Anak di usia 2 tahun benar-benar menggunakan perasaannya dalam berbagai hal yang dialaminya sehari-hari. Hal ini diungkapnya melalui suaranya, caranya berjalan dan menginjak-injak, tangisan hingga pukulannya. Cukup sulit menebak keadaan emosi anak usia 2 tahun. Tetapi sangat perlu bagi manusia, terutama anak-anak, belajar mengekspresikan emosi.
Mengekspresikan emosi itu sehat, bahkan ketika emosi itu tidak bahagia. Bahagia, sedih dan kecewa adalah hal yang wajar datang silih berganti, sebagai bagian dari kehidupan. Mengajarkan anak mengesampingkan perasaan buruk (marah dan sedih), bukanlah ide bagus, Ma. Justru anak harus tahu, bahwa memiliki rasa marah, sedih dan kecewa adalah hal yang manusiawi, tetapi ia juga harus tahu cara keluar dari perasaan tak nyaman itu.
Mengatasi semua masalah yang dihadapi anak seperti merampas kesempatannya untuk mengatasi perasaannya sendiri. Yang bisa Anda lakukan, bantulah ia memberi label perasaannya.
Misalnya: "Kamu merasa marah pada Mama karena Mama melarangmu ke luar rumah saat hujan. Mama hanya khawatir, dan tidak ingin kamu semakin demam." Biarkan ia tahu Anda memiliki perasaan yang sama juga, kadang-kadang. "Sedih ya, Dek, ditinggal Papa berangkat ke luar kota? Mama juga merasa sedih, kok. Nggak apa-apa, beberapa hari lagi Papa pulang dan kita nanti main bareng lagi ya."
