5 Dampak Buruk Membiarkan Anak Nonton TV Tanpa Dampingan Orangtua

Tayangan yang ada di TV tidak selamanya aman untuk si Kecil

17 November 2019

5 Dampak Buruk Membiarkan Anak Nonton TV Tanpa Dampingan Orangtua
Freepik

Televisi merupakan salah satu gadget yang tak bisa dilepaskan dari keseharian si Kecil. Ada saatnya Mama mungkin membiarkan si Kecil menonton tv sendiri tanpa didampingi. 

Nyatanya, ada banyak efek buruk yang bisa terpapar ke si Kecil saat membiarkannya nonton TV tanpa pengawasan. 

Disusun Popmama.com, inilah 5 alasan kenapa anak tidak boleh dibiarkan nonton TV sendiri.

1. Anak bisa menonton apa saja

1. Anak bisa menonton apa saja
Pixabay/mojzagrebinfo

Jika Mama sudah mengunci aneka channel selain channel anak, mungkin bisa agak tenang. Namun bagaimana jika tiba-tiba ia bisa mengganti channel sendiri yang tidak sesuai umurnya. 

Belum lagi di smart tv sudah terhubung ke internet termasuk ada aplikasi Youtube di dalamnya. Ia bisa saja menonton aneka video di sana. 

Belum lagi ada remote tv yang bisa digunakan dengan suara. Tak perlu mengetik. Sehingga, anak yang belum bisa membaca pun bisa langsung mengatakan saja apa yang ingin ia tonton. 

Jika sudah begini, Mama tak bisa membatasi lagi film dan video yang mereka lihat. Begitu banyak asupan tontonan yang tak terkontrol, si Kecil bisa terdoktrin hal-hal yang tidak baik.

Editors' Pick

2. Acara TV memengaruhi pembentukan karakter anak

2. Acara TV memengaruhi pembentukan karakter anak
Freepik/prostooleh

Meskipun itu channel khusus anak atau memang film anak-anak, tetap orangtua baiknya menemani. Mama tak tahu mereka akan mencontoh karakter yang mana. 

Bisa jadi ia suka dengan sebuah karakter padahal ia adalah penjahat. Jangan heran jika keesokan harinya, cita-citanya mungkin bisa jadi penjahat. 

Jika sudah terlanjur suka dengan karakter yang salah, secara tak langsung si Kecil akan bertindak dan berpikir seperti idolanya. 

Dari sanalah, karakter si Kecil terbentuk. Tak mau seperti itu kan, Ma?

Saat Mama menemani nonton, bisa memberi tahu karakter mana yang boleh dan tidak boleh dicontoh. Saat ia belum paham konsep baik dan jahat, Mama yang akan menjabarkan padanya. 

3. Tak bisa membedakan yang baik dan buruk

3. Tak bisa membedakan baik buruk
Freepik/rawpixel.com

Anak balita memiliki pikiran yang layaknya spons. Ia menyerap segala hal yang yang terjadi padanya. Di umur ini juga mereka belum tahu konsep baik dan buruk. 

Mungkin Mama akan kaget jika suatu hari si Kecil mencontoh kata umpatan yang ia dengan di film kartun seperti, "si bodoh".

Tentu Mama tak bisa menyalahkannya, karena belum tentu ia mengerti arti dari kata-kata tersebut. Jika Mama menemaninya nonton, bisa langsung memberikan pengertian atas hal-hal buruk yang mungkin ditontonnya. 

Saat ini, film anak-anak juga sudah banyak yang mempertontonkan perudungan, kejahatan, dan sejenisnya. Sudah sewajarnya Mama melindungi si Kecil agar tidak salah memahami.  

4. Cenderung langsung mencontoh yang dilihat

4. Cenderung langsung mencontoh dilihat
Freepik/jcomp

Saat menonton film kesukaan, mereka cenderung langsung ingin mengikuti apa yang terjadi di film tersebut. 

Ia akan mencontoh apa saja yang menurutnya seru dan menarik. Tak peduli apakah  yang ia contoh adalah hal yang baik atau yang buruk. 

Mama mungkin akan kaget dan protes padanya agar tidak melakukannya lagi. Namun ia akan bingung, kenapa ia harus dilarang melakukan yang disukainya. 

Maka dari itu, penting sekali untuk menemani si Kecil menonton TV. Saat ada adegan yang tidak baik, Mama bisa langsung memberi pengertian dan alasan yang logis agar ia bisa menerima dengan baik. 

5. Anak jadi enggan bercerita pada orangtua

5. Anak jadi enggan bercerita orangtua
metroparent.com

Jika durasi nonton anak cukup lama dalam sehari, sudah tentu mereka akan senang bercerita ulang mengenai apa saja yang ditontonnya. 

Jika Mama menemani nonton, dari sekadar obrolan film bisa berkembang jadi sesi cerita yang seru.

Beda halnya jika Mama tidak paham yang diceritakan si Kecil karena tidak tahu jalan ceritanya. Mereka akan cepat bosan karena pembicaraannya tidak nyambung.

Pada akhirnya, mereka jadi malas bercerita pada orangtua. Padahal, pembicaraan berat bisa berawal dari pembicaraan ringan seperti film yang barusan ditontonnya. 

Sudah selayaknya anak  selalu dilindungi, termasuk dilindungi dari tontonan yang tidak sesuai. Alangkah baiknya jika orangtua bisa menyisihkan waktu untuk menemani si Kecil nonton. 

Baca juga: 

The Latest