Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
5 Cara Menghentikan Kebiasaan Memukul Balita
Freepik

Pada usia balita, si Kecil umumnya belum bisa menyampaikan rasa marah, kecewa, atau lelah dengan kata-kata sehingga kebiasaan memukul bisa muncul.

Menurut American Academy of Pediatrics, kebiasaan ini adalah hal yang wajar terjadi karena anak belum sepenuhnya memiliki keterampilan mengatur emosi maupun komunikasi yang baik.

Namun, Mama tetap perlu memberi arahan agar anak belajar menyalurkan perasaan dengan cara yang lebih sehat.

Memukul biasanya bukan karena anak memiliki sifat nakal, melainkan karena ada kebutuhan emosional yang belum terpenuhi.

Bisa jadi si Kecil merasa frustasi, kewalahan, atau tidak memiliki kosakata untuk mengungkapkan isi hatinya.

Berikut telah Popmama.com rangkum 5 cara menghentikan kebiasaan balita memukul bisa diterapkan, Ma.

1. Ajarkan perilaku alternatif untuk mengungkapkan emosi

Freepik

Ketika balita memukul, Mama bisa memanfaatkan momen tersebut untuk mengajarkan perilaku alternatif yang lebih tepat.

Misalnya, alih-alih memukul, anak bisa diajak untuk mengatakan “aku marah” atau “aku tidak suka.”

Mengajarkan si Kecil kalimat sederhana untuk menggambarkan emosinya dapat membantu mereka mengekspresikan perasaan tanpa menyakiti orang lain.

Ajarkan juga solusi lain yang lebih konstruktif, seperti meminta mainan dengan sopan atau menjauh sejenak dari situasi yang membuatnya kesal.

Dengan demikian, anak mama akan belajar bahwa ada banyak cara yang bisa dilakukan selain memukul.

Konsistensi dari orangtua sangatlah penting, agar si Kecil dapat benar-benar memahami pola baru ini dan menjadikannya sebagai kebiasaan.

2. Gunakan pertanyaan reflektif untuk mengubah pandangan anak

Freepik/prostooleh

Pertanyaan reflektif bisa membantu anak memahami dampak perbuatannya.

Misalnya, orangtua dapat bertanya, “kalau kamu tidak memukul, apa yang bisa kamu katakan?” atau “bagaimana perasaan temanmu saat dipukul?”

Cara ini membantu anak berpikir sebelum bertindak dan lebih memahami emosi orang lain.

Dilansir dari Harvard Graduate School of Education, refleksi adalah kunci dalam membangun keterampilan sosial dan emosional pada anak.

Dengan bertanya, orangtua bukan hanya menegur, tetapi juga menstimulasi kemampuan berpikir kritis.

Si Kecil pun belajar menilai tindakannya sendiri dan menemukan solusi yang lebih baik untuk mengungkapkan perasaan.

3. Berikan kesempatan untuk 'redo atau mengulang perilaku

Freepik

Balita membutuhkan latihan berulang untuk belajar. Jika mereka terlanjur memukul, orangtua bisa menawarkan kesempatan redo atau mengulang dengan cara yang benar.

Layaknya reka ulang adegan, cobalah meminta si Kecil untuk mencoba menyapa ulang atau meminta mainan dengan kata-kata yang lebih sopan.

Pendekatan redo terbukti lebih efektif dalam mendidik anak dibandingkan dengan hukuman, karena anak merasa diberi kesempatan untuk memperbaiki diri tanpa mengalami rasa malu.

Dengan penerapan yang konsisten, anak mama akan memahami bahwa setiap tindakan memiliki alternatif yang lebih baik.

Proses ini juga memperkuat rasa percaya diri si Kecil karena berhasil memperbaiki kesalahan.

4. Putuskan siklus hurt-hit dengan empati

Freepik/Prostooleh

Siklus hurt-hit atau kebiasaan untuk memukul saat merasa tersakiti sering muncul karena si Kecil merasa sakit hati lalu membalas dengan memukul.

Untuk menghentikannya, orangtua perlu mengajarkan empati terlebih dahulu.

Dekati anak dengan tenang, validasi perasaan mereka, lalu bantu menyalurkan emosi secara sehat, misalnya dengan kata-kata, menggambar, atau memeluk boneka.

Anak yang mendapatkan validasi emosi dari orangtua lebih mampu membangun regulasi emosi yang baik. Saat anak merasa dipahami, mereka lebih mudah menerima arahan tentang perilaku yang benar.

Dengan demikian, rasa sakit tidak lagi berujung pada tindakan agresif, melainkan dialihkan ke cara yang lebih aman.

5. Ajarkan teknik relaksasi seperti mengatur pernapasan

Freepik/Tirachardz

Mengajarkan anak cara menenangkan diri adalah langkah penting.

Beberapa teknik sederhana yang membantu anak menurunkan intensitas emosinya adalah:

  • Tarik napas dalam dan hembuskan perlahan: ajak anak menaruh tangan di perut, lalu rasakan perutnya naik turun saat bernapas.

  • Meniup balon imajiner: minta anak berpura-pura meniup balon besar sehingga napasnya keluar panjang dan teratur.

  • Hitung sampai tiga atau lima: bantu anak fokus dengan menghitung perlahan sambil menarik dan menghembuskan napas.

  • Napas dengan jari: ajarkan anak untuk menarik napas saat jari naik (misalnya menggambar gunung dengan tangan) dan menghembuskan napas saat jari turun.

  • Smell the flower, blow the candle: ajak anak pura-pura mencium bunga saat menarik napas, lalu meniup lilin saat menghembuskannya.

Menurut American Psychological Association, latihan pernapasan terbukti dapat mengurangi stres dan membantu anak mengelola emosi besar.

Cobalah melatih anak ketika mereka sedang tenang agar terbiasa. Lalu, ketika anak mulai marah atau ingin memukul, ingatkan untuk menggunakan teknik tersebut.

Dengan keterampilan ini, anak akan memiliki sebuah alat untuk mengendalikan diri tanpa melampiaskan kemarahan melalui pukulan. Semakin sering dilatih, semakin cepat anak mampu mengatur emosinya sendiri.

Itulah 5 cara menghentikan kebiasaan balita memukul. Yuk, mulai terapkan dengan konsisten, Ma!

Editorial Team