Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
5 Tantangan yang Sering Dihadapi Balita dan Tips Membantunya
Freepik/drobotdean

Membesarkan si Kecil adalah perjalanan yang penuh tantangan sekaligus kebahagiaan.

Anak usia balita sebenarnya sedang berada di fase penting perkembangan otak, di mana rasa ingin tahu begitu besar, energi seolah tak ada habisnya, dan emosi masih sulit terkendali.

Tidak heran jika banyak orangtua sering kebingungan menghadapi tantrum atau rasa frustrasi yang ditunjukkan si Kecil setiap hari.

Di balik semua itu, balita sebenarnya sedang bertindak layaknya ilmuwan cilik. Mereka ingin menyentuh, mencium, merasakan, dan mencoba segala hal untuk memahami dunia sekitarnya.

Namun, karena otak si Kecil yang masih berkembang, kemampuan mengendalikan emosi dan memahami aturan belum terbentuk sempurna.

Oleh sebab itu, orangtua perlu memahami bahwa menjadi balita memang tidak mudah.

Yuk, simak penjelasan Popmama.com mengenai 5 tantangan yang sering dihadapi balita dan tips membantunya, agar Mama bisa mendampingi tumbuh kembangnya dengan lebih sabar.

1. Belum bisa memahami konsep waktu dengan sempurna

Freepik/jcomp

Salah satu hal yang membuat balita sering tampak sulit diatur adalah karena si Kecil belum benar-benar memahami konsep waktu.

Misalnya, saat Mama bilang “sebentar lagi” atau “lima menit lagi,” balita tidak bisa membayangkan seberapa lama itu.

Bagi si Kecil, semua terasa seolah harus dilakukan sekarang juga. Hal ini sering menimbulkan drama ketika harus menunggu, entah saat antri, menunggu makanan matang, atau saat harus berhenti bermain untuk tidur siang.

Sebagai orangtua, penting untuk menggunakan cara sederhana dalam membantu si Kecil memahami konsep waktu, berikut adalah tips yang bisa Mama terapkan di rumah untuk mengajarinya:

  • Gunakan jam pasir, timer, atau alarm berbunyi sebagai tanda waktu.

  • Setel lagu pendek sebagai pengantar transisi aktivitas, misalnya pengingat jam tidur tidur atau waktu si Kecil harus mandi.

  • Beri aktivitas kecil saat menunggu agar tidak bosan.

2. Rasa ingin tahu yang tinggi

Freepik

Balita memang seperti ilmuwan kecil yang selalu ingin mencoba dan menyentuh apa pun di sekitarnya.

Dari benda-benda rumah tangga, mainan, hingga hal-hal baru yang mereka temui di luar rumah, semua terasa menarik untuk dijelajahi.

Kebutuhan untuk menyentuh, merasakan, dan bereksperimen ini sebenarnya adalah bagian alami dari perkembangan sensorik dan kognitif mereka.

Namun, rasa ingin tahu ini sering membuat orangtua kewalahan, apalagi jika anak menyentuh barang berbahaya atau merusak sesuatu.

Daripada marah, Mama bisa mengarahkan ke aktivitas eksplorasi yang aman, seperti berikut:

  • Sediakan mainan sensorik seperti pasir kinetik, slime, atau balok susun.

  • Buat area aman di rumah yang dikhususkan untuk eksplorasi si Kecil.

  • Alihkan perhatian anak dari benda berbahaya dengan permainan yang lebih menarik.

3. Kesulitan mengungkapkan emosi

Freepik/jcomp

Salah satu tantangan terbesar di usia balita adalah besarnya emosi yang dirasakan, namun hal tersebut dibarengi dengan terbatasnya kemampuan untuk mengungkapkan emosi dengan kata-kata.

Si Kecil bisa merasa marah, sedih, kecewa, atau bahagia secara intens, tetapi sering tidak tahu cara menyampaikannya.

Hal ini menjadi salah satu penyebab utama terjadinya tantrum, sebagai cara alami si Kecil untuk meluapkan perasaan yang terlalu besar untuk ditampung.

Orangtua bisa membantu anak belajar mengenali emosi dan menemukan cara yang lebih sehat untuk mengekspresikannya dengan melakukan beberapa hal berikut:

  • Validasi emosi anak dengan kalimat sederhana seperti “Mama tahu kamu marah”.

  • Ajari anak kosakata emosi lewat buku cerita atau kartu emosi.

  • Gunakan pelukan dan gestur yang lembut untuk menenangkan anak saat tantrum atau kesal.

Perlu Mama ingat bahwa otak balita masih dalam tahap perkembangan, jadi wajar jika si Kecil belum bisa mengendalikan diri secara sempurna.

4. Duduk diam adalah hal yang sulit

Freepik

Bagi orang dewasa, duduk diam mungkin terlihat seperti aktivitas yang sepele. Namun, bagi balita, hal ini adalah tantangan besar.

Tubuh balita dipenuhi energi, rasa ingin tahu, dan dorongan alami untuk bergerak. Tak heran jika si Kecil sulit duduk tenang di meja makan, saat acara keluarga, atau bahkan ketika diminta mendengarkan cerita.

Mama sebaiknya tidak memaksa si Kecil untuk duduk diam terlalu lama. Beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menyiasati hal tersebut adalah:

  • Biarkan anak bermain aktif sebelum kegiatan yang butuh fokus.

  • Gunakan permainan kecil atau aktivitas tangan untuk membantu anak tetap duduk.

  • Batasi waktu duduk sesuai kebutuhan dan kebiasaan anak, jangan memaksa si Kecil untuk duduk terlalu lama.

5. Kesulitan memahami kata "tidak"

Freepik/Mateus Andre

Salah satu hal yang sangat sering dialami balita adalah mendengar kata “tidak” berkali-kali dalam sehari.

Entah saat ingin memanjat, memegang benda berbahaya, atau melakukan sesuatu yang dianggap orangtua tidak pantas. Meski maksud Mama adalah untuk melindungi, terlalu banyak larangan bisa membuat si Kecil frustrasi.

Daripada selalu berkata “tidak,” orangtua bisa mencoba mengalihkan dengan pilihan yang lebih aman. Misalnya, dengan menerapkan beberapa hal berikut:

  • Ganti kata “tidak” dengan kalimat alternatif yang lebih positif, misalnya “jangan lompat di sofa, tapi kamu boleh lompat di matras ini.”

  • Alihkan ke aktivitas aman tanpa membuat anak merasa dilarang keras.

  • Gunakan pujian saat anak melakukan pilihan yang benar.

Dengan cara tersebut, si Kecil tetap merasa keinginannya diakui, sekaligus belajar batasan yang lebih jelas. Semakin anak merasa didengar, semakin kecil kemungkinan munculnya konflik besar.

Perlu Mama ingat bahwa tujuan yang utama adalah mendampingi si Kecil belajar, bukan sekadar melarang.

Itulah 5 tantangan yang sering dihadapi balita dan tips membantunya. Semoga dapat membantu Mama dalam menghadapi tingkah laku si Kecil dengan sabar, ya!

Editorial Team