Conscious parenting sangat mengutamakan kesadaran orangtua guna dapat menentukan pilihan untuk bersikap. Pola asuh ini berbeda dengan pengasuhan lainnya karena bukan bertujuan untuk membenahi anak, tetapi fokus pada kesadaran orangtua untuk lebih memperhatikan sikap apa saja yang bisa ditunjukkan dan berpengaruh pada perkembangan anak.
Hal pertama yang harus Mama lakukan apabila sudah siap untuk menerapkan pola conscious parenting dalam kehidupan sehari-hari pada anak adalah mengenali diri sendiri, sadari apa tujuan membesarkan anak, dan ingin menjadi seperti apa anak kita nanti? Lalu, lakukan secara sadar hal-hal yang mendukung tujuan itu.
Morrison menjelaskan bahwa belas kasih adalah perasaan gerbang untuk mengasuh secara sadar. Orangtua membutuhkan kasih sayang untuk diri sendiri karena mengasuh anak itu sulit.
"Apakah Mama pernah merasakan perasaan mereka sebelumnya? Rasa sakit, kesedihan, kemarahan, kekecewaan, dan frustrasi? Jika pernah, biarkan belas kasih menyelimuti diri Mama sendiri. Hal tersebut dapat memberi sinyal pada anak Mama bahwa ia juga bisa mengalami emosi manusia yang sama seperti Mama," jelas Morrison.
Mama mungkin cenderung tidak bereaksi dalam kemarahan. Hal tersebut tidak boleh dilakukan oleh orangtua dengan pola asuh conscious parenting.
"Pertama, kenali perasaan dasar, seperti marah, frustrasi, dan rasa tersinggung. Kemudian, jelaskan apa yang dimaksud dengan marah atau frustrasi. Misalnya, 'Aku sangat lelah dan merasa tidak ada yang mendengarkan di rumah ini,' atau 'tidak ada yang menghargai apa pun yang telah aku lakukan.'"
Menganalisa sebuah perasaan akan membantu mengatur perasaan Mama dan mencegah Mama untuk melampiaskan emosi tersebut.
Penerapan selanjutnya adalah fokus pada apa yang terjadi saat ini. Hal tersebut guna menghindari terjadinya kekhawatiran yang membuat emosi mudah tersulut.
Misal, anak sedang mewarnai dengan cat air. Mulanya, anak Mama menggambar di kertas, tetapi kemudian si Kecil mulai menggambar di lantai. Mama hanya perlu fokus pada apa yang sedang anak Mama lakukan. Pahami mengapa si Kecil melakukannya.
Mungkin saja hal tersebut dapat membantunya mengeksplorasi. Jika Mama ingin melarangnya, laranglah dengan baik. Ajari si Kecil untuk mewarnai di kertas dengan cara yang lembut dan ajak untuk membersihkan lantai bersama-sama.
Kemudian, cobalah untuk selalu mengkomunikasikan emosi. Mama tidak perlu takut dan ragu menjelaskan pada anak apa itu marah atau sedih. Ajari pula si Kecil untuk mengenali emosinya dan buat mereka mengkomunikasikannya juga. Dengan begitu, kita sebagai orangtua bisa meresponsnya dengan tepat.
Memang, selalu mendengarkan dan menanggapi anak cukup melelahkan, bahkan anak yang terlalu banyak bicara seringkali dianggap menyebalkan. Namun, percayalah hanya kita yang bisa menjadi teman bicara.
Jangan ragu mengajarkan anak untuk mengakui kesalahan. Kalau salah, akui salah. Mama pun tidak perlu marah padanya. Ajari pula untuk meminta maaf dan meminta bantuan karena Mama juga manusia yang memiliki rasa sayang dan empati.
Terakhir, Mama harus menetapkan batasan yang sesuai dengan usia anak. Sebab, hal ini dapat membantu membimbing si Kecil dan menjaga mereka tetap aman. Pada dasarnya, semua anak membutuhkan bimbingan dan pengawasan.
"Jelaskan secara ringkas dan penuh kasih sayang mengapa Mama menetapkan batasan tertentu. Ucapkan dengan rasa cinta, meskipun tensi sedang tinggi.
Itu dia informasi mengenai conscious parenting dan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari kepada anak. Si Kecil bisa saja tidak melakukan atau bertindak seperti yang Mama lakukan, tetapi tidak apa-apa. Mereka adalah manusia unik yang belajar dari dunia di sekelilingnya, terutama dari orangtuanya.