Suatu hari, hiduplah seorang pemuda bernama Kabayan. Selama ini dia dikenal memiliki ide cerdik. Akan tetapi, dia sebenarnya pemalas. Kabayan sendiri telah menikah dengan Nyi Iteung. Keduanya diketahui tinggal bersama di rumah Iteung.
Singkat cerita, Kabayan diminta mertuanya untuk memetik buah nangka yang sudah matang. Awalnya, si Kabayan malas menuruti mertuanya. Namun, dia akhirnya mengiyakan permintaan mertuanya dengan berat hati dan berangkat ke pohon nangka di pinggir sungai.
Sesampainya di tempat itu, Kabayan berusaha mengambil satu buah nangka yang sudah tua dan besar. Namun, Kabayan tak kuat mengangkat buah tersebut. Dia lalu mendapatkan ide dengan menghanyutkan nangka itu di air sungai.
"Pulang duluan ya, 'kan sudah besar," kata Kabayan kepada nangka itu.
Setibanya Kabayan di rumah, sang mertua amat merasa bingung dengannya. Pasalnya, Kabayan pulang denga tangan hampa. Mertuanya lantas bertanya ke mana perginya buah yang diinginkannya itu.
"Lho, belum datang ya? Padahal tadi aku sudah memintanya untuk berjalan duluan ke rumah. Ternyata buah nangka itu belum sampai juga," kata Kabayan.
Mertua Kabayan masih bingung dengan penjelasan itu dan memintanya untuk kembali memberikan penjelasan.
"Jadi, tadi aku sudah memetik nangkanya, tetapi karena terlalu berat, aku menghanyutkannya di sungai agar pulang sendiri," ujar Kabayan.
"Kamu jangan bercanda! Tidak ada ceritanya, nangka bisa pulang sendiri!" ucap mertuanya dengan nada kesal.
"Hah? Yang bodoh itu nangka. Sudah tua, masa nggak tahu jalan pulang," sahut Kabayan sambil pergi.
Pesan moral:
- Melalui cerita Si Kabayan, Mama bisa mengajarkan kepada anak untuk tidak malas. Mama bisa mengatakan kepada anak kalau kemalasan dapat mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.
- Mama juga bisa mengingatkan anak untuk memastikan dahulu segala solusi yang diambil tampak logis. Pasalnya, tidak semua hal bisa menjadi solusi dari masalah yang anak hadapi di kemudian hari.