Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Pinterest/๐‘ท๐’Š๐’š๐’‚๐’“๐’Š ๐‘ด๐’‚๐’“๐’š๐’‚๐’Ž
Pinterest/๐‘ท๐’Š๐’š๐’‚๐’“๐’Š ๐‘ด๐’‚๐’“๐’š๐’‚๐’Ž

Ma, seberapa sering kata-kata seperti "nanti Allah marah lho kalau kamu nggak salat"ย secara sadar atau tidak sadar terucap? Mungkin pernah Mama alami, atau Mama dengar terucap dari orang di sekitar yang dilontarkan pada anaknya.

Dulu, kata-kata ini kita anggap wajar karena mungkin familiar di telinga. Sekadar untuk menakut-nakuti anak agar patuh dalam beribadah dan menjalankan perintah Allah. Terutama menegakan salat 5 waktu sehari yang hukumnya wajib bagi umat Islam.

Namun, seiring berjalannya waktu, ternyata kata-kata tersebut tidak disarankan untuk disampaikan kepada anak-anak. Terlebih saat Mama dan Papa sedang ingin mengajarkan si Kecil untuk lebih rajin beribadah.

Melalui akun Instagramnya, Dr. Hanaa Ghannoum yang merupakan seorang praktisi parenting yang menggunakan pendekatan agama memberikan sebuah ilmu parenting baru, tentang bagaimana mengajarkan anak rajin beribadah tanpa menakut-nakutinya.

Popmama.com telah merangkumnya untuk Mama. Yuk, belajar sesuatu yang baru untuk diajarkan kembali kepada si Kecil.

Apa Saja Efek Negatif Mengajak Anak Beribadah dengan Cara Menakut-nakuti?

Freepik/paansaeng

Dear Mama dan Papa, perlu disadari bahwa saat ingin mengajarkan sesuatu yang baik kepada anak, ada baiknya tidak perlu dengan memberikan ketakutan sebagai punishment. Hal ini berlaku untuk segala aspek, namun sekarang akan lebih terfokus terhadap kegiatan ibadah, ya.

Ada beberapa efek negatif yang akan dirasakan si Kecil jika menjalankan hal ini bukan dengan rasa tanggung jawab namun dengan rasa takut, yaitu:

  1. Si Kecil akan melakukan ibadah bukan sebagai sebuah kewajiban, rasa syukur, atau rasa cinta yang ia sadari, melainkan bentuk rasa takut atau untuk menghindari hukuman yang akan didapat saat ia tidak melakukannya.
  2. Sosok Allah SWT di matanya akan menjadi sosok yang jahat, bukan sosok penyayang.
  3. Anak tumbuh dengan membenci kegiatan berdoa atau mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan melihatnya sebagai sumber kedamaian.
  4. Bukannya semakin mendekat kepada Allah SWT dan melakukan ibadah, anak justru akan menjauh.
  5. "Jika Allah marah, kenapa aku harus coba untuk mendekat padaNya?"
    "Udah terlanjur nggak ibadah, jadi aku dalam masalah. Yaudah deh, nggak usah memulai lagi."
    Pikiran seperti ini sangat mungkin muncul di pikiran si Kecil, Ma.

Hindari Ucapan Hukuman pada Anak

freepik/jcomp

Saat mengajarkan ibadah ke si Kecil, bukan kalimat yang menggunakan nuansa hukumanย yang harusnya diucapkan, melainkan kalimat yang mampu menumbuhkan koneksi antara si Kecil dan Allah SWT, sebagai Sang Pencipta.

Beberapa kalimat yang bisa dijadikan contoh:

  1. "Allah SWT sangatย suka lho, kalau kakak berdoa. Dengan berdoa, kakak bisa jadi lebih dekat dengan Allah."
  2. "Salat dan berdoa jadi kebutuhan manusia, Dek. Biasanya, setelah salat dan berdoaย kita akan merasa tenang, hatinya penuh. Rasanya seperti habis dipeluk sama Allah SWT."
  3. "Kalau lupa untuk salat, jangan bosan atau ragu untuk mulai lagi ya. Allah SWT tuh selalu siap untuk menyambut lagi umatNya yang sempat lupa sama Allah."
  4. "Salat itu hadiah buat manusia, kak. Ini adalah waktu saat kita bisa curhat sama Allah, dan Allah tuh suka kalau umat-Nya mendekat, mencari, dan berkeluh kesah kepadaNya."
  5. "Salat dan berdoa itu senjata umat muslim, jadi pelindung untuk hati kita. Mau ada bisikan setan, nggak perlu takut selama kita jalankan salat maka Allah akan lindungi kita ya, Dek."

Berbagai kalimat dengan nuansa serupa bisa Mama coba, untuk mengubah cara pikir si Kecil dalam melihat ibadah, serta kehadiran Allah SWT dalam hidupnya. Serta, ajarkan pula kisah Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang selalu mengingatkan bahwa ketenangan akan didapatkan saat kita menjalankan salat.

Ramadan Jadi Waktu yang Tepat Melatih Anak Rajin Ibadah

Pexels/Thirdman

Bulan Ramadan menjadi momentum yang pas untuk melatih anak semakin rajin beribadah. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua untuk meningkatkan keimanan anak dan melatihnya lebih rajin ibadah.

  1. Menjelaskan makna Ramadan kepada si Kecil. Pepatah menyebut, tak kenal maka tak sayang. Hal ini juga berlaku saat bulan Ramadan tiba ya, Ma. Kenalkan dulu keistimewaan Ramadan yang datang setahun sekali. Saat si Kecil sudah paham, baru ia akan menyadari betapa istimewanya bulan ini.
  2. Membuat aktivitas seru di rumah. Bagi si Kecil, Ramadan bisa menjadi momen yang menyenangkan dan meninggalkan kesan mendalam jika ada hal yang hanya akan dilakukan di bulan tersebut. Mama dan Papa bisa membuat sebuah aktivitas seru yang akan menjadi kebiasaan selama Ramadan di rumah.
  3. Ibadah bersama keluarga di atas segalanya. Ramadan memang selalu identik dengan buka puasa bersama, atau waktu reuni bersama teman. Namun, ada baiknya tetap meletakkan keluarga di atas segalanya. Ramadan juga menjadi waktu yang tepat untuk bonding dan mengajarkan banyak hal kepada keluarga.
  4. Perbanyak hal baik saat Ramadan. Mulai dari salat tepat waktu dan berjamaah, mengaji bersama, hingga melakukan charity. Dimulai dari Ramadan, semua kebiasaan baik ini akan menjadi gaya hidup yang dibawa hingga anak dewasa.
  5. Semua hal besar, dimulai dari hal kecil. Jika ini adalah tahun pertama anak berpuasa, orangtua tidak perlu menjadi terlalu perfeksionis hingga lupa esensi puasa untuk anak bukanlah hasilnya bisa puasa hingga maghrib. Namun, ada banyak pelajaran dalam setiap proses yang anak lalui. Temani anak berproses, dan hargai setiap progress kecil yang berhasil anak lakukan.

Ibadah sejatinya adalah bagaimana membangun dan menemukan koneksi dengan Sang Maha. Semua dilakukan karena cinta kepadaNya, bukan karena ketakutan. Disinilah peran orangtua begitu besar, bagaimana kita mampu mengajarkan mereka tentang doa, iman, dan koneksi dengan Sang Pencipta. Semangat terus, Ma!

Editorial Team