Cara Menjaga Imun Tubuh Anak Menurut Dokter

Anak yang jarang ke luar rumah justru malah rentan terkena penyakit lho, Ma

9 April 2022

Cara Menjaga Imun Tubuh Anak Menurut Dokter
Pexels/Marta Wave

Karena kasus Covid-19 sudah mulai berkurang hingga grafik penularannya menurun, anak mulai dapat kembali bersekolah tatap muka.

Meski begitu, imunitas anak yang terbiasa berada dalam lingkungan bersih di dalam rumah justru akan berkemungkinan mudah sakit jika langsung bepergian, terlebih lagi sekolah.

Lalu bagaimana ya cara mencegah anak dari penyakit? Popmama.com sudah merangkum cara menjaga imun tubuh anak menurut dokter di bawah ini. Yuk disimak!

Imun Tubuh Anak dan Orang Dewasa Berbeda

Imun Tubuh Anak Orang Dewasa Berbeda
Pexels/Tima Miroshnichenko

Untuk menjaga imun tubuh anak, pertama Mama perlu pahami terlebih dahulu bahwa imunitas anak dan orang dewasa tentu berbeda.

“Anak itu istilahnya seperti tabula rasa, kertas kosong yang belum terpapar berbagai bakteri dan virus,” terang dr. Kanya Ayu Paramastri Sp.A, dokter spesialis anak dalam webinar peluncuran Redoxon Kids (4/4/2022).

Anak-anak jauh lebih rentan terkena penyakit dan virus yang berbahaya dibandingkan orang dewasa karena tubuhnya belum memiliki sistem yang dapat menangkal penyakit tersebut.

“Anak yang terbiasa di rumah karena pandemi lalu tiba-tiba aktif bepergian akan lebih rentan sakit. Saat masih karantina, anak yang datang ke saya seringkali anak sehat, sedangkan setelah karantina malah lebih banyak anak sakit,” jelas dr. Kanya.

Untuk itulah Mama perlu memastikan anak Mama memiliki kekebalan tubuh yang mampu mencegah berbagai penyakit pada anak dengan meningkatkan imunitas anak. Bagaimana caranya, ya?

1. Memastikan asupan nutrisi anak terpenuhi

1. Memastikan asupan nutrisi anak terpenuhi
Pexels/Alex Green

Nutrisi adalah salah satu cara bagi tubuh untuk mengambil energi serta membangun kekebalan tubuh.

Hal penting yang baiknya Mama ingat adalah asupan nutrisi yang diperlukan anak bukan hanya makronutrien seperti protein dan karbohidrat, namun juga mikronutrien seperti vitamin dan mineral.

“Biasanya orangtua lebih sering pentingkan ‘ah yang penting anak saya sudah makan.’ Tidak bisa begitu, anak juga memerlukan vitamin dan mineral,” jelas dr. Kanya.

Biasanya mikronutrien didapatkan secara natural dari memakan berbagai sayur dan buah. Jika anak Mama sulit memakan sayuran atau buah-buahan, Mama dapat memberikan anak suplemen tambahan agar kebutuhan mikronutrien anak terpenuhi.

“Orangtua dapat memberikan vitamin yang anak sukai, misal yang dapat dikunyah dan terasa seperti permen,” lanjut dr. Kanya.

Editors' Pick

2. Memantau perkembangan status gizi anak

2. Memantau perkembangan status gizi anak
Presentasi dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A

Jika nutrisi anak sudah Mama jaga, hal lain yang perlu diperhatikan adalah status gizi anak yang umumnya dapat terlihat dalam perkembangan berat badan anak.

“Orangtua dapat memantau perkembangan anak berdasarkan kurva WHO dan CDC,” jelas dr. Kanya.

Mama perlu ingat pula bahwa perkembangan anak perempuan dan laki-laki mungkin memiliki skala yang sedikit berbeda, jadi pastikan kurva yang dilihat sesuai dengan jenis kelamin anak.

3. Melengkapi imunisasi anak

3. Melengkapi imunisasi anak
Presentasi dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A

Karena tubuh anak belum mengenal berbagai virus dan bakteri, imunisasi dapat membantu anak secara perlahan membangun kekebalan tubuh dari penyakit.

