7 Tren Parenting 2022 untuk Kebaikan Keluarga

Ada tren parenting yang perlu Mama ikuti, ada pula yang bisa Mama tinggalkan. Apa saja, ya?

11 Januari 2022

7 Tren Parenting 2022 Kebaikan Keluarga
Pexels/Migs Reyes

Tahun-tahun belakangan ini terasa sangat berat bagi semua orang. Ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang kehilangan orang tercinta, ada yang harus terus di dalam rumah, ada pula yang harus terus-menerus bekerja hingga tak bisa bertemu keluarga.

Pandemi mengubah semuanya. Tak terkecuali pola pengasuhan anak karena bagi sebagian besar orang, aktivitas berpusat di rumah. Tentu, masa-masa ini sungguh berat bagi para orangtua.

Terutama ketika awal-awalsemua orang harus berdiam diri di rumah kecuali para tenaga medis. Tak dapat dipungkiri, situasi saat itu tentu membuat para orangtua bingung.

Namun, Mama dan Papa beradaptasi dengan baik. Pada tahun 2021, bisa kita rasakan bahwa fokus pada pengasuhan anak meningkat dengan signifikan dibanding tahun 2020.

Ini menandakan pengasuhan anak oleh Mama dan Papa sudah lebih baik pada tahun kemarin.

Kini, berkat vaksinasi dan kembalinya pembelajaran tatap muka, Mama dan Papa bisa sedikit bernapas lega. Namun, Mama dan Papa tetap perlu fokus pada pengasuhan anak karena bagaimanapun peran orangtua dalam perkembangan anak itu sangat penting.

Nah, Mama pasti tahu bahwa parenting terus berkembang. Kondisi pada tahun 2022 pasti berbeda dengan tahun 2021, dan hal itu berpengaruh pada parenting.

Ada tren-tren parenting pada tahun 2022 yang bisa Mama ikuti dan ada pula tren-tren parenting tahun 2021 yang bisa Mama tinggalkan. Apa saja, ya?

Yuk, simak 7 tren parenting 2022 untuk kebaikan keluarga yang perlu Mama perhatikan yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini, dilansir dari laman Purewow.

1. Papa ikut mengasuh anak

1. Papa ikut mengasuh anak
Pexels/Tatiana Syrikova

Sekarang sudah bukan zamannya anak diurus hanya oleh Mama. Papa juga ingin terlibat dalam membesarkan anak, tidak hanya mencari uang.

Belakangan sudah mulai banyak terlihat para Papa bergantian dengan Mama untuk menjaga si Kecil dan bermain dengan si Kakak. Papa menggunakan setiap waktu liburan untuk quality time bersama keluarga.

Di Amerika, cuti orangtua berbayar sedang ramai diperbincangkan. Menurut Elie Mystal, koresponden keadilan The Nation, cuti orangtua berbayar yang didanai pemerintah merupakan cara yang bagus untuk membantu Papa dekat dengan keluarga.

The New York Times juga telah menerbitkan artikel yang merinci efek cuti berbayar bagi keluarga baru. Dalam artikel tersebut terlihat bahwa orangtua memiliki hubungan yang lebih baik dengan anak saat tumbuh dewasa dan tingkat perceraian lebih rendah.

Hal ini diperjuangkan agar keinginan Papa untuk memiliki semuanya lebih mudah terwujud, yaitu karier serta menjadi suami dan Papa yang baik. Walaupun, memang sudah banyak Papa yang mewujudkannya tanpa cuti orangtua berbayar dan ke depannya akan lebih banyak lagi Papa yang mewujudkannya.

Mama dan Papa mengasuh anak bersama akan menjadi pemandangan yang biasa. Papa yang dekat dengan anak juga tak akan jarang terlihat.

2. TikTok sebagai media sosial yang aman

2. TikTok sebagai media sosial aman
Pexels/cottonbro

Mama tentu sudah tak asing lagi dengan TikTok. Media sosial yang satu ini, belakangan sangat populer melebihi media sosial lain.

Konten-konten TikTok tak hanya menghibur, tapi juga jujur dan aman untuk keluarga. Di media sosial ini, Mama bisa melihat anak-anak menari bersama orangtuanya.

Mama juga bisa melihat tingkah lucu anak-anak, konten orangtua meniru tingkah anaknya, dan ada pula konten tip parenting yang bisa Mama tiru. Tak hanya itu, konten-konten yang menunjukkan pengalaman para orangtua yang keguguran atau mengasuh anak disabilitas pun ada.

Mama bisa berbagi keseruan bersama anak dan pengalaman mengasuh anak dengan menggunakan TikTok. Dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif, apa pun perjuangan mengasuh anak yang Mama hadapi saat ini kemungkinan besar dialami juga oleh orangtua lain di luar sana.

Editors' Pick

3. Fokus pada keterampilan mengatasi anak-anak

3. Fokus keterampilan mengatasi anak-anak
Pexels/Brett Sayles

Menurut prediksi Chief Academic Officer di KinderCare Education Dr. Elanna Yalow, fokus pada keterampilan mengatasi anak-anak akan lebih besar pada tahun 2022 lho, Ma.

2 tahun kemarin, tingkat depresi dan kecemasan anak muda berlipat ganda dibandingkan dengan masa pra-pandemi. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang diterbitkan di JAMA Pediatrics.

