Nah, jika trampolin tetap ingin digunakan secara aman, berikut rekomendasi resmi dari AAP yang bisa Mama perhatikan sebelum anak melakukannya, yaitu:
Pengawasan orang dewasa yang aktif setiap saat.
Hanya satu anak yang boleh melompat dalam satu waktu.
Larang keras semua bentuk salto dan putaran karena bisa berisiko cedera leher dan kepala.
Pasang bantalan pelindung yang menutupi seluruh rangka, pegas, dan pengait.
Lakukan pemeriksaan rutin pada seluruh peralatan trampolin.
Segera ganti bagian yang rusak, seperti bantalan pelindung atau jaring, sebelum digunakan kembali.
Meski demikian, masih ada banyak sekali pilihan olahraga lain yang justru sangat dianjurkan untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan tulang anak, tanpa membawa risiko tinggi seperti trampolin.
Seperti disinggung oleh dr. Gabriel dalam podcast yang sama, olahraga seperti tenis, bulu tangkis, senam (gimnastik), dan basket diperbolehkan sesuai dengan tahap pertumbuhan anak.
Olahraga-olahraga ini melatih kekuatan, koordinasi, ketangkasan, dan merangsang kepadatan tulang dengan cara yang lebih terkendali dan aman.
Lebih lanjut, dr. Gabriel juga menegaskan kepada para orang tua jika anak mengalami cedera akibat olahraga jenis apapun, jangan ragu untuk segera membawanya ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.
Jadi, apapun jenis olahraga yang anak pilih, pastikan memilih sesuai usia dan kemampuan si Kecil ya, Ma. Pastikan juga selalu mendapat pendampingan dari ahlinya agar keamanan dan kesehatan anak tetap terjamin.