Imunisasi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Vaksin termasuk ke dalam imunisasi aktif yang memicu tubuh mengeluarkan antibodi terhadap penyakit tertentu.

Imunisasi yang umumnya puskesmas berikan adalah imunisasi pasif, yang berarti memberikan anak antibodi tanpa perlu memancing tubuh untuk memproduksi antibodi tersendiri.

“Jika gizi anak bagus namun imunisasinya tidak lengkap, ujungnya perlindungan anak tetap tidak optimal,” jelas dr. Kanya.

Jika memberikan anak imunisasi, baiknya tidak hanya memberikan anak imunisasi dasar namun juga yang rekomendasi, mulai dari influenza, MMR, dan lain sebagainya.

Mama dapat mengacu kepada rekomendasi jadwal imunisasi untuk anak berusia 0-18 tahun yang baru dirilis tahun 2020 oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai rujukan.

4. Memastikan anak mendapatkan tidur yang cukup

4. Memastikan anak mendapatkan tidur cukup
Presentasi dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A

Hal lain yang perlu Mama perhatikan untuk daya tahan tubuh anak yang optimal adalah jam tidur anak yang cukup.

“Pada saat anak tidur terjadi regenerasi sel setelah melawan berbagai infeksi atau sakit saat bangun terutama pada tidur malam,” jelas dr. Kanya.

Ini karena pada saat tidur di malam terdapat hormon pertumbuhan yang aktif sekitar jam 12-3 pagi. Hormon ini penting untuk perkembangan otak, tubuh, dan sekaligus membantu perkembangan kekebalan tubuh anak.

5. Memberikan waktu dan ruang untuk anak bermain

5. Memberikan waktu ruang anak bermain
PR Beyer Redoxon

Usia anak adalah usia yang paling banyak mendapatkan keuntungan dari bermain untuk belajar serta meningkatkan imunitas tubuh.

Pada saat bermain dan mengeksplorasi, anak secara tidak langsung meningkatkan perkembangan tubuh dan otaknya.

“Perlu diingat kembali bahwa anak bukanlah dewasa kecil, ia harus bertumbuh dan berkembang, mulai dari personal sosial, kemandirian, motorik halus, berbicara dengan orang lain, motorik kasar, dan seterusnya,” papar dr. Kanya.

Hal ini anak dapatkan ketika berinteraksi dengan lingkungan terutama jika anak bermain dengan teman sebayanya.

Namun di masa pandemi anak memiliki kesulitan untuk bermain, terutama dengan sekolah jarak jauh yang membuat anak tidak secara langsung bertemu dengan teman sebayanya.

“Orangtua seringkali menganggap anak bisa bermain sendiri dan dapat ditinggal bermain gadget saat orangtua bekerja, padahal tidak bisa seperti itu,” jelas dr. Kanya.

Jika anak tidak mendapatkan waktu dan ruang yang cukup untuk bermain dan eksplorasi, anak dapat merasa stres. Stres pada anak dapat berupa tantrum, tidak mau makan, terlalu asik bermain gadget, dan lain sebagainya.

“Banyak sekali pertanda anak stres. Beberapa orangtua datang ke saya dan bercerita, ‘dok, sekarang anak saya malah jadi suka marah-marah’, nah itu pertanda anak stres,” terang dr. Kanya.

Ketika anak menunjukkan berbagai pertanda stres, anak sebenarnya berusaha memberitahu kepada orangtuanya kalau ia membutuhkan stimulasi indera yang sesuai dengan usianya namun tidak dapat menjelaskannya kepada orangtua.

“Yang ada anak malah memberikan tantrum itu untuk mencari perhatian pada orangtuanya karena dia sendiri juga bingung bagaimana caranya mengungkapkan apa yang ia rasakan,” tutup dr. Kanya.

Itulah cara menjaga imun tubuh anak menurut dokter. Wah, ternyata hanya memastikan anak makan juga tidak cukup ya. Kalau anak Mama sudah memiliki daya tahan tubuh yang optimal belum, ya?

Baca Juga:

The Latest