Ajarkan Anak Berbagai Macam Seni dari Teater di Gulali Festival 2021

Kegiatan ini sekaligus langkah baru untuk kenalkan berbagai macam seni yang dapat dipelajari anak

4 Oktober 2021

Ajarkan Anak Berbagai Macam Seni dari Teater Gulali Festival 2021
Dok.Popmama/Chania

Setelah berhasil di hari pertamanya, Gulali Festival kembali di hari kedua tepatnya pada Sabtu, 2 Oktober 2021. Acara pada hari kedua ini disambut dengan cukup meriah walaupun berada pada waktu siang hari.

Pada hari kedua, pertunjukkan yang ditampilkan pun juga tidak kalah menarik dari hari pertama. Sama seperti malam sebelumnya, acara ini juga menghadirkan pagelaran teater yang juga berasal dari Jepang, yaitu Usaginingen.

Berbeda dari penampilan teater lainnya, Usaginingen ini menampilkan pertunjukkan teater secara live dengan hanya dua orang saja. Selain ada Usaginingen, acara ini juga dimeriahkan oleh teater boneka AYODI.

Penasaran bagaimana rangkaian kegiatan dan penampilan dari kedua seni ini?

Berikut Popmama.com sudah merangkum informasi lengkapnya untuk Mama. Yuk, simak penjelasannya.

1. Benda-benda hidup di teater boneka AYODI

1. Benda-benda hidup teater boneka AYODI
Dok.Popmama/Chania

Teater boneka AYODI merupakan bagian dari komunitas dongeng, namun pada kesempatan ini mereka menampilkan cerita mengenai objek-objek yang berada di sekitar kita. Pertunjukkan mereka diberi nama Klak Klik.

Sinopsis dari cerita ini menjelaskan tentang seorang pekerja reparasi yang saat ini mengalami kekurangan pendapatan. Ia pun selalu pulang dalam keatas yang sudah lelah, letih serta lesu. 

Namun, ketika di pagi harinya ia selalu bangun dengan keadaan yang lebih segar dari sebelumnya.

Dibalik kejadian pada pagi hari tersebut, ternyata pada malamnya terdapat beberapa objek atau barang di kamarnya yang hidup dan menghampirinya. Barang-barang ini pun bergerak ketika sang pekerja reparasi ini sedang tertidur. 

Barang-barang tersebut terdiri dari lampu meja, setrika, hair dryer, vacuum cleaner, dan lain-lain. Dibalik cerita ini, terdapat beberapa orang yang memainkannya, yaitu Catur, Rika, Hendra, Hesri dan juga Budi.

Barang-barang tersebut digerakkan secara manual menggunakan tangan, dengan para pemainnya pun yang mengenakan pakaian berwarna putih yang sesuai dengan warna latarnya. Sehingga, seolah-olah barang-barang tersebut bergerak sendiri.

Konsep ini menggunakan tema monokrom dengan studio yang berwarna putih sehingga menggambarkan manipulatif fakta. Percakapan yang hadir pun menggunakan teknik gibris namun tetap tersusun dalam sebuah dialog. 

Dengan menggunakan teknik ini, diharapkan pun penonton dapat menerka sendiri apa maksud dan tujuan serta pesan yang ingin disampaikan dari pertunjukkan tersebut yang bermula dari benda atau barang yang terdapat di rumah.

Sebelum melakukan pertunjukan, tentunya harus membuat tema dan konsep yang matang terlebih dahulu sebelum memulai untuk memproduksinya. 

“Semuanya sudah dikonsep melalui online dulu memang, lalu kita tetap mau tidak mau menentukan hari H untuk bisa ketemuan,” ujar Budi saat sesi tanya jawab pada Sabtu (02/10/2021)

Melakukan beberapa kali percobaan dalam memperagakan, berdialog, serta ekspresi juga diperlukan agar mendapatkan hasil yang bagus. “perlu latihan, mencoba, dan jangan pernah takut untuk naik panggung,” tambah Hendra.

2. Usaginingen memadukan musik dan karakter dengan rancangan alat khusus

2. Usaginingen memadukan musik karakter rancangan alat khusus
Dok.Popmama/Chania

Usaginingen ini dikomandokan oleh sepasang suami istri, yaitu Shinichi Hirai dan Emi Hirai. Pertunjukkan yang mereka lakukan ini menghadirkan musik serta visual dan dilakukan oleh dua orang secara langsung tanpa proses rekaman.

