Usia anak adalah usia yang paling banyak mendapatkan keuntungan dari bermain untuk belajar serta meningkatkan imunitas tubuh.
Pada saat bermain dan mengeksplorasi, anak secara tidak langsung meningkatkan perkembangan tubuh dan otaknya.
"Perlu diingat kembali bahwa anak bukanlah dewasa kecil, ia harus bertumbuh dan berkembang, mulai dari personal sosial, kemandirian, motorik halus, berbicara dengan orang lain, motorik kasar, dan seterusnya," papar dr. Kanya.
Hal ini anak dapatkan ketika berinteraksi dengan lingkungan terutama jika anak bermain dengan teman sebayanya.
Namun di masa pandemi anak memiliki kesulitan untuk bermain, terutama dengan sekolah jarak jauh yang membuat anak tidak secara langsung bertemu dengan teman sebayanya.
"Orangtua seringkali menganggap anak bisa bermain sendiri dan dapat ditinggal bermain gadget saat orangtua bekerja, padahal tidak bisa seperti itu," jelas dr. Kanya.
Jika anak tidak mendapatkan waktu dan ruang yang cukup untuk bermain dan eksplorasi, anak dapat merasa stres. Stres pada anak dapat berupa tantrum, tidak mau makan, terlalu asik bermain gadget, dan lain sebagainya.
"Banyak sekali pertanda anak stres. Beberapa orangtua datang ke saya dan bercerita, 'dok, sekarang anak saya malah jadi suka marah-marah', nah itu pertanda anak stres," terang dr. Kanya.
Ketika anak menunjukkan berbagai pertanda stres, anak sebenarnya berusaha memberitahu kepada orangtuanya kalau ia membutuhkan stimulasi indera yang sesuai dengan usianya namun tidak dapat menjelaskannya kepada orangtua.
"Yang ada anak malah memberikan tantrum itu untuk mencari perhatian pada orangtuanya karena dia sendiri juga bingung bagaimana caranya mengungkapkan apa yang ia rasakan," tutup dr. Kanya.
Itulah cara menjaga imun tubuh anak menurut dokter. Wah, ternyata hanya memastikan anak makan juga tidak cukup ya. Kalau anak Mama sudah memiliki daya tahan tubuh yang optimal belum, ya?