konsultasikan ke dokter, karena bisa jadi disebabkan infeksi jamur.

7. Berkeringat Panas (biang Keringat/prickly heat)

freepik

Mama perlu tahu, biang keringat adalah salah satu masalah kulit yang sangat umum terjadi pada bayi dan balita, terutama di cuaca panas dan lembap. Kondisi ini muncul ketika saluran keringat tersumbat, sehingga keringat terperangkap di bawah kulit. Akibatnya, timbul bintik-bintik merah kecil yang terasa gatal atau perih.

Gejala: 

  • Bintik merah atau gelembung kecil di kulit.

  • Rasa gatal dan perih, kadang membuat bayi jadi rewel.

  • Sering muncul di dada, punggung, wajah, leher, atau lipatan tubuh

Penanganan:

  • Pakaikan bayi pakaian yang tipis dan menyerap keringat.

  • Jaga suhu ruangan tetap sejuk dan tidak pengap.

  • Memandikan bayi dengan air hangat secara teratur.

  • Hindari penggunaan bedak berlebihan, karena justru bisa menyumbat pori-pori.

  • Jangan biarkan bayi menggaruk area yang gatal agar tidak terjadi iritasi atau infeksi.

8. Cacingan

freepik

Mama pernah lihat si kecil suka garuk-garuk bokongnya di malam hari? Atau nafsu makannya tiba-tiba menurun? Nah, hati-hati ya Ma, itu bisa jadi tanda cacingan. Menurut data, sekitar 40–60% penduduk Indonesia pernah mengalami cacingan, dan paling banyak dialami anak usia sekolah. Jadi, wajar kalau mama harus waspada sejak dini.

Cacingan adalah kondisi ketika cacing masuk dan hidup di dalam tubuh anak, biasanya lewat makanan atau tangan yang tidak bersih, sering kali karena anak mama sedang aktif-aktifnya bermain di ruang terbuka. Tenang Ma, cacingan bisa dicegah kok.

Gejala: 

  • Gatal di sekitar anus, terutama malam hari (sering jadi tanda paling khas).

  • Perut buncit, tapi badan tetap kurus.

  • Nafsu makan menurun atau justru makan banyak tapi berat badan tidak naik.

  • Lemas, pucat, anemia, gampang capek saat beraktivitas.

  • Sakit perut atau mual, kadang disertai diare ringan.

Penanganan:

  • Rajin cuci tangan pakai sabun, terutama sebelum makan.

  • Cuci bersih sayur dan buah, lebih baik rendam atau siram dengan air mengalir.

  • Masak makanan sampai matang agar bebas telur cacing.

  • Jangan jajan sembarangan, apalagi makanan terbuka di pinggir jalan.

  • Beri obat cacing (albendazole/mebendazole) sesuai usia secara rutin sesuai anjuran dokter atau program pemerintah

9. Konjungtivitis Ringan (mata merah karena infeksi virus/iritasi)

freepik

Konjungtivitis atau sering dikenal sebagai pink eye adalah peradangan pada konjungtiva, yaitu selaput tipis bening yang melapisi bagian putih mata (sklera) dan bagian dalam kelopak mata. Dalam kasus ringan, berikut tanda-tanda yang bisa Mama amati:

Gejala: 

  • Mata merah ringan, bukan merah menyala total, tapi terlihat pembuluh darah kecil melebar di konjungtiva.

  • Iritasi atau sensasi seperti “berpasir” di mata, si Kecil bisa tampak mengucek mata.

  • Keluarnya cairan bening atau lendir tipis dari mata, lebih sering di pagi hari (kadang membentuk kerak kecil).

  • Sedikit bengkak pada kelopak mata atau kelopak terasa agak tebal.

  • Rasa tidak nyaman saat terang (sensitif cahaya ringan) atau mata menjadi lebih sensitif terhadap cahaya.

  • Rasa perih ringan atau terasa pedih, tapi tidak terlalu menyakitkan seperti infeksi berat.

Penanganan:

  • Bersihkan dengan satu kapas steril untuk satu kali usap, jangan dipakai bolak-balik ya Ma!  

  • Jaga kebersihkan mata dengan kompres air hangat.

  • Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh mata anak.

  • Hindari pemakaian obat tetes mata tanpa resep dokter.

  • Hindari mengucek mata.

  • Tidak berbagi barang pribadi seperti handuk, bantal, atau sapu tangan.

  • Jika nanah banyak atau bengkak, segera ke dokter.

10. Gigitan nyamuk / alergi kulit ringan

Freepik

Mama pasti sering lihat si kecil muncul bentol-bentol merah setelah main di luar atau bangun tidur. Itu bisa jadi karena gigitan nyamuk atau alergi kulit ringan. Tenang ya Ma, kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan bisa ditangani di rumah

Gejala: 

  • Bentol kecil, merah, gatal, biasanya muncul di area terbuka (tangan, kaki, wajah).

  • Ruam kemerahan, kadang berupa bintik kecil atau bercak, bisa gatal atau terasa perih.

Penanganan:

  • Jangan digaruk karena bisa bikin iritasi makin parah atau terinfeksi.

  • Kompres dingin di area bentol/ruam untuk mengurangi gatal dan bengkak.

  • Gunakan lotion atau salep pelembap khusus anak, misalnya yang mengandung calamine atau aloe vera agar kulit lebih tenang.

  • Mandi air hangat bisa membantu menenangkan kulit yang gatal.

  • Kenakan pakaian longgar dan berbahan lembut, supaya kulit tidak makin teriritasi.

  • Bisa oleskan salep antihistamin ringan.

  • Gunakan lotion antinyamuk aman untuk anak.

  • Segera ke dokter jika muncul bentol menyebar cepat atau sesak napas (reaksi alergi berat).

Nah Ma, sekarang Mama sudah tahu apa saja 10 Penyakit Anak yang Ringan dan Sering Terjadi. Ingat, sebagian besar kondisi ini bisa ditangani di rumah dengan perawatan sederhana dan kasih sayang Mama. Yang penting, tetap tenang, perhatikan gejalanya, dan jangan ragu bawa anak ke dokter kalau keluhannya makin berat.

Editorial Team