Dalam upaya membuat kondisi anak dengan autisme menjadi lebih adaptif, Vitriani menyebutkan terdapat tiga cara yang bisa dilakukan di antara lain:
- Pertama, lakukan screening terhadap anak dengan autisme sejak dini
Vitri menjelaskan bahwa pendampingan anak dengan autisme dapat dimulai dari screening sedini mungkin agar mendapatkan diagnosis tepat sejak awal, bahkan bisa dimulai sejak bayi.
"Pendampingan anak dengan autisme itu memang harus konsisten, Kuncinya itu mendapatkan diagnosis tepat, dan penanganannya atau pendampingan yang akurat. Untuk screening itu sebaiknya sejak dini, jadi as soon as, dini bahkan dari bayi, karena sebenarnya sudah bisa kelihatan, misalnya dari sisi sensorik anak itu hipersensitif (terlalu sensitif) atau hiposensitif (tidak sensitif)," jawabnya.
- Kedua, proses pendampingan orangtua yang kolaboratif
Selain screening, orangtua juga dianjurkan untuk senantiasa kolaboratif dan kooperatif dalam mendampingi anak.
"Sebaiknya orang tua sudah kolaboratif dari awal sehingga proses pendampingan anak akan makin baik. Kolaboratif itu artinya anak ada terapi, lalu, ketika melihat anak butuh, sekolah, orang tua, guru di sekolah dan tempat terapi bisa bekerjasama, gitu." tambahnya.
- Ketiga, mengikutsertakan anak dalam kegiatan terapi
Vitri menjelaskan bahwa dalam beberapa kondisi, gangguan perkembangan autisme itu tergantung dengan area spektrumnya. Beberapa kondisi yang Vitri sebutkan dan eratkan dengan terapi antara lain sebagai berikut:
Terapi bahasa dapat diterapkan ketika anak mampu mengucapkan suara dan kata, tetapi belum memahami makna dari apa yang diucapkannya.
Terapi sensorik bisa diterapkan jika anak masih memerlukan pendampingan, terutama saat merasa tidak nyaman di lingkungan yang ramai. Terapi ini berkaitan dengan aspek sensorik manusia, melibatkan pendengaran, penglihatan, perasaan, dan peraba.
- Terapi Perilaku (Behaviour Therapy)
Terapi perilaku dapat dilakukan untuk membiasakan anak yang mengalami autisme dengan aturan atau kegiatan yang terstruktur.
Demikian penjelasan lebih lanjut mengenai autisme bukan penyakit berdasarkan penjelasan psikolog. Semoga bisa menjadi ilmu baru bagi para orangtua, ya!