Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Pexels/RDNE Stock project
Pexels/RDNE Stock project

Ada banyak pola pengasuhan dari seluruh dunia, tentu ini membentuk anak sesuai dengan karakter masing-masing yang ingin orangtua miliki kelak saat si Kecil dewasa. Bagaimana dengan pola asuh overprotektif, apakah benar jadi salah satu yang bisa mencegah anak 'macam-macam'?

Vicky Natasha selaku Founder dan CEO Pro Familie mengungkapkan di Indonesia pola asuh overprotektif ini banyak dilakukan dengan dalih sayang. Padahal polah asuh ini bukan bentuk sayang sama sekali.

Lantas bagaimana sebaiknya orangtua di Indonesia bersikap? Apa yang harus dilakukan agar anak punya life skill untuk kehidupan dewasanya kelak?

Berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai dampak pola asuh overprotektif ke anak saat dewasa.

1. Membiarkan akan tidak belajar life skill sejak dini bukan sayang

Popmama.com/Krisnaji Iswandani

Orangtua pastinya ingin yang terbaik dan tidak ingin melihat anak susah. Namun, mindset ini bisa membuat orangtua justru terlalu memanjakan anak sehingga ia tidak pernah belajar life skill dasar di rumah.

Hal sederhana yakni membantu pekerjaan rumah. Meski belum sempurna, anak justru seharusnya didorong untuk bisa melakukannya dari kecil.

"Orang mikirnya kalau kita membiarkan anak melakukan pekerjaan rumah itu dibilangnya tega, tapi kalau anak 3 jam main game, main tablet itu it's okay. Sayang itu membiarkan anak atau memberikan anak kesempatan untuk belajar?," jelasnya.

Menurut Vicky, anak perlu memiliki pengalaman untuk bertahan hidup atau life skill. Seharusnya anak mendapat itu dari orangtua. Sayangnya dengan pola asuh overprotektif, memengaruhi perkembangan anak di masa dewasa.

2. Pengaruh pola asuh overprotektif dengan perkembangan anak saat dewasa

Vicky menceritakan ada anak yang saat dewasanya sampai depresi, burn out hingga merasa tidak berguna. Anak tumbuh dewasa ini merasa tidak berfungsi, karena dia tidak tahu harus melakukan apa.

"Sebenarnya kalau manusia itu kan belajar dari kesalahan. Kita melakukan sesuatu B dan A. Lalu memilih B, kita belajar dari situ untuk bisa nantinya next time menjadi lebih baik. Tapi kalau misalnya dengan pola asuh terlalu overprotektif, semuanya dilindungi dan dikerjakan oleh orangtuanya. Niatnya agar dia tidak terluka, tapi saat dewasa mereka justru bingung karena tidak punya pengalaman 'susah'," pungkas Vicky.

Banyak orangtua yang sudah siap secara materi, tetapi lupa mempersiapkan ini untuk anak mereka. Sehingga saat orangtua meninggal, anak justru tidak bisa mandiri bahkan untuk bekerja dan bersosialisasi.

"Mentalnya tidak disiapkan. Uang bisa habis. Tapi investasi diri, skill apapun itu, life skill professional akan terus berlanjut sampai orangtua tidak ada," pungkasnya.

3. Overprotektif dan strict parents, apa bedanya?

Freepik/master1305

Selain mengenal istilah overprotektif, ada pula kategori lain yakni strict parents. Menurut Vicky keduanya berbeda. Overprotektif terlalu kuat menjaga agar anak tidak merasakan sakit.

Sementara strict parents itu orangtua yang memberikan anak batasan-batasan yang jelas. Batasan ini bisa baik tapi juga bisa buruk.

"Batasannya itu seperti kalau misalnya anak nanya, 'Mama aku boleh?' belum selesai ngomong sudah jawab 'Nggak, nggak boleh'. Atau sudah mengekang sekali tidak boleh memilih. Jadi tidak memberikan kebebasan tidak, demokrasi, tidak melibatkan anak dalam mengambil keputusan," pungkasnya.

4. Banyak orangtua menyesal overprotektif ke anak saat sudah dewasa

Freepik/master1305

Hal yang cukup menyedihkan dilihat Vicky adalah banyak orangtua baru sadar kalau menerapkan pola asuh overprotektif ke anak saat sudah dewasa. Sehingga saat melihat dampaknya ada rasa penyesalan karena sudah tidak bisa diubah lagi.

"Kalau misalnya anak itu dari awal sudah salah pola pengasuhan itu akan susah nantinya. Sedangkan kalau mau diubah itu pun juga udah susah, karakternya sudah dibentuk. Anaknya sudah mengalami hal-hal banyak hal sendiri," pungkasnya.

Vicky berpesan penting sekali untuk orangtua yang masih muda atau yang baru mau berencana untuk memiliki keluarga tahu tentang parenting, paham tentang banyak pola pengasuhan di awal.

"Jadi kita harus belajar. Menjadi orangtua juga proses pembelajaran yang tidak akan selesai seumur hidup," tuturnya.

Itulah tadi informasi mengenai dampak pola asuh overprotektif ke anak saat dewasa. Yuk, kita usahakan menyiapkan anak-anak tidak hanya segi materi tapi juga mental untuk menghadapi dunia.

Editorial Team