Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, hilal merupakan bulan yang sangat tipis, sehingga akan sangat sulit jika melihat dengan mata telanjang karena adanya bias dengan cahaya matahari atau gelap saat sedang mendung.
Terdapat tiga cara dalam melihat hilal, yaitu:
1. Dengan mata telanjang. Di mana kondisi ini bisa disebut dengan fenomena kasatmata-telanjang dalam melihat hilal. Namun untuk cara ini, biasanya akan sangat sulit lantaran adanya bias cahaya matahari atau saat kondisi sedang mendung.
2. Alat bantu optik namun tetap mengandalkan mata. Biasanya menggunakan alat berupa teleskop yang kemudian menghasilkan fenomena kasatmata-teleskop.
3. Alat optik yang terangkai sensor atau kamera. Cara terakhir adalah menggunakan teleskop yang sudah dilengkapi dengan sensor atau kamera untuk memproduksi denyut elektronik yang bisa diolah sebagai gambar. Untuk kondisi ini, bisa menghasilkan fenomena kasat-kamera.
Hilal yang dikatakan terlihat maka menandakan malam tersebut dimulai satu bulan baru. Namun jika tidak nampak, maka malam tersebut masih penanggalan 30 bulan yang sedang berjalan. Barulah malam berikutnya terhitung tanggal satu di bulan baru atas dasar istikmal atau digenapkan.
Melalui situ NU Online, Kemenag mengadopsi kriteria baru dari Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) untuk menentukan awal puasa. Di mana kriteria tersebut adalah dengan ketinggian bulan minimal 3 derajat dan jarak lengkung bulan-matahari (elongasi) minimal 6,4 derajat.
Itulah informasi terkait apa itu hilal dan cara melihatnya yang bisa anak mama ketahui. Semoga informasi di atas dapat menjadi wawasan baru bagi anak terkait fenomena penentuan awal bulan baru menggunakan hilal.