Mama, Ini Langkah Menghindari Stres saat Mendampingi Anak SFH

Intinya, turunkan ekspektasi Mama

3 April 2020

Mama, Ini Langkah Menghindari Stres saat Mendampingi Anak SFH
Freepik/ jcomp

Perpindahan belajar dari sekolah ke rumah karena pandemi covid-19 masih terus berlangsung.

Di tahap ini, banyak orangtua yang sudah mengaku stres dalam mendampingi anak sekolah dari rumah. 

Kegiatan belajar dan mengajar di rumah memang butuh usaha penyesuaian yang lebih dari biasanya.

Apalagi jika yang jadi pendampingnya bukanlah gurunya melainkan orangtuanya. Tentu si Kecil butuh waktu untuk memahami itu semua. 

Tak hanya anak, namun orangtua pun harus menyesuaikan diri di tengah School from Home (SFH) dan Work from Home (WFH) yang sama-sama butuh perhatian penuh. 

Pada akhirnya, orangtua merasa stres mendampingi anak SFH. Di sisi lain, anak pun merasakan ketidaknyamanan orangtuanya dan malah jadi lebih sulit diajak kerja sama. 

Apa yang harus dilakukan? Berikut Popmama.com jabarkan langkahnya. 

1. Ajak anak membuat keteraturan baru

1. Ajak anak membuat keteraturan baru
Freepik/tirachardz

Menurut Vidya Dwina Paramita, seorang praktisi Pendidikan Anak Usia Dini dan praktisi Montessori, anak butuh keteraturan. Ketika keteraturan itu terganggu, tentu membuatnya resah. 

Jika biasanya ia berangkat ke sekolah, bertemu teman, dan bermain di luar, kini harus di rumah saja. Sedangkan saat di rumah identik dengan hari libur. 

Inilah keteraturan baru yang harus dibentuk. Kuncinya, menurut penulis buku 'Jatuh Hati Pada Montessori' ini adalah membuat rutinitas yang bisa diprediksi anak. 

Salah satu contohnya adalah seperti setiap pagi ajak si Kecil menyiapkan sarapan bersama dan berjemur sambil melihat kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Jika dilakukan dengan rutin, itu bisa membuat anak tenang. 

Jika mereka tenang, maka lebih mudah menjalankan kegiatan SFH tanpa drama berarti. Yang harus diperhatikan adalah Mama harus konsisten membangun keteraturan ini agar si Kecil tidak bingung dengan rutinitas yang baru. 

Editors' Pick

2. Beri waktu bagi anak untuk melewati tahap eksplorasi

2. Beri waktu bagi anak melewati tahap eksplorasi
Developinghands.com

Tahap Eksplorasi adalah tahap ketika anak berkenalan dengan material, termasuk materi pelajaran, demikian menurut salah satu founder Sekolah Montessori Rumah Krucil. 

Biasanya, anak akan menggunakan inderanya untuk mempelajari material tersebut. Ia akan menelaah lembar kerja atau materi yang diberikan untuk beberapa saat. 

Ini, disebut oleh Vidya, sangat penting yang harus dilewati anak. Jika tidak dipahami, maka pendampingnya bisa menjadi frustasi.

Mama bisa saja kesal karena si Kecil tampak tidak mengikuti instruksi yang dicontohkan padahal mereka sedang mempelajarinya. 

Pemahaman tentang pentingnya tahap ini akan membuat pendampingnya menjadi lebih sabar dan tidak memburu-buru si Kecil. 

3. Ingat, anak perlu mengulang-ulang

3. Ingat, anak perlu mengulang-ulang
Freepik.com/photoroyalty

Apakah Mama pernah merasa kesal karena si Kecil kerap menanyakan hal yang sama berkali-kali, atau melakukan kegiatan berulang terus?

Padahal, menurut penulis buku 'Keajaiban Membaca tanpa Mengeja' ini, pengulangan adalah salah satu cara anak dalam memahami sesuatu. Bahkan ketika anak merasa sudah mahir pun, ia seringkali terus mengulang-ulang. Ini penting dilakukan bagi si Kecil karena bisa menumbuhkan citra positif tentang dirinnya.

Mungkin Mama ingin si Kecil langsung paham dan mahir secara singkat. Nyatanya, keinginan tersebut akan membuat Mama stres dan menekan anak agar cepat mengerti. 

Padahal, ia sedang memproses pelajaran agar dimengerti. 

4. Turunkan ekspektasi

4. Turunkan ekspektasi
understood.org

Saat mendapati nilai si Kecil selalu baik dan tinggi, tentu ekspektasi yang ada di pikiran Mama akan tinggi. Mama berharap ia bisa mudah diajarkan. 

Padahal proses menuju nilai baik itu tidaklah singkat. Butuh waktu lama dan kesabaran yang tak ada batasnya untuk membuat si Kecil berada di puncak. 

Ekspektasi tinggi menjadi salah satu penyebab orangtua menjadi stres saat mendampingi anak belajar. 

Salah satu cara termudah adalah menurunkan ekspektasi Mama. Alih-alih memaksakan ekspektasi tinggi, lebih baik hadir sebagai orangtua yang hadir sepenuh cinta. 

Turunkan ekspektasi, dampingi anak dengan gembira dan hati yang ringan. Sehingga kekesalan atau tingkat stres bisa turun drastis. 

Di sisi lain, Mama dan si Kecil bisa terus merekatkan bonding sebagai orangtua dan anak. Pastikan si Kecil tahu bahwa Mama menyayangi dirinya. Serta bahwa bersama mereka adalah sebuah hal yang membahagiakan bagi Mama. 

Proses pendampingan belajar yang nyaman dan jauh dari tekanan membuat anak lebih mudah menerima pelajaran. Suasana rumah pun jadi lebih hangat. 

Jadikan masa karantina ini sebagai waktu untuk meningkatkan hubungan dengan keluarga.

Jangan sampai mengutamakan ego sendiri dan merusak hubungan manis yang sudah terbentuk selama ini ya, Ma. 

Baca juga: 

The Latest