Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Freepik/prostooleh
Freepik/prostooleh

Intinya sih...

  • Pneumonia penyebab kematian tertinggi pada anak, termasuk akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae.
  • Deteksi dini pneumonia pada anak melalui gejala awal seperti demam dan batuk, serta pencegahan dengan imunisasi dan nutrisi yang baik.
  • Cegah penularan pneumonia pada anak dengan meningkatkan upaya pencegahan, seperti memberikan ASI eksklusif, hindari paparan asap rokok, dan imunisasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pneumonia merupakan salah satu penyakit pernapasan yang serius dan dapat berpotensi mengancam nyawa, terutama pada anak-anak. Infeksi pada paru-paru ini dapat menyebabkan gejala yang cukup mengganggu dan membutuhkan penanganan medis yang cepat dan tepat.

Sebagai orang tua, penting bagi Mama untuk dapat mendeteksi dini gejala pneumonia pada anak serta mengambil langkah-langkah pencegahan agar tidak menular ke orang lain di sekitar mereka.

Dengan kembalinya kasus pneumonia pada anak di Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengadakan Seminar Media mengenai "Pneumonia pada Anak" pada Kamis, (11/01/2024) dan menjelaskan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam mendeteksi dan mencegah penularan pneumonia pada anak.

Berikut Popmama.com rangkum pneumonia pada anak, Mama harus bisa deteksi dini dan cegah penularan. Disimak ya, Ma!

1. Pneumonia penyebab kematian tertinggi pada anak

Freepik/Drazen Zigic

Pneumonia adalah infeksi pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus. Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan pernapasan, seperti droplet, air liur, dan lendir.

Di Indonesia, angka kematian akibat pneumonia sangat tinggi. Indonesia menempati peringkat keenam di dunia dengan jumlah kasus kematian akibat pneumonia tertinggi pada anak balita pada tahun 2018, dengan jumlah kematian mencapai 19.000 anak.

Kasus penularan pneumonia akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae menjadi perhatian publik karena sempat dianggap sebagai pneumonia yang tidak teridentifikasi. Pneumonia akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae ini sendiri merupakan penyakit yang sudah teridentifikasi sejak lama. Hanya saja, pneumonia akibat bakteri ini memang masih sulit untuk teridentifikasi.

Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI, Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) mengungkapkan bahwa tak perlu khawatir dengan pnemonia akibat bakteri tersebut. "Masyarakat diharapkan tidak panik secara berlebihan terkait Mycoplasma. Pneumonia ini bukan penyakit baru. Selama ini, pneumonia Mycoplasma banyak terjadi pada anak usia sekolah. Berbeda dengan jenis pneumonia lain yang banyak ditemukan pada anak balita," jelasnya.

2. Deteksi dini pneumonia pada anak

Freepik

Upaya pencegahan dan deteksi dini sangat penting dalam melindungi anak-anak dari risiko penularan penyakit ini. Deteksi yang cepat diperlukan agar penanganan dapat segera dilakukan. Dr. dr. Nastiti mengungkapkan bahwa orang tua memiliki peran aktif dalam upaya tersebut dengan mendeteksi gejala pneumonia pada anak mereka.

"Orang tua perlu lebih sadar kapan anaknya dalam kondisi harus dibawa ke rumah sakit. Gejala awal pneumonia seperti demam dan batuk biasa. Jika demam yang terjadi sudah tinggi disertai napas yang lebih cepat seperti ngos-ngosan ataupun dinding pada dada bagian bawah terlihat lebih cekung, anak harus segera dibawa ke rumah sakit," ungkap Dr. dr. Nastiti.

Selain deteksi dini, orang tua juga harus memastikan bahwa anak-anak terhindar dari faktor risiko pneumonia. Beberapa faktor risiko tersebut antara lain adalah:

  • Paparan polusi udara seperti asap rokok, asap dari bahan kimia, dan polusi udara lingkungan.
  • Kekurangan ASI atau pemberian ASI yang terlalu sebentar
  • Gizi yang kurang
  • Imunisasi anak yang kurang
  • Berat lahir yang rendah
  • Penyakit kronik, HIV, dan lain-lain
  • Defisiensi vitamin A
  • Kekebalan bayi dan balita yang rendah

3. Cegah penularan pneumonia pada anak

Freepik/prostooleh

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), mengungkapkan bahwa penting untuk tetap waspada terhadap tingginya kasus pneumonia. Masyarakat perlu meningkatkan upaya pencegahan penularan penyakit ini, terutama pada anak-anak.

"Jadi upaya pencegahan itu antara lain bisa dilakukan dengan memperbaiki nutrisi anak, mulai dari pemberian ASI secara eksklusif, hindari paparan asap rokok, dan tidak lupa untuk imunisasi. Kita harap angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia pada anak bisa diturunkan," tutur Dr. Piprim.

Dr. dr. Nastiti juga menambahkan langkah pencegahan yang tak kalah penting adalah memastikan anak-anak terlindungi melalui imunisasi. Pneumonia dapat dicegah dengan imunisasi yang tepat.

"Lindungi dan cegah pneumonia pada anak dengan memberikan ASI eksklusif, nutrisi seimbang, dan vitamin A. Imunisasi terkait pneumonia yang bisa diberikan seperti imunisasi pneumokokus (PCV), HiB, dan influenza. Imunisasi terbukti berperan menurunkan risiko kematian dan kesakitan akibat pneumonia," jelasnya.

Melalui imunisasi, anak-anak dapat dilindungi dari penularan infeksi pneumonia. Imunisasi HiB dapat mencegah penularan bakteri Haemophilus influenzae tipe B. Vaksin PCV juga dapat mencegah penularan bakteri Streptococcus pneumoniae. Dengan demikian, imunisasi memiliki peran penting dalam melindungi anak-anak dari berbagai jenis infeksi pneumonia.

Itulah rangkuman pneumonia pada anak, Mama harus bisa deteksi dini dan cegah penularan. Pneumonia pada anak merupakan kondisi yang serius, namun dengan deteksi dini dan langkah-langkah pencegahan yang tepat, Mama dapat membantu melindungi anak dari penyakit ini. Kesadaran dan tindakan yang tepat akan membantu menjaga kesehatan anak dan mencegah penularan pneumonia kepada orang lain di sekitar mereka.

Editorial Team