Selain itu, peralatan yang digunakan untuk penampilannya juga menggunakan alat-alat yang dibuat sendiri. Pada acara ini, mereka menghadirkan pertunjukkan yang diberi judul Pendulum.

Kisah ini menceritakan tentang adanya pergi dan kembali yang dapat mengubah luas, warna dan penampilan, sebuah dunia yang hidup dan tercermin di hati manusia serta berbagai dunia dengan semua kemungkinannya yang terjadi. 

Mulai dari suasana terang dan teduh ataupun intensitas dan juga ketenangan yang semuanya saling berkaitan satu sama lain. Layaknya alam semesta yang dibuat oleh sirkulasi seperti pendulum.

Shinichi menjelaskan awal mula terbentuknya ide ini dari sang istri, Emi. Emi ingin membuat sesuatu elemen yang menggabungkan visual gambar dan digabungkan dengan musik yang dimainkan oleh Shinichi.

Kemudian semua itu di edit dan menghasilkan sebuah video. Namun, ternyata hasilnya tidak terlalu bagus. Sehingga suatu ketika ia pun menemukan sebuah ide dari instrumennya yang dibuat dengan empat layer. 

Pada setiap layer tersebut dapat diletakkan berbagai objek yang akan ditangkap dalam sebuah kamera yang terletak di paling atas dalam waktu yang bersamaan. Ide dari instrumen dan instalasi dari Emi pun disetujui oleh Shinichi.

Kemudian Shinichi pun membuat instalasi alat tersebut dengan dibantu oleh ayahnya. Selain instalasi dari alat yang diperagakan, ia pun membuat instrumen musik yang digunakan untuk mengiringi penampilan dari berbagai objek tersebut.

Instrumen musik ini terdiri dari drum kit yang kemudian dikembangkan dengan menambahkan kotak musik, kontroler, serta disambung sound dari laptop.

Ide dan pembuatan alat-alat ini dibuat saat 10 tahun lalu. Walaupun memiliki waktu yang sudah cukup lama, namun untuk instrumennya ia selalu melakukan perkembangan di setiap saat. 

Untuk satu buah instrumen ia menghabiskan waktu selama 1 bulan untuk membuatnya.

Pertunjukkan teater ini pada awalnya dimulai di Jerman, Eropa. Tentunya dengan segala pertunjukkan yang sudah banyak dilakukan membuat Shinichi dan Emi kerap mendapatkan pertanyaan mengenai inspirasi pembuatan karya ini.

Orang-orang sering beranggapan bahwa karya teaternya ini mewakili dan sudah pasti mendapatkan inspirasi dari budaya Jepang, namun menurut mereka sendiri tidak begitu. Hal ini karena di dalam diri mereka sudah terdapat unsur Jepang. Budaya Jepang itu sendiri sudah terdapat pada diri mereka, dan dalam pertunjukannya pun sebenarnya tidak mengambil dari budaya Jepang.

Budaya Jepang ini sudah cukup hadir di dalam diri mereka sendiri saja, sehingga pertunjukkan dan inspirasi dalam pembuatan teater ini pun tidak harus berdasarkan dari budaya Jepang.

3. Pesan untuk anak Indonesia

3. Pesan anak Indonesia
Dok.Popmama/Chania

Adanya kehadiran festival itu tentunya sangat baik, terutama bagi anak-anak Indonesia. Di umur mereka yang masih dini, mereka dapat menyaksikan pertunjukkan yang sangat bermanfaat dan tentunya mendapat pengetahuan baru di luar apa yang sudah dipelajari.

Para pemain dari teater AYODI juga mengungkapkan bahwa dengan adanya kegiatan ini tentu akan menunjukkan pada anak-anak Indonesia mengenai seni teater dan mengenalkan berbagai macam seni lainnya yang dapat dipelajarinya oleh anak.

Hal ini karena tidak semua anak pula mendapat kesempatan untuk dapat menonton teater, maka tentunya hal ini merupakan kesempatan yang bagi anak-anak.

Selain itu, kegiatan ini juga merupakan awal yang sangat baik untuk mulai menunjukkan berbagai macam senin anak-anak. 

Nah, itu dia berbagai informasi mengenai kegiatan acara Gulali Festival pada hari keduanya, Ma!

Kegiatan ini tentunya diharapkan dapat memberi insight baru pada anak-anak agar dapat selalu berkarya, belajar dan dapat menikmati seni pertunjukkan walaupun sedang berada di masa pandemi.

Baca juga:

The Latest