Bagaimana tidak? Selama pandemi, rutinitas anak terganggu, kontak denga keluarga besar dan teman-teman berkurang, serta stres orangtua karena pandemi juga memengaruhi anak. Risiko perasaan terisolasi dan depresi pada anak jadi meningkat karenanya.

Pada tahun 2022, diharapkan sekolah dan keluarga fokus untuk membangun kembali rasa kebersamaan, membangun jaringan dukungan, serta memberi konsistensi dan kenormalan yang dibutuhkan anak. Semoga penutupan sekolah tidak pernah terjadi lagi agar hal ini bisa terwujud ya, Ma.

Perbincangan tentang kesehatan fisik maupun mental anak juga telah menjadi fokus pada beberapa tahun ini. Tren ini diharapkan akan berlanjut pada tahun 2022 karena kesehatan anak lebih penting dibanding apa pun.

“Kesehatan sosial emosional dan kesehatan mental perlahan-lahan menjadi topik pembicaraan yang lebih umum dan kami pikir tren itu akan berlanjut hingga 2022,” ujar Dr. Elanna.

4. Memprioritaskan pengalaman bersama dibanding benda

4. Memprioritaskan pengalaman bersama dibanding benda
Pexels/Emma Bauso

Menurut survey oleh perusahaan komputer Adobe, hadiah pengalaman mengalami peningkatan ketika masa liburan yang baru saja kita lewati lho, Ma. Hal ini dipengaruhi oleh pandemi.

Menurut kepala manajer pemasaran di situs web pengalaman perjalanan Tinggly.com Migle Rakauskaite, tradisi memberi hadiah sedang berubah. Orang-orang lebih menghargai quality time bersama dan melakukan sesuatu yang berarti.

Ini membuat hadiah pengalaman seperti jalan-jalan keluarga jauh lebih berharga daripada hadiah fisik seperti mainan. Para orangtua jadi lebih memprioritaskan waktu yang dihabiskan bersama dan keluar dari rumah, walaupun hadiah mainan juga baik untuk menghibur anak selama pandemi.Anak lebih banyak makan sayuran

5. Anak lebih banyak makan sayuran

5. Anak lebih banyak makan sayuran
Pexels/Lisa Fotios

Tak sedikit anak tak suka makan sayuran. Namun, pada tahun 2022, anak bisa jadi lebih banyak makan sayuran.

“Dengan anak-anak yang menempatkan prioritas tinggi pada kesehatan pribadi dan kesehatan planet ini, penggantian protein dan pilihan vegetarian adalah bintang dari makanannya,” prediksi pakar kuliner dan ahli diet terdaftar dari Chartwells K12.

Menurut Institute of Food Technologists, seperempat orang dewasa mengatakan bahwa pada tahun 2021 mereka makan lebih banyak protein nabati daripada tahun 2020. Mereka pun memprediksi penjualan produk susu nabati akan mencapai 5,2 miliar dolar pada tahun 2024.

Dengan lebih banyak makanan nabati yang tersedia di rumah, masuk akal jika anak juga jadi lebih banyak makan sayuran. Jangan lupa pula bahwa anak akan meniru apa yang dilakukan orangtuanya, Ma.

Berbagai makanan vegetarian akan lebih populer dibanding sebelumnya bersama dengan vegetarian kreatif dan twist flexitarian. Contohnya, burger vegetarian, Semangka Edamame Poke, Tumis Tahu Kung Pao, dan Ubi Jalar Vegetarian.

6. Staycation diganti dengan jalan-jalan

6. Staycation diganti jalan-jalan
Pexels/Pixabay

Selama tak bisa pergi ke luar kota, pulau, bahkan negeri karena pandemi, staycation menjadi pilihan cara berlibur keluarga. Menginap di hotel dalam kota sekeluarga agar setidaknya dapat sedikit mengobati rasa bosan berada di rumah terus.

Namun, sekarang kondisi sudah membaik. Kota-kota telah dibuka, penerbangan pun dibuka.

Mama bisa berlibur lagi dengan keluarga. Tetap patuhi protokol kesehatan (prokes) dengan ketat dan utamakan pemenuhan vaksin setiap anggota keluarga lebih dulu sebelum jalan-jalan ya, Ma.

7. Selamat tinggal pertemuan virtual

7. Selamat tinggal pertemuan virtual
Pexels/Andrea Piacquadio

2 tahun terakhir kita semua telah beradaptasi dengan kehidupan yang serba digital. Rapat, sekolah, kumpul keluarga, bahkan konsultasi dilakukan secara virtual.

Namun, kini kita telah selesai dengan pertemuan virtual. Kita sudah bisa bertemu orang secara langsung sekarang, walaupun tetap dibatasi dan perlu prokes ketat. Banyak praktik juga telah memulai kembali layanan secara langsung.

Jika pada tahun 2022 tingkat vaksinasi semakin tinggi dan tingkat penularan semakin rendah, akan lebih banyak kebebasan yang bisa kita dapat, Ma.

Itulah 7 tren parenting 2022 yang perlu Mama perhatikan. Semoga informasi di atas bisa membantu Mama dalam menyesuaikan pola pengasuhan anak dengan kondisi di tahun yang baru ini, ya. Semangat, Ma!

Baca juga:

The Latest